Louis XIII membangun bangunan ini pertama kali sebagai pondok singgah perburuan pada tahun 1623 yang digantikan menjadi sebuah château kecil pada tahun 1631 sampai tahun 1634. Kemudian, Louis XIV memperluas bangunan ini menjadi istana dalam beberapa fase dari tahun 1661 hingga 1715. Bangunan yang menjadi lokasi favorit kedua raja ini pada tahun 1682 menjadi ibu kota secara de facto dari Prancis setelah pemindahan pusat pemerintahan dan kerajaan di Versailles. Kondisi tetap berlangsung di bawah kekuasaan Louis XV dan Louis XVI yang hanya melakukan perubahan terhadap interior istana. Akan tetapi, pada tahun 1789, keluarga kerjaan dan Ibukota Prancis pindah ke Paris. Selama periode Revolusi Prancis, istana ini ditinggalkan dan dikosongkan yang berakibat kepada penduduk sekitar istana yang terus berkurang.
Louis XIII membangun sebuah pondok singgah untuk kegiatan berburunya pada tahun 1623 agar dia tidak menginap di penginapan setempat di atas sebuah bukit yang lokasi favorit tempatnya berburu.[1][2]Tempat ini berlokasi 19 kilometer arah barat dari Paris[3] serta 16 km dari istana utamanya, Château de Saint-Germain-en-Laye yang baru dia tinggali pada tahun 1624.[4] Istana ini berada dekat dengan sebuah desa bernama Versailles,[a] yang merupakan hutan lahan basah yang para bawahan Louis XIII anggap sebagai tempat yang tidak layak untuk seorang raja ;[8]. Bahkan, salah satu dari bawahannya, yaitu François de Bassompierre menulis bahwa bangunan itu " tidak akan memunculkan kewibawaan bahkan untuk pria terhormat paling sederhana sekalipun".[9][10] Dari tahun 1631 hingga 1634, arsitek Philibert Le Roy mengganti pondok tersebut menjadi sebuah château,[11][12] yang melarang istri sekaligus ratunya, Ana dari Austria untuk menginap di sana from staying there overnight,[13][14] bahkan saat wabah cacar air melanda Saint-Germain-en-Laye pada tahun 1641 yang memaksa Louis XIII untuk pindah ke Versailles dengan Louis XIV yang saat itu berusia tiga tahun.[13][15]
Ketika Louis XIII meninggal pada tahun 1643, Ana menjadi wali penguasa dari Louis XIV.[16] Karena pusat kekuasaan pindah kembali ke Paris, bangunan ini terbengkalai dalam satu dekade.[17] Kepindahan kembali ke Paris ini menjadi lokasi Ana dan perdana menterinya, Jules Mazarin melanjutkan kebijakan moneter yang tidak populer dari Louis XII yang menyebabkan peristiwa Fronde. Fronde adalah pemberontakan berantai melawan otoritas kerajaan dari tahun 1648 hingga 1653 yang meliputi konflik antara Mazarin dan putri sedarah yang merupakan keluarga jauh dari Louis XIV atas pengaruh terhadap Louis XIV.[18] Sebagai akhir dari Fronde, Louis XIV mengambil keputusan untuk melakukan pemerintahannya secara independen.[19][20] Setelah kematian Mazarin pada tahun 1661,[21] Louis XIV mereformasi pemerintahannya dengan mengeluarkan ibu dan prince du sang,[20] sekaligus memindahkan pusat kekuasaanya kembali ke Saint-Germain-en-Laye.[22] Dia juga memerintahkan perluasan terhadap château yang berlokasi di Versailles ini menjadi istana.[13][4]
Catatan
^Kata "Versailles" pertama kali digunakan pada tahun 1038[5] dari kata versail dalam Bahasa Prancis Kuno[6] yang diserap dari bahasa latinvertere;[7] yang keduanya bermakna tanah yang dibajak.[6][7]
Guérard, Benjamin (1840). Collection des cartulaires de France. Tome I: Cartulaire de l'abbaye de Saint-Père de Chartres. Paris: Crapelet. Copy at Google Books.