Judith dari Flandria (atau Judith dari Prancis) (Oktober 844 – 870) merupakan putri pertama Raja Franka dan Kaisar Romawi Suci Charles yang Botak dan istrinya Ermentrude dari Orléans. Lewat pernikahannya dengan dua raja Wessex, Judith dua kali menjadi seorang Ratu, dan lewat pernikahannya yang ketiga dengan Baldwin, ia menjadi istri Pangeran Flandria yang pertama. Ia adalah leluhur Pangeran Flandria selanjutnya, dan merupakan ibu tiri dan kemudian saudara ipar Raja Alfred yang Agung.
Ratu Wessex
Ketika Judith berusia sekitar 12 tahun, ayahnya menikahkannya dengan Ethelwulf, Raja Wessex pada tanggal 1 Oktober, 856 di Verberie sur Oise, Prancis. Ethelwulf pergi berziarah ke Roma, dan berhenti di istana ayah Judith, Charles yang Botak dalam perjalanan kembali ke Wessex. Segera setelah keduanya kembali ke Inggris, putra tertua Ethelwulf yang masih hidup, Ethelbald, membuat suatu rencana konspirasi dengan Ealdorman dari Somerset dan Uskup dari Sherborne untuk menentang kembalinya Æthelwulf keposisinya sebagai raja. Atas balasan dari krisis ini, Æthelwulf menyerahkan barat Wessex kepada putranya dan ia sendiri menahan sentral dan timur Wessex. Restorasi Æthelwulf termasuk konsesi khusus atas nama ratu-ratu Sachen: Sachen Barat sebelumnya tidak mengizinkan seorang ratu untuk duduk disisi raja. Sebenarnya mereka tidak menganggapnya sebagai seorang ratu, tetapi hanya merupakan "istri raja." Larangan ini diangkat untuk Ratu Judith, kemungkinan karena ia adalah puteri Eropa yang beranking tinggi.
Ketika Ethelwulf wafat pada tanggal 13 Januari 858, ia digantikan oleh putranya, Ethelbald. Pada tahun yang sama Ethelbald mendapat kecaman dari Gereja dengan menikahi Judith, ibu tirinya yang masih muda dan telah menjanda. Hubungan tersebut dianggap terlarang dan kontraversi langsung atas hukum gereja. Pernikahan tersebut akhirnya dibatalkan pada tahun 860 atas dasar hubungan saudara, tahun yang sama dengan tahun kematian Ethelbald.
Lewat pernikahannya dengan dua Raja Wessex, Judith dua kali menjadi Ratu Wessex dan keduanya adalah ibu tiri dan kemudian saudara ipar Alfred yang Agung. Yang menarik, putra Judith oleh pernikahannya yang ketiga, Baldwin II, Pangeran Flandria akan terus menikahi putri Alfred, Ælfthryth (juga dikenal sebagai Elfrida). Dengan pernikahannya yang ketiga, Judith juga merupakan leluhur dari Ratu Inggris lain, Matilda dari Flandria, permaisuri Inggris raja Normandia pertama, William sang Penakluk. Oleh karena itu Judith bukan hanya leluhur dari para Pangeran Flandria, tetapi lewat Matilda, ia juga merupakan leluhur langsung Monarki Inggris dan kemudian Britania Raya dan Negara-negara Persemakmuran.
Kawin lari dengan Baldwin dari Flandria
Diikuti dengan kematian suami keduanya, Judith menjual propertinya di Wessex dan kembali ke Prancis. Menurut Chronicle of St. Bertin, ayahnya mengirimnya ke sebuah Biara di Senlis, di mana ia akan tinggal "dbawah perlindungan dan hak asuhnya, dengan segala hormat kepada seorang ratu, sampai tiba waktu yang tepat, jika ia bisa tetap suci, ia dapat menikah di dalam cara yang dikatakan apostle, yang tepat dan legal."[1] Kemungkinan, Charles bermaksud untuk mengatur pernikahan lain untuk putrinya. Namun, sekitar hari raya Natal pada tahun 861, Judith kawin lari dengan Baldwin, yang kemudian menjadi Pangeran Flandria. Keduanya sepertinya memberkati pernikahan mereka di Biara Senlis pada saat itu. Catatan dari insiden di dalam Sejarah menggambarkan Judith bukan sebagai korban pasif dari penculikan mempelai melainkan sebagai seorang prakarsa yang aktif, kawin lari atas instigasi Baldwin dan akhirnya dengan persetujuan saudara laki-lakinya Louis yang Gagap.[2]
Ayah Judith marah dan memerintahkan para uskupnya untuk mengucilkan pasangan tersebut. Mereka kemudian melarikan diri ke istana sepupu Judith Lothair II dari Lorraine untuk perlindungan, sebelum pergi ke Paus Nicholas I untuk membantu menyelesaikan kasus mereka. Paus mengambil tindakan diplomatik dan meminta ayah Judith untuk menerima penyatuan tersebut sebagai ikatan hukum dan menyambut pasangan muda tersebut kedalam lingkarannya - yang akhirnya dikabulkan. Pasangan tersebut kemudian kembali ke Prancis dan menikah secara sah di Auxerre pada tahun 863.
Baldwin langsung diberikan sebuah wilayah di selatan Scheldt, misalnya: Negara Flandria (meskipun luas wilayahnya lebih kecil dari daerah yang ada pada Abad Pertengahan) untuk menangkal serangan Viking. Meskipun diperdebatkan di antara para sejarawan apabila Raja Charles melakukan hal tersebut dengan harapan Baldwin akan terbunuh di dalam perang dengan Viking, Baldwin berhasil menangani situasi tersebut. Baldwin berhasil meredakan ancaman Viking, mengembangkan pasukan dan wilayahnya dengan cepat, dan menjadi seorang pendukung Raja Charles yang setia. Barisan Baldwin jadi terkenal di Flandria dan akan menjadi satu dari kerajaan terkuat di Prancis. Judith sendiri meninggal pada tahun 870, ketika ia berusia sekitar 26 tahun.
Pernikahan dan keturunan
Judith pertama-tama menikah dengan Raja Æthelwulf dari Wessex, kemudian dengan pewarisnya, Ethelbald dari Wessex. Kedua pernikahan tersebut tidak menghasilkan keturunan.
Oleh suami ketiganya, Baldwin I, Pangeran Flandria, keturunan Judith termasuk:
Silsilah Keluarga
Silsilah Judith dari Flandria
|
|
Documentation of Judith's maternal lineage is available Here
Judith di dalam fiksi
- Judith merupakan karakter signifikan di dalam The Marsh King, sebuah novel sejarah oleh C. Walter Hodges, yang memberinya seorang putra fiksi oleh pernikahannya dengan Ethelbald.
- Judith juga digambarkan di dalam 'Judith of France' dan sekuel, "Journey for a Princess" keduanya oleh Margaret C. Leighton.
Referensi
- ^ Geary, Patrick J. Women at the Beginning: Origin Myths from the Amazons to the Virgin Mary. (Princeton: Princeton University Press, 2006),p. 52
- ^ Geary, Patrick J. Women at the Beginning: Origin Myths from the Amazons to the Virgin Mary. (Princeton: Princeton University Press, 2006),p. 53