Jordan Peterson
Jordan Bernt Peterson (lahir 12 Juni 1962) adalah psikolog klinis dan profesor psikologi di Universitas Toronto, Kanada. Bidang kajian utamanya adalah psikologi abnormal, sosial, dan kepribadian,[1] dengan keahlian khusus di bidang psikologi agama dan ideologi,[2] serta penilaian dan peningkatan kepribadian dan kinerja.[3] Peterson kuliah di Universitas Alberta dan Universitas McGill. Ia menjadi peneliti pascadoktoral di McGill tahun 1991 sampai 1993, kemudian pindah ke Universitas Harvard. Ia menjabat sebagai lektor, lalu lektor kepala, di departemen psikologi Harvard.[4][5] Pada tahun 1998, ia pulang ke Kanada dan menjadi pengajar di departemen psikologi Universitas Toronto, lalu diangkat menjadi guru besar. Buku pertama Peterson, Maps of Meaning: The Architecture of Belief, diterbitkan tahun 1999. Buku itu mendalami sejumlah bidang akademik untuk menjelaskan struktur sistem kepercayaan dan mitos, peran keduanya dalam mengatur emosi, menciptakan makna, dan motivasi untuk melakukan genosida.[6][7][8] Buku keduanya, 12 Rules for Life: An Antidote to Chaos, diterbitkan bulan Januari 2018.[4][9][10] Pada tahun 2016, Peterson merilis beberapa video di saluran YouTube miliknya yang mengkritik kesantunan politis dan Rancangan Undang-Undang C-16 pemerintah Kanada karena berdampak buruk terhadap kebebasan berbicara. Sejak itu, ia sering menjadi sorotan media.[4][9][10] Kehidupan awalPeterson lahir tanggal 12 Juni 1962 dan dibesarkan di Fairview, Alberta, kota kecil di barat laut tempat kelahirannya, Edmonton, Kanada. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara dari pasangan Beverley, pustakawan di Grande Prairie Regional College di Fairview, dan Walter Peterson, guru sekolah.[11][12] Nama tengahnya, Bernt (/ˈbɛərənt/ BER-ənt), diambil dari nama kakek buyutnya dari Norwegia.[13][14] Saat berusia 13 tahun, ia mengenal karya-karya George Orwell, Aldous Huxley, Aleksandr Solzhenitsyn, dan Ayn Rand setelah diperkenalkan oleh pustakwan sekolahnya Sandy Notley – ibu Rachel Notley, ketua Partai Demokrat Baru Alberta dan Perdana Menteri Alberta ke-17.[15] Peterson juga bekerja di Partai Demokrat Baru (NDP) saat masih remaja, tetapi perlahan tidak suka dengan partai tersebut karena, seperti yang Orwell tulis di The Road to Wigan Pier, dipenuhi "sosialis kelas menengah berjas intelektual" yang "tidak suka orang miskin; mereka cuma benci orang kaya".[11][16] Ia keluar dari NDP pada usia 18 tahun.[17] PendidikanSetelah lulus dari Fairview High School tahun 1979, Peterson kuliah di Grande Prairie Regional College untuk mendalami ilmu politik dan sastra Inggris.[2] Ia kemudian pindah ke Universitas Alberta dan lulus dengan gelar B.A. pada tahun 1982.[17] Setelah itu, ia cuti setahun untuk keliling Eropa. Di sana, ia tertarik dengan asal mula Perang Dingin secara psikologis, terutama totalitarianisme Eropa abad ke-20,[2][18] dan sering bermimpi tentang eskalasi perlombaan senjata nuklir. Ia mulai khawatir dengan kemampuan manusia berbuat jahat dan berniat menghancurkan. Ia kemudian mempelajari tulisan-tulisan Carl Jung, Friedrich Nietzsche, Aleksandr Solzhenitsyn,[11] dan Fyodor Dostoyevsky.[18] Ia kembali ke Universitas Alberta dan mendapat gelar B.A. di bidang psikologi tahun 1984.[19] Tahun 1985, ia pindah ke Montreal untuk kuliah di Universitas McGill. Ia mendapat gelar Ph.D. di bidang psikologi klinis di bawah bimbingan Robert O. Pihl pada tahun 1991. Ia bekerja sama dengan Pihl dan Maurice Dongier sebagai peneliti pascadoktoral di Douglas Hospital sampai Juni 1993.[2][20] KarierPada Juli 1993 sampai Juni 1998,[1] Peterson tinggal di Arlington, Massachusetts, karena menjabat sebagai lektor dan lektor kepala di departemen psikologi Universitas Harvard. Semasa di Harvard, ia mempelajari agresi yang muncul akibat penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol dan membimbing beberapa proposal tesis yang tidak lazim.[17] Dua mantan mahasiswa Ph.D.-nya, Shelley Carson, psikolog dan guru dari Harvard, dan Gregg Hurwitz, seorang penulis, mengingat bahwa kuliah Peterson sangat dinanti-nantikan oleh para mahasiswanya.[4] Pada Juli 1998, ia pulang ke Kanada dan menjabat sebagai guru besar di Universitas Toronto.[1][19] Bidang studi dan penelitian Peterson adalah psikofarmakologi, psikologi abnormal, saraf, klinis, kepribadian, sosial, industri dan organisasi,[1] agama, ideologi,[2] politik, dan kreativitas.[3] Peterson telah menulis lebih dari seratus artikel ilmiah.[21] Sepanjang kariernya, Peterson memiliki praktik klinik aktif yang dikunjungi 20 pasien per minggu. Ia juga aktif di media sosial. Pada September 2016, ia merilis beberapa video yang mengkritik Bill C-16 yang kemudian mengubah karier dan kehidupannya.[15][22] Tahun 2017, ia memutuskan menangguhkan praktik psikologi klinisnya.[9] Sejak 2018, ia berhenti mengajar untuk sementara karena terlibat sejumlah proyek baru.[12][23] KaryaBukuMaps of Meaning: The Architecture of Belief
— Jordan Peterson, 1998 (Descensus ad Inferos)[5] Pada tahun 1999, Routledge menerbitkan Maps of Meaning: The Architecture of Belief. Buku yang ditulis selama 13 tahun ini menjelaskan teori komprehensif tentang cara manusia membuat makna, kepercayaan, dan narasi menggunakan ide dari berbagai bidang seperti mitologi, agama, sastra, filsafat, dan psikologi sesuai pemahaman fungsi otak menurut sains modern.[5][17][24] Menurut Peterson, tujuan utamanya adalah mencari tahu sebab individu dan kelompok berpartisipasi dalam konflik sosial, mendalami alasan dan motivasi seseorang untuk mendukung sistem kepercayaan mereka (i.e. identifikasi ideologi[17]) yang memicu pembunuhan dan kekejaman berjangkit seperti Gulag, kamp konsentrasi Auschwitz, dan genosida Rwanda.[5][17][24] Ia menganggap bahwa "analisis terhadap gagasan agama-agama besar dunia memungkinkan kita menjelaskan moralitas dasar kita dan mengembangkan sistem moralitas yang universal".[24] Arketipe Jung memainkan peran penting dalam buku ini.[4] Pada tahun 2004, seri TV 13 episode yang diangkat dari buku ini, Maps of Meaning: The Architecture of Belief, disiarkan di TVOntario.[11][19][25] 12 Rules for Life: An Antidote to ChaosPada Januari 2018, Penguin Random House menerbitkan buku kedua Peterson, 12 Rules for Life: An Antidote to Chaos. Buku ini menjelaskan prinsip etis abstrak tentang kehidupan dengan bahasa yang lebih sederhana daripada Maps of Meaning.[4][9][10] Peterson keliling dunia untuk mempromosikan buku ini.[26][27][28] Di tengah tur tersebut, Peterson diwawancarai oleh Cathy Newman di Channel 4 News dan menjadi sorotan publik. Bukunya terkenal karena wawancara ini.[29][30][31][32] Menurut Amazon, buku ini merupakan buku terlaris di Amerika Serikat dan Kanada dan terlaris keempat di Britania Raya.[33][34] Buku ini juga memuncaki daftar buku terlaris lain di Kanada, AS, dan Britania Raya.[35][36] Saluran YouTube dan podcastPada tahun 2013, Peterson mulai merekam kuliahnya ("Personality and Its Transformations", "Maps of Meaning: The Architecture of Belief"[37]) dan mengunggahnya ke YouTube. Satu juta orang berlangganan saluran YouTube-nya dan video-videonya telah ditonton lebih dari 50 juta kali per April 2018.[22][38] Pada Januari 2017, ia mempekerjakan tim produksi film untuk merekam kuliah psikologinya di Universitas Toronto. Ia memanfaatkan situs web urun dana Patreon setelah terlibat kontroversi RUU C-16 bulan September 2016. Jumlah dana yang diterimanya melalui Patreon naik dari $1.000 per bulan pada Agustus 2016 menjadi $14.000 pada Januari 2017, kemudian lebih dari $50.000 pada Juli 2017.[15][22][39] Peterson tampil di berbagai podcast, seri percakapan, dan acara daring lainnya.[38][40] Pada Desember 2016, Peterson memulai podcast-nya sendiri, The Jordan B. Peterson Podcast, yang memiliki 45 episode per 26 April 2018 dan mengundang tamu-tamu akademisi seperti Camille Paglia, Martin Daly, dan James W. Pennebaker.[41] Ia juga mewawancarai Stephen Hicks, Richard J. Haier, dan Jonathan Haidt.[41] Peterson mendukung aksi James Damore melawan kebijakan Google.[10] Pada Mei 2017, Peterson memulai rangkaian The psychological significance of the Biblical stories,[42] seri kuliah teater langsung yang juga dirilis dalam bentuk podcast. Ia menganalisis narasi arketipe dalam Kitab Kejadian sebagai pola perilaku yang penting bagi kestabilan personal, sosial, dan kultural.[10][43] Self Authoring SuiteTahun 2005, Peterson beserta rekan-rekannya mendirikan perusahaan untuk memproduksi program terapi menulis dengan seri latihan menulis daring[44] berjudul Self Authoring Suite.[11] Program ini terdiri dari Past Authoring Program, sebuah otobiografi berpanduan; dua Present Authoring Program yang memungkinkan peserta menganalisis kesalahan dan kebaikan dalam kepribadiannya sesuai model kepribadian Lima Besar; dan Future Authoring Program yang memandu peserta melewati proses merencanakan masa depan yang dikehendaki. Program terakhir diterapkan oleh mahasiswa S1 Universitas McGill untuk memperbaiki nilainya dan Sekolah Manajemen Rotterdam, Universitas Erasmus sejak 2013.[45][46] Program-program ini dikembangkan dari penelitian James W. Pennebaker di Universitas Texas, Austin dan Gary Latham di Sekolah Manajemen Rotman, Universitas Toronto.[4] Penelitian Peterson tahun 2015 menunjukkan penurunan tajam perbedaan kinerja menurut etnis dan gender, khususnya di kalangan mahasiswa laki-laki dari suku minoritas.[46][47] Menurut Peterson, lebih dari 10.000 mahasiswa menggunakan program ini pada Januari 2017; tingkat berhenti kuliah (drop-out) turun 25% dan IPK naik 20%.[11] Kehidupan pribadiPeterson menikahi Tammy Roberts pada tahun 1989.[15] Mereka memiliki seorang putra dan seorang putri.[11][15] Peterson menganggap dirinya beraliran liberal klasik Inggris[18][48] dan menyatakan bahwa ia sering disalahartikan sebagai tokoh sayap kanan.[38] Ia adalah seorang pragmatis filosofis.[43] Dalam sebuah wawancara tahun 2017, Peterson mengaku menganut agama Kristen,[49] tetapi pada tahun 2018, ia mengaku tidak beragama.[50] Ia menekankan bahwa pemahamannya tentang Kristen mungkin tidak sejalan dengan pemahaman masyarakat umum. Ia mengatakan bahwa tanggung jawab etis seorang Kristen adalah meniru Kristus yang menurutnya berarti "seorang Kristen perlu memikul beban tanggung jawab atas kejahatan di dunia ini layaknya seseorang yang benar-benar bertanggung jawab atas kejahatan ... untuk memahami hal itu, mereka perlu menentukan ke mana dunia akan berjalan, ke surga atau neraka".[50] Saat ditanyai apakah ia percaya Tuhan, Peterson menjawab, "Saya rasa jawaban yang pantas adalah Tidak, tetapi saya Dia mungkin saja ada".[9] Di The Spectator, Tim Lott menulis bahwa Peterson terinspirasi dari filsafat agama Jung dan sependapat dengan eksistensialisme Kristen Søren Kierkegaard dan Paul Tillich. Lott juga menulis bahwa Peterson menghargai Taoisme karena ajaran tersebut memandang alam sebagai pertarungan antara keteraturan dan kekacauan dan melihat bahwa kehidupan tidak ada artinya tanpa dualitas tersebut.[18] Sejak 2000, Peterson mulai mengoleksi lukisan era Soviet.[16] Dinding rumahnya dipenuhi lukisan seperti ini yang ia pajang sebagai pengingat hubungan antara propaganda totaliter dan seni karena visi idealis pun bisa menjelma menjadi penindasan dan kekejian totaliter.[4][23] Pada tahun 2016, Peterson menjadi anggota kehormatan keluarga besar Charles Joseph, seorang seniman Kwakwaka'wakw, dan diberi nama Alestalagie ("Pencari Jalan Agung").[16][51] Sejak akhir 2016, Peterson menerapkan pola makan ketat dengan makan daging saja dan sejumlah sayur untuk mencegah depresi berat dan gangguan autoimun, termasuk psoriasis dan uveitis.[12][52] Setelah ketenarannya melejit tahun 2016, ia mengubah gaya bicara dan gaya berpakaiannya menjadi "populisme pedesaan".[22][23] KaryaBuku
Artikel jurnal
Referensi
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Jordan Peterson. |