KRI Diponegoro pada 18 Januari 2007
|
Sejarah |
Indonesia
|
Nama |
Diponegoro |
Asal nama |
Diponegoro |
Pembangun |
Damen Group, Vlissingen |
Pasang lunas |
24 Maret 2005 |
Diluncurkan |
16 September 2006 |
Mulai berlayar |
5 Juli 2007 |
Identifikasi |
|
Status |
Aktif |
Ciri-ciri umum (Corvette 9113)
|
Jenis |
Korvet kelas Diponegoro |
Berat benaman |
1,692 ton |
Panjang |
90,71 m (297 ft 7 in) |
Lebar |
13,02 m (42 ft 9 in) |
Sarat air |
3,60 m (11 ft 10 in) |
Pendorong |
- 2 × SEMT Pielstick 20PA6B STC dengan daya 8910 kW, masing-masing menggerakkan kombinasi kopling Geislinger ringan BE 72/20/125N + BF 110/50/2H (kombinasi kopling baja – komposit)
- 4 × Generator Caterpillar 3406C TA dengan daya masing-masing 350 kW
- 1 × Generator darurat Caterpillar 3304B dengan daya 105 kW
- 2 × poros dengan baling-baling CP berbilah Rolls-Royce Kamewa 5
- 2 × Renk ASL94 gigi reduksi satu langkah[1] dengan stabilisasi roll pasif
|
Kecepatan |
Maksimum: 28 knot (52 km/h; 32 mph)
Jelajah: 18 knot (33 km/h; 21 mph)
Ekonomis: 14 knot (26 km/h; 16 mph) |
Jangkauan |
Kecepatan jelajah pada 18 kn (33 km/h; 21 mph): 3,600 nmi (6,667 km; 4,143 mi)
Kecepatan ekonomis pada 14 kn (26 km/h; 16 mph): 4,800 nmi (8,890 km; 5,524 mi) |
Awak kapal |
20-80 kru |
Sensor dan sistem pemroses |
- Sistem Tempur: Thales Group TACTICOS[2] dengan 4 x Konsol Operator Multifungsi Mk 3 2H
- Radar pencarian: MW08 radar pengawasan multibeam 3D
- IFF: Thales TSB 2525 Mk XA (integrated with MW08)
- Radar navigasi: Radar Sperry Marine Bridge MasterE ARPA
- Radar pengendali tembakan: Radar pelacak LIROD Mk 2
- Data Link: LINK Y Mk 2 sistem datalink
- Sonar: Thales UMS 4132 Kingklip frekuensi menengah aktif/pasif ASW yang dipasang di lambung kapal sonar
- Komunikasi internal: Jaringan Komunikasi Thales Fibre Optical COmmunications Network (FOCON) atau EID' ICCS atau di mana pengguna di dalam pesawat mempunyai akses ke saluran komunikasi internal dan/atau eksternal dan kendali jarak jauh peralatan komunikasi yang terintegrasi
- Komunikasi Satelit: Seri Nera F
- Sistem Navigasi: Navigasi terintegrasi Raytheon Anschutz
- Sistem Manajemen Platform Terintegrasi: Sistem Anjungan Terintegrasi Imtech UniMACs 3000[3]
|
Peralatan perang elektronik dan tipuan |
ESM: Thales VIGILE 100
ECM: Racal Scorpion 2L
Umpan: TERMA SKWS, peluncur umpan DLT-12T 130mm, kiri, kanan |
Senjata |
Meriam: 1 × meriam OTO Melara 76 mm (posisi A) 2 × Meriam Denel GI-2 20 mm (posisi B)
Peluru kendali: 2 × quad (8) Mistral TETRAL peluru kendali anti-udara, haluan & buritan 4 × peluru kendali anti- kapal permukaan Exocet MM40 Blok III
Torpedo: 2 × peluncur laras tiga untuk WASS A244-S mod.3 |
Fasilitas penerbangan |
Helipad |
KRI Diponegoro (365) merupakan kapal korvet pemimpin di kelas Diponegoro dari total 8 kapal yang direncanakan dan merupakan salah satu kapal kelas SIGMA 9113 milik TNI Angkatan Laut. Kapal korvet ini dibuat oleh galangan kapal Schelde, Belanda dimulai pada tahun 2005 khusus untuk TNI-AL. Bertugas sebagai kapal patroli dengan kemampuan anti-kapal permukaan, anti-kapal selam dan anti-pesawat udara.
Sejarah
Pembuatan
Kontrak pembelian dan pembuatan KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin (366) dilakukan pada bulan Januari 2004 dan efektif berlaku sejak 12 Juli 2004. Keduanya dibuat di galangan kapal Schelde Naval Shipbuilding (SNS), Vlissingen, Belanda.[4]
Peletakan lunas KRI Diponegoro dilakukan bersamaan dengan KRI Hasanuddin (366) pada tanggal 24 Maret 2005. KRI Diponegoro diletakkan lunasnya oleh Laksamana Muda Deradjatun Soetisna dan KRI Hasanuddin oleh Komodor Djoko Soerjanto. Upacara dimulainya perakitan kapal dilakukan Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada 25 Agustus 2005.[4]
Nama
Menggunakan nama Pangeran Diponegoro, salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berjasa melawan Belanda dalam Perang Jawa 1825-1830. Begitu pula kapal-kapal dari kelas ini, dinamai menurut nama-nama pahlawan nasional, seperti Sultan Hasanuddin, Sultan Iskandar Muda, dan Frans Kaisiepo.[butuh rujukan]
Upacara penahbisan nama terhadap KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin dilakukan oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto pada tanggal 16 September 2006. Penamaan ini, menurut beberapa orang Indonesia yang hadir pada upacara tersebut merupakan lambang yang mewakili Presiden dan Wakil Presiden. Pangeran Diponegoro adalah pahlawan dari Jawa seperti tempat asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Sultan Hasanuddin mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.[4]
Kapal
Persenjataan
Torpedo
KRI Diponegoro dilengkapi dengan torpedo A 244S Mode 3/MU 90 yang dilengkapi dengan 2 peluncur torpedo tipe B515.[5]
Peluru kendali
Dipasang dua tipe rudal di atas kapal ini, yaitu:
Meriam
Meriam utama di posisi A dipasang Super Rapid OtoMelara 76 mm buatan Italia. Sedangkan kanon ringan tambahan pada posisi B dipasang Auxiliary Gun 2 x 20 mm Vector G12.[5]
Persenjataan elektronik
- Sistem manajemen tempur Thales TACTICOS buatan Thales, sebuah perusahan hi-tech Belanda, spesialis dalam bidang disain dan produksi sistem integral untuk komando dan kontrol, sensor dan komunikasi. Sistem ini dikenal dengan nama Combat Management System (CMS). Keunggulan teknologi yang dikembangkan Thales kini menjadi standar pertahanan NATO.[5]
- Data Link: LINK Y Mk2 datalink system
- Komunikasi elektronik: Thales/Signaal FOCON
- Sistem Pengumpan: TERMA SKWS
- Platform integrasi utama: Imtech UniMACs 3000 Integrated Bridge System
Sensor dan elektronis
Radar
Radar utama MW08 3D multibeam surveillance buatan Thales, sebuah radar dengan G-band, yang merupakan famili 3D multibeam jarak menengah (105 km) untuk survei, menentukan sasaran, dan penjejakan. MW08 ini dilengkapi dengan teknologi radar termutakhir yang pendeteksiannya serba otomatis. Radar ini juga dilengkapi dengan kontrol tembak untuk mengendalikan senjata terhadap sasaran permukaan. Ini juga diperkuat dengan radar kontrol tembak LIROD Mk2.
Sonar
Thales Kingklip frekuensi menengah aktif/pasif ASW hull mounted sonar.[butuh rujukan]
Tenaga penggerak
Kapal kelas sigma ini dilengkapi dua buah mesin diesel V28-33D STC (sequintial turbo charging) diproduksi oleh MAN Diesel (Jerman) berkonfigurasi V 20 silinder. Mesin berkekuatan 8900 kW ini masing-masing menggerakan sebuah baling-baling yang bisa diatur kemiringan bilahnya melalui sebuah gir pengurang putaran satu tingkat. Mesin berbobot 46 ton ini berukuran panjang x lebar x tinggi = 7330 x 2100 x 3180 mm.[butuh rujukan
Penugasan
2007
- 2 Juli, Bertempat di galangan kapal Royal Schelde, Belanda, KRI Diponegoro secara resmi diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Departemen Pertahanan untuk selanjutnya diserahkan kepada TNI Angkatan Laut. KSAL sekaligus melantik pula komandan pertama kapal tersebut yang dijabat oleh Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah.
- 8-11 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Riyadh, Arab Saudi dimana awak kapal melakukan bekal ulang logistik serta melakukan ibadah umrah ke Mekkah. Selanjut tanggal 11 Agustus, kapal melanjutkan pelayarannya ke Jibuti.
- 30 Agustus, KRI Diponegoro tiba di perairan nusantara dan disambut oleh KSAL Laksamana TNI Slamet Soebijanto di atas kapal KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) yang berlayar di Selat Sunda. Selain itu didampingi oleh KRI Patimura, KRI Teuku Umar dan KRI Lemadang.
- 31 Agustus, KRI Diponegoro tiba di Dermaga 115, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kedatangan kapal perang jenis korvet kelas Sigma disambut langsung oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Agus Suhartono, SE bersama Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Moechlas Sidik, Kepala Staf Koarmabar Laksma TNI Budhi Suyitno, Komandan Lantamal III Laksma TNI Moch. Jurianto serta sejumlah pejabat teras Koarmabar lainnya.
- 17 September, diadakan peresmian KRI Diponegoro dan KRI DR Soeharso (990) di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang dengan mengundang ahli waris dari kedua pahlawan nasional tersebut.
- 13 Desember, KRI Diponegoro melakukan latihan perang di Laut Balikpapan dan pertama kalinya menembakkan meriam Oto-Melara 76 mm. Latihan ini melibatkan pula 15 KRI lainnya.
2009
Konstruksi dan karir
Peletakan lunas Diponegoro dilakukan pada tanggal 24 Maret 2005 dan diluncurkan pada tanggal 16 September 2006 oleh Damen Group, Vlissingen. Kapal ini ditugaskan pada tanggal 5 Juli 2007 oleh Laksamana Slamet Soebijanto, Kepala Staf TNI Angkatan Laut.[6]
Pada tanggal 21 April 2021, segera setelah hilangnya KRI Nanggala (402), TNI Angkatan Laut mengerahkan KRI Diponegoro, KRI Raden Eddy Martadinata, dan KRI I Gusti Ngurah Rai untuk mencari kapal selam yang hilang tersebut.[7]
Sejak keikutsertaannya pertama kali pada tahun 2009, Diponegoro telah beberapa kali mengikuti Satgas Maritim Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon.[8][9][10]
Komandan
- Letkol Laut (P) Lewis Nainggolan
- Letkol Laut (P) Arsyad Abdullah, S.E., M.A.P. (2007-2008)⭐⭐
- Letkol Laut (P) Hersan, S.H., M.Si.
- Kolonel Laut (P) Adam Tjahja Saputra, S.T., M.Tr.Hanla, M.M. (2022)
- Letkol Laut (P) Kurniawan Koes Atmadja, S.E. (2022—2023)
- Letkol Laut (P) Wirastyo Haprabu (2023—Sekarang)
Galeri
Referensi
Templat:Korvet kelas Diponegoro