Jules Brunet (2 Januari 1838 – 12 Agustus 1911) adalah perwira Prancis yang berperan aktif di Meksiko dan Jepang, dan kemudian menjadi jenderal dan kepala staf di Kementerian Perang Prancis pada tahun 1898. Brunet dikirim ke Jepang bersama misi militer Prancis pada tahun 1867. Setelah tumbangnya Keshogunan Tokugawa, ia berada di pihak pasukan keshogunan yang berperang melawan pasukan kekaisaran dalam tahap akhir Perang Boshin.
Napoleon III mengirim sekelompok penasihat militer ke Jepang dengan tujuan memodernisasi angkatan bersenjata keshogunan. Brunet dikirim sebagai instruktur artileri. Misi tersebut tiba di Jepang pada awal 1867, dan melatih tentara keshogunan selama kira-kira setahun.
Lalu pada tahun 1868, Keshogunan Tokugawa ditumbangkan oleh pendukung kekaisaran dalam Perang Boshin. Setelah kendali pemerintahan dikembalikan ke tangan Kaisar Meiji dalam peristiwa yang disebut Restorasi Meiji, misi militer Prancis diperintahkan untuk meninggalkan Jepang melalui sebuah dekret kaisar.
Walaupun sudah diperintahkan untuk pulang ke Prancis, Brunet memilih untuk tetap tinggal di Jepang. Ia mengundurkan diri dari ketentaraan Prancis, dan ikut bersama sisa-sisa tentara keshogunan yang mundur ke utara Jepang sambil berharap dapat melakukan serangan balasan di kemudian hari. Dalam sebuah surat yang dikirimkannya ke Napoleon III, Brunet menjelaskan rencana Aliansi Utara bersama peran dirinya di dalamnya:
"Sebuah revolusi memaksa Misi Militer untuk kembali ke Prancis. Aku tinggal sendirian, sendirian aku berharap dapat meneruskan, di bawah persyaratan baru: hasil-hasil yang diperoleh Misi, bersama Partai Utara yang adalah kelompok pro-Prancis di Jepang. Segera reaksi akan berlangsung, dan para daimyo di Utara telah menawarkan peran penting kepadaku. Aku telah menerima tawaran tersebut, karena dengan bantuan seribu perwira dan bintara Jepang, semuanya siswa kami, saya akan memimpin 50.000 tentara Konfederasi."
Brunet berperan sangat aktif dalam Perang Boshin. Ia dan Kapten André Cazeneuve terlibat dalam Pertempuran Toba-Fushimi (27–31 Januari 1868), dekat Osaka. Setelah dikalahkan tentara kekaisaran, Brunet dan Cazeneuve mengikuti tentara keshogunan yang dipimpin Laksamana Enomoto Takeaki melarikan diri ke Edo (sekarang Tokyo) dengan kapal perang Fujisan.
Setelah Edo juga jatuh ke tangan pasukan kekaisaran, Enomoto dan Brunet melarikan diri ke Pulau Ezo di Jepang utara. Di Ezo, mereka memproklamasikan berdirinya Republik Ezo dengan Enomoto sebagai presiden. Brunet membantu mengorganisasi angkatan bersenjata Ezo, di bawah kepemimpinan Prancis-Jepang. Otori Keisuke diangkat sebagai panglima tertinggi, dan Brunet sebagai wakilnya. Republik Ezo memiliki empat brigade yang masing-masing dipimpin oleh perwira Prancis (Fortant, Marlin, Cazeneuve, dan Bouffier), dan Demi-Brigade yang dikomandani perwira Jepang.
Pertempuran terakhir antara tentara Republik Ezo melawan tentara kekaisaran disebut Pertempuran Hakodate. Tentara Republik Ezo yang hanya berjumlah 3.000 prajurit dikalahkan oleh pasukan kekaisaran yang berjumlah 7.000 prajurit.
Dalam memoar yang ditulisnya, Brunet memuji Wakil Komandan ShinsengumiHijikata Toshizō. Mengenai kemampuan Hijikata sebagai pemimpin, menurutnya, kalau saja Hijikata berada di Eropa, dia pastinya sudah jadi seorang jenderal.
Kembali ke Prancis
Brunet bersama penasihat militer Prancis lainnya menjadi buronan Pemerintah Jepang. Namun mereka berhasil dievakuasi dari Ezo oleh kapal perang Prancis (korvet Coëtlogon yang dikomandani Dupetit-Thouars). Mereka dibawa ke Saigon dengan kapal Dupleix. Brunet lalu pulang ke Prancis.
Pemerintah baru Jepang meminta agar Brunet dihukum untuk keterlibatannya dalam Perang Boshin. Namun, petualangannya di Jepang mendapat dukungan publik Prancis, dan permintaan Pemerintah Jepang ditolak.
Brunet dengan segera direhabilitasi dan bergabung kembali dengan angkatan darat Prancis. Pada Perang Prancis-Prussia 1870-1871, ia dijadikan tawanan perang pada peristiwa Pengepungan Metz. Seusai perang, ia memainkan peran penting sebagai anggota Tentara Versailles melawan Komune Paris pada tahun 1871.
Rehabilitasi di Jepang
Sementara itu di Jepang, Laksamana Enomoto, mantan sekutu Brunet, juga telah direhabilitasi oleh pemerintah baru Meiji. Enomoto bergabung sebagai birokrat di pemerintah kekaisaran dan diangkat sebagai menteri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Berkat pengaruh Enomoto, pemerintah kekaisaran tidak saja memaafkan aksi-aksi Brunet, melainkan juga memberinya medali penghargaan pada Mei 1881 dan sekali lagi pada Maret 1885. Penghargaan tersebut diberikan kepadanya di Kedutaan Jepang di Paris.[2]
Karier selanjutnya
Selama 17 tahun berikutnya, Brunet naik pangkat hingga menjadi jenderal di angkatan darat Prancis. Pada tahun 1898, Chanoine, mantan atasannya untuk misi militer Prancis di Jepang, diangkat sebagai menteri perang, dan Brunet dijadikan kepala staf ("Chef de l'état-major du ministre de la Guerre").
Budaya populer
Petualangan Brunet di Jepang selama Perang Boshin dijadikan inspirasi untuk karakter Kapten Nathan Algren pada film tahun 2003, The Last Samurai.[3][4]
Lukisan dan gambar oleh Jules Brunet
Brunet adalah seorang pelukis berbakat yang meninggalkan sejumlah gambar dan lukisan dari perjalanannya di Meksiko dan Jepang.
^Le dernier samouraï était un capitaine français ("The Last Samurai was a French captain"), Samedi, 6 mars 2004, p. G8, Le Soleil. Mengutip Christian Polak mengenai film The Last Samurai.
Referensi
(Jepang)Polak, Christian. (1988). 函館の幕末・維新 "End of the Bakufu and Restoration in Hakodate." ISBN 4-12-001699-4.
__________. (2001). Soie et lumières: L'âge d'or des échanges franco-japonais (des origines aux années 1950). Tokyo: Chambre de Commerce et d'Industrie Française du Japon, Hachette Fujin Gahōsha (アシェット婦人画報社).
__________. (2002). 絹と光: 知られざる日仏交流100年の歴史 (江戶時代-1950年代) Kinu to hikariō: shirarezaru Nichi-Futsu kōryū 100-nen no rekishi (Edo jidai-1950-nendai). Tokyo: Ashetto Fujin Gahōsha, 2002. 10-ISBN 4-573-06210-6; 13-ISBN 978-4-573-06210-8; OCLC 50875162