Muhammad 'Izzat Darwaza (bahasa Arab : محمد عزت دروزة) atau dikenal dengan nama Izzat Darwaza merupakan seorang politisi, sejarawan, dan pendidik Palestina yang berasal dari Nablus. Dia lahir pada tahun 1888 dan meninggal dunia pada tahun 1984 ketika berusia sekitar 96 tahun.[1] Izzat Darwaza meninggal pada tahun 1984 ketika berusia 96 tahun, dia telah menulis lebih dari tiga puluh buku dan menerbitkan banyak artikel yang membahas tentang Palestina, sejarah Arab, dan juga Islam.
Izzat Darwaza berasal dari keluarga pedagang MuslimSunni kelas menengah di Nablus. Keluarganya bekerja di bidang tekstil dan telah memiliki hubungan yang luas dengan pedagang asal Beirut dan Damaskus.[2] Pada masa kecilnya Izzat bersekolah di sekolah yang dikelola oleh pemerintah Ottoman di kota. Di sana dia belajar bahasa Arab, bahasa Turki, serta bahasa Inggris. Dia juga meningkatkan pengetahuannya tentang bahasa Perancis di akhir pendidikan formalnya.[3] Akan tetapi dia putus sekolah dan tidak menyelesaikan pendidkan di Istanbul ataupun Beirut sebagaimana yang dilakukan oleh orang lain. Sebagai gantinya, dia belajar sendiri dan menurut Rashid Khalidi dia menjadi seorang yang otodidak atau autodidak
Awal karier
Izzat Darwaza memulai kariernya dengan bekerja sebagai birokratUtsmani di Palestina dan Libanon. Setelah Pemberontakan Arab[4] melawan Kekaisaran Ottoman[5] pada tahun 1916, Izzat Darwaza bergabung dengan masyarakat nasionalis al-Fatat, karena dia telah lama menjadi simpatisan nasionalisme Arab dan seorang aktivis. Dia mengampanyekan persatuan Suriah Raya (sekarang Levant) dan menantang zionisme serta mandat asing di tanah Arab.[6][7]
Izzat Darwaza pernah menjadi pendidik sekaligus kepala sekolah di Sekolah Nasional an-Najah pada tahun 1922 hingga tahun 1927. Izat Darwaza juga pernah ikut terlibat dalam mendirikan partai nasionalis Istiqlal di Palestina dan juga merupakan penyelenggara utama demonstrasi anti Inggris.[8][9] Kemudian, pada tahun 1937 dia diasingkan ke Damaskus, kemudian di sana dia membantu mendukung upaya pemberontakan Arab yang ada di Mandat Britania atas Palestina. Izzat Darwaza dipenjara oleh otoritas Prancis di Damaskus akibat dari pemberontakan yang dia lakukan itu,. Namun ketika dipenjara dia mulai mempelajari Al-Quran dan tafsirnya. Setelah dia dibebaskan dari penjara pada tahun 1945, Darwaza akhirnya menyusun tafsirnya sendiri yang berjudul al-Tafsir al-Hadits.[10]
Pada tahun 1946 Izzat Darwaza bergabung dengan Komite Tinggi Arab yang dipimpin oleh Haj Amin al-Husseini,[11] namun pada tahun berikutnya dia mengundurkan diri setelah haknya dicopot. Akhirnya pada pertengahan 1950-an dia memutuskan untuk pergi ke Suriah untuk membantu upaya persatuan antara Suriah dan Mesir.
Kesetiaan terhadap Kekaisaran Ottoman
Izzat Darwaza mendukung Kekaisaran Ottoman dan menjadi bagian dari umat islam Utsmani. Pada tahun 1906 di pemerintahan Ottoman, dia menjabat sebagai pegawai Departemen Layanan Telegram dan Pos (DTPS) di Nablus.[12] Tugas pertamanya untuk Distrik Beisan dan Palestina Utara (Galilea dan Samaria utara). Akan tetapi, kesetiaan Izzat Darwaza berkurang, akibat dari kebijakan Turkifikasi dari pemerintah baru. Dia menganggap bahwa kebijakan pemerintah baru bertentangan dengan cita-citanya. Ketidakpuasannya dengan Turki Muda membuatnya mendukung kemerdekaan Arab dari kekaisaran. Lalu, pada tahun 1908 dia memutuskan bergabung dengan Committee of Union and Progress (CUP), tetapi beberapa waktu kemudian dia mengundurkan diri karena agenda politik nasionalis Turki.
Pada tahun 1911 Izzat Darwaza mendirikan cabang Partai Harmoni dan Kebebasan di Nablus. Kemudian, dia bergabung dengan kelompok anti zionis pada tahun 1913, dengan maksud untuk mencegah penjualan tanah milik arab kepada orang-orang Yahudi dengan mengajukan petisi kepada Sultan Ottoman, atau dengan membeli tanah untuk dijual agar tidak dibeli oleh orang Yahudi. Pada tahun itu juga, ia membantu mempersiapkan dan menjadi sekretaris Kongres Nasional Arab 1913 di Paris. Pada tahun berikutnya dia mendirikan Arab Scientific Society dengan tujuan menyebarkan kebudayaan Arab di wilayah tersebut melalui pembangunan sekolah-sekolah Arab. Namun rencana itu tidak berhasil, karena terjadinya Perang Dunia I.[13]
Karya Sastra
Pada akhir tahun 1920-an, Darwaza membuat buku dengan judul Lessons of Arab History: From Antiquity to Present Times, buku itu dia susun mengenai salah satu sejarah modern pertama bangsa Arab yang berbeda dengan sejarah negara Arab individual.[14] Di buku itu, Darwaza menggambarkan asal-usul orang-orang Semit, kebangkitan Islam, akhir pemerintahan Arab di Timur Tengah oleh kelompok-kelompok Turki, dan pemerintahan asing atas orang-orang Arab oleh kekuatan Barat. Bahasa dalam buku itu disederhanakan oleh Darwaza, dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai buku teks di sekolah-sekolah dasar dan menengah di seluruh British Mandates di Palestine serta Irak.[15]
Darwaza menerbitkan sebuah cerita The Angel and the Land Broker pada tahun 1934, yang menjelaskan mengenai sentimen Arab terhadap ancaman zionisme , yang menjelaskan mengenai para broker yang menggoda pemilik tanah Palestina untuk menjual tanah mereka kepada orang Yahudi. Karakter utama dalam cerita The Angel and the Land Broker adalah seorang petani buta huruf dan seorang gadis Yahudi dari Tel Aviv yang memaksa petani untuk menghabiskan banyak uang sehingga memiliki banyak utang. Selain itu, petani itu juga dipaksa menjual tanahnya dengan harga jual jauh di bawah nilainya. Cerita itu menjelaskan bagaimana metode yang digunakan oleh Zionis untuk membujuk pemilik tanah Arab untuk menjual tanah mereka. Kemudian dalam masa hidupnya setelah meninggalkan politik, Darwaza menerbitkan laporan ilmiah yang membahas secara rinci kota Nablus pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.[16]