Janegara adalah desa di kecamatan Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Janegara terletak antara jalan penghubung antara kota Jatibarang ke kota Brebes kurang lebih km 1 dari Jatibarang.
Batas-batas Wilayah Desa Janegara yaitu: desa Kemiriamba di sebelah selatan, desa Klikiran di sebelah utara, Desa Klampis disebelah barat, Dan desa Kertasinduyasa di sebelah timur
Nama desa ini diambil dari kata bahasa Jawa kuno yang berasal dari kata "Neja" yang berarti Sengaja dan kata "negara" yang berarti negara. Menurut orang sepuh yang masih hidup, dulu Janegara berada jauh dari desa yang sekarang mereka tempati. Dulu, Janegara terletak di bantaran Sungai Si Biyuk atau kali kulon yang mengalir di sebelah barat Janegara sekarang. Konon, Para penduduk pindah karena pada masa itu terdapat seekor ular besar/ular naga yang hidup di bantaran sungai dan sering memakan tumbal berupa bayi. Kemudian, para warga merasa berang dan menaburi lubang/goa tempat tinggal ular tersebut dengan awu (abu gosok) yang diakui para warga dapat mencegah naga untuk keluar dari sarangnya. Sekarang, tempat tersebut dinamakan Dukuhawu yang berarti "tempat yang ditaburi abu gosok" dan tempat pemukiman Dukuh Awu tersebut sekarang menjadi Tempat Pemakaman Umum (TPU).
Dulu, Janegara wilayahnya sangat luas dan meliputi Desa Klikiran . Sekarang desa tersebut telah menjadi desa tersendiri.
Demografi
Penduduk desa Janegara umumnya merupakan suku Jawa. Hampir semua warganya memeluk agama Islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Jawa dengan Logat Jawa Tegalan. Mata pencaharian yang menjadi sumber penghidupan warga adalah petani, pegawai negeri, wiraswasta, pegawai swasta, pertukangan, TNI, Polisi, dan bidang kesehatan. Masih banyak juga penduduk yang mengadu hidupnya di Ibu kota Indonesia, Jakarta.
Kebudayaan
Umumnya kebudayaan masyarakat Janegara masih sama dengan Budaya Jawa pada umumnya tetapi telah mendapat pengaruh budaya Sunda karena daerah ini terletak di daerah Brebes yang merupakan daerah yang dekat dengan Jawa Barat. Budaya yang berkembang anatara lain kuda lumping,sintren, angklung, calung, dan lain-lain.
Di Janegara juga masih mengenal tentang upacara-upacara tertentu seperti upacara "Tebus Wetheng" (upacara untuk mendoakan ibu hamil 7 bulan), "Mitungdina" (upacara untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia terhitung 7 hari setelah kematiannya), "Matangpuluh" (upacara untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia terhitung 40 hari dari hari kematiannya), "Tedhak siti" (upacara menginjak tanah bagi bayi 1 tahun), "haul" (upacara bagi 1 tahunnya orang yang telah wafat).
Bangunan bersejarah
Di Janegara terdapat bangunan yang disebut Talang yang merupakan dam peninggalan Belanda. Disebut demikian karena dam tersebut melewati sungai Si Biyuk sehingga berbentuk menyilang (dam terletak di atas sedangkan sungai berada di bawah). Yang dalam bahasa Jawa disebut Talang yang berarti malang (menyilang). Sampai sekarang bengunan tersebut masih dilestarikan dan terawat sampai sekarang.