Jinpyeong dari Silla (565? - 632, bertahta tahun 579 -632) merupakan raja kedua puluh enam Dinasti Silla, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Raja Jinpyeong mengikuti jejak Raja Jinheung dengan mengorganisasikan kembali sistem pusat pemerintahan, dan karena banyaknya konflik dengan Baekje dan Goguryeo yang meningkat, mengirimkan duta-duta untuk meningkatkan hubungan dan menguatkan pertalian antara Silla dan berbagai dinasti Cina, Sui dan Tang. Raja Jinpyeong juga dikenal sebagai promotor Buddhisme sebagai panduan rohani kerajaan dan menyemangati pengajaran agama Buddha.[1]
Raja Jinpyeong dilahirkan sebagai Kim Baek-Jeong. Tahun kelahiran yang sebenarnya tidak diketahui. Ayahnya, Putra Mahlota Dongryun, adalah putra pertama Raja Jinheung dengan ibunya Lady Mano, putri Galmunwang Kim Reepjong. Menurut abad ke-12 riwayat Samguk Sagi, ia bertubuh besar dengan wajah terkenal, memiliki tekad besar dan kecerdasan yang tajam sebagai pemuda.[2] Ia naik tahta ketika Raja Jinji wafat pada tahun 579.
Ia menikahi Ratu Maya, putri Galmunwang Bokseung. Raja Jinpyeong digantikan oleh putrinya, Seondeok.[3] Putrinya yang lain, Puteri Cheonmyoung, merupakan ibu Raja Muyeol.[4] Menurut catatan di dalam riwayat Samguk Yusa, putrinya yang ketiga Puteri Seonhwa, menikah dengan Raja Mu dari Baekje.[5] Raja Jinpyeong juga memiliki putra-putri dari istri dan selir yang lainnya.[1]
Pemerintahan
Raja Jinpyeong menggantikan pamannya, Raja Jinji pada tahun 579 ketika Raja Jinji digulingkan oleh para bangsawan yang menentangnya pada tahun ke-4 dimasa pemerintahannya.[6][7] Karea Raja Jinpyeong mewarisi tahta pada masa kekacauan politik, ia menetapkan untuk mengorganisasi kembali pemerintah dan tubu administrasi di awal masa pemerintahannya, mengatur kembali dari sistem orientasi-ekspansi ke sistem politik birokratik.[8]
Buddhisme menjadi agama negara di dalam era tersebut, karena Raja Jinpyeong secara aktif mengirim utusan dan para biarawan ke Cina untuk belajar dan membantu di dalam hubungan diplomatik. Buddhisme di Silla berkembang sebagai agama yang dilindungi oleh negara dengan kuat.[8]
Reformasi
Raja Jinpyeong menunjuk beberapa orang baru yang cakap di dalam kantor-kantor penting ketika ia mulai memerintah dan melaksanakan reformasi. Ia menempatkan pejabat pemerintah Ichan Noribu(hangul:이찬 수을부, hanja 伊飡 首乙夫) pada ranking yang tertinggi Sangdaedeung untuk memelihara urusan negara[9] dan pada tahun 580, tahun kedua pada masa pemerintahannya, menunjuk Ichan Hujik (hangul:후직, hanja:后稷) sebagai kepala militer.[10] Raja Jinpyeong sangat bergantung pada kedua kepala kantor tersebut dan dapat menguatkan kerajaannya baik urusan internal dan hubungan internasional.[8] Ia juga memberikan ranking Galmunwang kepada kedua saudara laki-lakinya, untuk mengokohkan kekuasaan dan dukungan di dalam istananya.[11]
Raja Jinpyeong melanjutkan mengatur kembali dan mengorganisasikan kembali pada masa pemerintahannya; pada tahun 581 ia mendirikan Wihwabu (hangul:위화부, hanja:位和府), sebuah departemen administrasi untuk mengatur sistem pemerintahan pejabat dan personel, dan pada tahun 583 mendirikan Seonbuseo (hangul:선부서, hanja:船府署), sebuah departemen untuk mengatur kapal-kapal di negara tersebut. Ia mendirikan sebuah independen nama pemerintahan era pada tahun 584, sebuah departemen yang bernama Jobu (hangul:조부, hanja:調府) untuk mengawasi pajak dan tenaga kerja wajib, dan mendirikan Seungbu (hangul:승부, hanja:乘府) untuk mengatur gerobak dan pelatih. Tiga pejabat ditunjuk untuk mengatur tiga tempat utama tersebut pada tahun 585, dan pada tahun 586 sebuah departemen yang bernama Yebu (hangul:예부, hanja:禮部) didirikan untuk mengawasi ritual dan upacara. Pada tahun 588, ia menempatkan Ichan Sueulbu (hangul:이찬 수을부, hanja 伊飡 首乙夫) sebagai pemerintahan resmi tertinggi Sangdaedeung, dan departemen spesial yang mengawasi diplomat asing, Younggaekbu (hangul:영객부, hanja:領客府) didirikan pada tahun 591.[8]
Raja juga membarui wilayah kabupaten dan sistem prefektur. Distrik baru Bukhansanju (hangul:북한산주, hanja:北漢山州) didirikan untuk mempersiapkan serangan dari Goguryeo pada tahun 604, dan pada tahun 614 Ilseonju (hangul:일선주, hanja:一善州) didirikan untuk persiapan melawan Baekje.[12][13]
Pada tahun 622, putra Raja JinjiKim Yong Chun ditunjuk sebagai Naeseongsasin (hangul:내성사신, hanja:內省私臣) yang pertama, seorang pejabat yang mengawasi pengaturan dari tiga istana utama. Refomrasi berlanjut dengan departemen penjaga istana yang bernama Siwibu (hangul:시위부, hanja:侍衛府); departemen yang bernama Sangsaseo (hangul:상사서, hanja:賞賜署), yang menjaga pahlawan nasional dan keluarganya; dan Daedoseo (hangul:대도서, hanja:大道署) yang mengawasi urusan mengenai Buddhisme.[14]
Buddhisme dan hubungan dengan Cina
Raja Jinpyeong merupakan seorang advokat yang kuat untuk Buddhisme dan banyak biarawan bepergian ke Cina selama masa pemerintahannya ketika melayani peranan diplomatik. Biarawan Jimyeong (hangul:지명, hanja:智明) yang pergi ke Cina Dinasti Chen pada tahun 585 untuk mempelajari Buddhisme kembali pada tahun 602 dengan para utusan, dan biarawan Wongwang (hangul:원광, hanja:圓光), yang telah pergi belajar ke Cina pada tahun 589, juga kembali dengan para utusan pada tahun 600.[15] Biarawan Damyuk (hangul:담육, hanja:曇育) juga pergi belajar ke Dinasti Sui pada tahun 596, dengan para utusan dan hadiah-hadiah dari Jinpyeong.[16]
Para utusan yang pergi ke China termasuk para biarawan Buddha terus-menerus dikirimkan selama masa pemerintahan Raja Jinpyeong, dan kedua negara berada di dalam kondisi bersahabat. Pada tahun 608, ketika Silla diserang oleh Baekje dan Goguryeo, Raja Jinpyeong meminta bantuan Sui, dengan permohonan tertulis oleh biarawan Wongwang. Sui menyetujuinya dan bergabung dengan Silla melawan Goguryeo, dan pada tahun 613 Kaisar Yang dari Sui mengirimkan utusan ke Silla untuk berpartisipasi di dalam upacara agama Buddha yang dilakukan oleh biarawan Wongwang di Kuil Hwangnyong.[17]
Hubungan diplomatik dengan Cina berlanjut sepanjang masa Dinasti Sui dan berikutnya Dinasti Tang. Berbagai hadiah dikirimkan ke Tang pada tahun 621 dan Kaisar Gaozu mengirimkan sutra-sutra, seni layar lipat dengan pernyataan resmi sebagai balasannya.[18] Hubungan diplomatik ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan Silla menggunakan hubungan ini untuk membantu pertahann mereka melawan Goguryeo dengan meminta pertolongan dari Tang. Kaisar Gaozu dari Tang mengirimkan para gubernurnya baik ke Silla dan Goguryeo pada tahun 626 untuk membawa kedamaian di kedua negara tersebut, walaupun hanya untuk sementara.[14]
Konflik dengan Baekje dan Goguryeo
Meskipun Raja Jinpyeong fokus memperkuat pertahanan dengan membangun benteng-benteng, dan menguatkan sistem militer, Silla berada di dalam konflik yang beruntun dengan kedua negara tetangganya, Baekje dan Goguryeo.[14] Pada tahun 602, pasukan Baekje menyerang Benteng Amak (hangul:아막성, hanja:阿莫城) tetapi dapat dikalahkan, dan pada tahun 603 Gogguryeo menyerang benteng di Bukhansan (hangul:북한산성, hanja:北漢山城) tetapi dapat dikalahkan ketika Raja Jinpyeong sendiri bergabung di dalam perang tersebut.[14]
Baekje melanjutkan serangan-serangan mereka pada tahun 605, dengan serangan terus-menerus dari Goguryeo juga. Raja Jinpyeong mengirim seorang biarawan, Wongwang ke Sui meminta bantuan untuk melawan serangan-serangan tersebut pada tahun 608. Bantuan dari Sui datang setelah Silla telah kehilangan banyak jiwa dan benteng, dan akhirnya persekutuan itu gagal dalam menghalangi serangan Goguryeo.[14]
Konflik dengan Baekje meningkat pada tahun 611, ketika mereka menyerang benteng Gajam (hangul:가잠성, hanja:椵岑城) dan menuntutnya setelah pertempuran brutal yang terjadi selama 100 hari.[19] Baekje melanjutkan serangan mereka, termasuk benteng Mosan (hangul:모산성, hanja:母山城) in 616,[20] Neuknohyeon (hangul:늑노현, hanja:勒弩縣) pada tahun 623, dan tiga benteng Sokham (hangul:속함성, hanja:速含城), Gijam (hangul:기잠성, hanja:歧暫城), dan Hyeolchaek (hangul:혈책성, hanja:穴柵城) pada tahun 624.[21][22]
Pada tahun 626 Baekje menyerang benteng Jujae (hangul:주재성, hanja:主在城), dengan tambahan dua benteng yang direbut beserta banyak orang yang dijadikan tawanan pada tahun 627. Pada tahun 628, Silla mengalahkan Baekje di benteng Gajam dan pada tahun 629 beberapa jenderal Kim Yong Chun (김용춘), Kim Seo Hyeon (김서현), dan Kim Yushin (김유신) menguasai benteng Goguryeo di Nangbi (hangul:낭비성, hanja:娘臂城).[8]
Masa Pemerintahan Selanjutnya
Kelanjutan perang dengan Baekje dan Goguryeo mengambil korban Silla dan rakyatnya. Musim kemarau dan kelaparan menguasai seluruh wilayah. Pandangan politik berbeda di antara para bangsawan sering kali terjadi; ketika Raja Jinpyeong memutuskan putrinya Puteri Deokman sebagai pewarisnya, divisi tersebut berkembang menjadi lebih dalam, karena banyak bangsawan yang menentang ide untuk memiliki seorang ratu.[23][24]
Pertikaian politik itu berada di puncaknya di bulan Mei tahun 631, ketika Ichan Chilsuk (이찬 칠숙) dan Achan Seokpum (아찬 석품) berkomplot memberontak. Pemberontakan itu ditemukan terlebih dahulu dan keduanya dieksekusi; Chilsuk dipenggal di depan publik dan kerabatnya di eksekusi, ketika Seokpum di tangkap dan di eksekusi oleh para prajurit ketika sedang melarikan diri.[24][25][26] Dengan meredakan pemberontakan ini, kekuasaan yang tetinggal hanya dari para pendukung raja, dan dalam atmosfer politik bahwa Puteri Deokman dapat menjadi Ratu.[27]
Raja Jinpyeong wafat pada tahun 632, selama 54 tahun memerintah. Ia dimakamkan di Bomun-dong, Gyeongju. Makamnya ini ditetapkan sebagai tonggak sejarah oleh pemerintah Korea pada tahun 1969.[28]
Legenda
Sabuk Giok Raja
Terdapat kisah sabuk giok Raja Jinpyeong di dalam riwayat Samguk Yusa, dimana sabuk tersebut konon merupakan hadiah dari langit. Pada tahun 579, ketika Raja Jinpyeong naik tahta, para malaikat turun ke taman istana dan memberikan Raja Jinpyeong sebuah hadiah Giok Kaisar Yang Agung. Raja Jinpyeong selalu mengenakan sabuk ini di dalam berbagai ritual dan upacara kepada langit. Bersama dengan kisah 9 pagoda dan patung Buddha di Kuil Hwangnyong, sabuk giok tersebut dianggap sebagai salah satu dari ketiga harta benda utama di Silla. Setelah Silla jatuh, Raja Gyeongsun memberikan sabuk itu kepada Taejo di Goryeo.[29]
Kebakaran di Mojiak
Catatan pertama batubara di Korea konon dinyatakan di dalam riwayat Samguk Sagi, dimana terdapat sebuah deskripsi "api membakar di atas tanah Mojiak (hangul:모지악, hanja:毛只嶽) selama 9 bulan pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong pada tahun 609". Hal ini dianggap bahwa Mojiak adalah wilayah yang sekarang Youngil, Gyeongsangbukdo, dimana batubara berwarna coklat digali.[30]
Keluarga
Ayah: Putera Mahkota Dongryun (동륜태자), putra Raja Jinheung