Kabuaran adalah desa di kecamatan Prembun, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Kabuaran adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Prembun.Desa ini terletak paling utara di antara desa-desa yang lain dalam satu kecamatan. Masa pemerintahan desa kabuaran sampai saat ini mengalami 13 kali pergantian Kepala Desa:
- Bpk. Hudajaya
- Bpk. Wiranaya
- Bpk. Wirantana
- Bpk. Wangsamijaya
- Bpk. Nder
- Bpk Tamin
- Bpk. Hudopawiro
- Bpk. Kasmin Hudowiyono
- Bpk. Paijan
- Bpk. Parno Ismail
- Bpk. Soleman Yudi
- Bpk. Muhardi
- Bpk. Subur Nowo Prasetyo, AMd.
Desa Kabuaran juga memiliki 7 makam keramat yang sampai saat ini masih terkenal diantaranya:
- Makam Mbah Jontrot yang terletak di Dukuh Begedogan Wetan.
- Makam Mbah Abu Leksono yang terletak di Blok Widara Payung Begedogan Wetan.
- Makam Mbah Juru Tulis yang terletak di Dukuh Kepek.
- Makam Mbah Mangundrana yang terletak di Blok Si Kethu Kepek.
- Makam Mbah Kyai Geseng yang terletak di Begedogan Kulon.
- Makam Mbah Nalawijaya yang terletak di Dukuh Bedegolan.
- Makam Mbah Demam Maduseno yang terletak di Blok Si Geni Juru Tengah.
Beliau-beliaulah pejuang pendahulu yang telah tiada,yang rela berperang demi mendapatkan Desa Kabuaran.Dahulu Desa ini masih bernama Desa Kabiworo. Sesuai dengan penuturan dari beliau Bapak Mantan Kepala Desa Kabuaran Bapak H. Kasmin Hudowiyono, bahwa pada tahun 1918 ada seseorang dari Kerajaan Mataram Yogyakarta yang bernama Mbah Demam Maduseno (Wirogati I). Beliau adalah orang yang memimpin perjuangan melawan penjajahan Belanda pada masa itu. Setiap hari hanya perang dan perang demi mempertahankan daerah tersebut.
Hingga suatu ketika beliau dan pengikutnya terdesak sehingga terpaksa menyerah dan bergabung tanpa sarat kepada Belanda. Namun setelah itu Pemerintah Belanda memberikan lahan/ hutan untuk dijadikan perkampungan. Daerah tersebut dibuka dengan cara Pembabatan Lahan dan Pembakaran lahan. Setelah itu beliau Mbah Demam Maduseno mengumumumkan kepada warganya bahwa Daerah yang dibabat dan di bakar itu dinamakan Desa Kabuaran.Yang awal mulanya berasal dari kata kabur tanpa arang karena akibat pembakaran lahan.