Yang Mulia
Joseph Hubertus Soudant
|
---|
|
Gereja | Gereja Katolik Roma |
---|
Keuskupan agung | Palembang |
---|
Penunjukan | 5 April 1963 (41 tahun, 6 hari)[1] |
---|
Masa jabatan berakhir | 20 Mei 1997 (75 tahun, 61 hari) |
---|
Pendahulu | Henri Martin Mekkelholt, S.C.J |
---|
Penerus | Aloysius Sudarso, S.C.J. |
---|
|
Tahbisan imam | 11 September 1949 (27 tahun, 165 hari) |
---|
Tahbisan uskup | 29 Juni 1961 (39 tahun, 91 hari) oleh Henri Martin Mekkelholt, S.C.J. |
---|
|
Nama lahir | Joseph Hubertus Soudant |
---|
Lahir | (1922-03-30)30 Maret 1922 Heer, Maastricht, Belanda |
---|
Meninggal | 29 Desember 2003(2003-12-29) (umur 81) Rumah Sakit Ziekenhuis Oost-Limburg - Kampus Saint Barbara Lanaken, Limburg, Belgia |
---|
Makam | Heer, Maastricht, Belanda |
---|
Kewarganegaraan | Belanda |
---|
Denominasi | Katolik Roma |
---|
Jabatan sebelumnya | - Uskup Koajutor Palembang (1961–1963)
- Uskup Tituler Tadamata (1961–1963)
|
---|
Mgr. Joseph Hubertus Soudant, S.C.J. (30 Maret 1922 – 29 Desember 2003) adalah Uskup Gereja Katolik Roma untuk Keuskupan Palembang sejak 5 April 1963 hingga 20 Mei 1997. Sebelumnya, ia menjabat Uskup Koajutor pada keuskupan yang sama sejak ditunjuk pada 3 Januari 1961.
Masa kecil
Soudant dilahirkan di Herr, Belanda pada tanggal 30 Maret 1922 dari ayah seorang tukang bangunan bernama Willem Hubertus Soudant dan ibu bernama Helena Hubertina Beckers. Sehari setelah kelahirannya, ia dibaptis di Gereja Santo Petrus, Herr. Pada 26 Oktober 1932, ia menerima Sakramen Penguatan.
Masuk seminari dan menjadi imam
Pada tahun 1934 setelah lulus sekolah dasar, Soudant masuk ke seminari menegah di Lanaken. Pada tahun 1939, ia pindah ke Seminari Menegah Hati Kudus di Bergen op Zoom sampai pada 11 September 1949 ia ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Mutsaerat, SCJ.[butuh rujukan]
Pelayanan di Tanah Misi-Menjadi Uskup
Pada 2 Desember 1950 ia pergi ke Palembang, Indonesia untuk melaksanakan misinya, salah satunya dengan mendirikan sekolah yaitu SMA Xaverius. Pada Juni 1953, ia menjadi Direktur SMA Xaverius dan berlangsung selama 3 tahun. Sejak Oktober 1956, ia berkarya di daerah Baturaja. Di sana ia membentuk Panti Asuhan Rumah Yusuf dan menjadi Pastor Paroki Baturaja. Pada Mei 1958, ia mendapat cuti untuk kembali ke Belanda dan kembali lagi ke Indonesia pada 6 Desember 1958. Tidak lama kemudian, Vikaris Apostolik Palembang saat itu, Mgr. Henri Martin Mekkelholt, S.C.J. memerintahkannya untuk menggantikannya sementara karena hendak berlibur. Dewan Uskup Palembang saat itu terkesan dengan cara kerja Pastor Soudant dan memberi saran agar Pastor Soundant dijadikan sebagai Vikaris Jendral/Wakil Uskup.
Sekembalinya Mgr. Mekkelholt dari cuti, ia mulai sakit dan ia mengirimkan permohonan kepada Paus agar diberi uskup pengganti. Pada 3 Januari 1961, Mgr. Soudant ditunjuk untuk menjadi Uskup Koajutor Palembang dan sejak 5 April 1963 ia melanjutkan kepemimpinan yang telah dilakukan Mgr. Mekkelholt di Keuskupan Palembang setelah pengunduran dirinya diterima.
Mgr. Soudant ditahbiskan menjadi Uskup Koajutor Palembang dengan gelar Uskup Tituler Tadamata pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni 1961 oleh Uskup Palembang, Mgr. Henri Martin Mekkelholt, S.C.J. Bertindak sebagai uskup ko-konsekrator adalah Mgr. Peter Gratian Grimm, O.F.M. Cap., Uskup Tianshui sekaligus Administrator Apostolik Sibolga dan juga Mgr. Nicolas Pierre van der Westen, SS.CC., Uskup Pangkal-Pinang.
Pelayanan sebagai Uskup
Sebagai seorang uskup, Mgr. Soudant dikenal umatnya sebagai gembala yang kuat, tangguh, tegas, dan tidak berkompromi dalam kebenaran dan kebaikan. Pada dasarnya ia menanamkan mentalitas kebenaran dan kebaikan bagi semua umat di keuskupannya. Ia juga seorang uskup yang memberi perhatian bagi umat dan para imamnya. Pada suatu kesempatan, ia melihat umatnya yang menunggu angkutan umum di jalan, dan iapun segera menghentikan mobilnya, mempersilakan mereka masuk dan mengantarnya ke tujuan.
Ia telah berhasil membangun hubungan baik dengan pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat, bahkan ia satu-satunya uskup di Indonesia yang bergabung dalam Rotary Club, sebuah komunitas orang-orang kaya yang mengglang dana untuk misi kemanusiaan dengan tujuan berpihak pada kaum miskin.
Emeritus sampai wafat
Pada 20 Mei 1997, ia memutuskan untuk pensiun dan menjadi Uskup Emeritus. Pada hari yang sama, Mgr. Aloysius Sudarso, S.C.J. ditunjuk menjadi Uskup Palembang. Pada bulan Juni, ia kembali ke Belanda dan tetap melayani umat di sana.
Pada musim dingin 2003, ia jatuh sakit hingga akhirnya pada 29 Desember 2003, Mgr. Soudant meninggal dunia di Rumah Sakit Ziekenhuis Oost-Limburg - Kampus Saint Barbara, Lanaken, Limburg, Belgia dalam usia 81 tahun. Ia dimakamkan di tanah kelahirannya, yaitu Kota Heer, Belanda.
Referensi
Pranala luar
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|