Dalam khazanah pemikiran Islam di Indonesia, INSISTS memiliki titik pandang yang berbeda dari para pemikir di Jaringan Islam Liberal (JIL).[3] Selain aktif menyebarkan gagasan islamisasi ilmu[4] versi Syed Muhammad Naquib al-Attas, para pemikir INSISTS juga menawarkan wacana korektif dan alternatif untuk melawan paham-paham liberal, sekuler, dan pluralis dengan merujuk kepada khazanah para ulama silam.[5] Menurut Martin van Bruinessen, cendekiawan INSISTS mewakili suara muslim konservatif.[6]
Misi dan logo
INSISTS didirikan dengan tujuan:
Mengklarifikasi dan merumuskan kembali konsep-konsep dasar dan metodologi ilmiah dalam tradisi pemikiran dan peradaban Islam, yang relevan dengan problem yang dihadapi umat seperti keilmuan (Filsafat, Epistemologi, dan Etika), pendidikan, sejarah, peradaban, politik, ekonomi, sosial, dan gender.
Mengembangkan kerangka-pikir (framework) pemikiran Islam yang berangkat dari konsep pandangan hidup Islam (Islamic Worldview).
Menghadirkan respon Islami yang ilmiah dan kritis terhadap berbagai “pemikiran keislaman” yang berasal dari arus kebudayaan, aliran pemikiran, dan ideologi modern.
Terinspirasi oleh logo ISTAC yang dirancang oleh Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas, logo INSISTS berbentuk lingkaran berisi kaligrafi al-Qur'an surah Yunus ayat 32 (fa-mādzā ba'da 'l-ḥaqq illā 'ḍ-ḍalāl: فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ) yang artinya "Bukankah tidak ada lagi setelah kebenaran itu kecuali kesesatan", sedangkan di bagian dalamnya tertulis dalam posisi tegak lurus frasa li'l-ḥaqq yang berarti "Demi Kebenaran".
Logo dengan khat Kufi ini awalnya didesain oleh Syamsuddin Arif dan disempurnakan oleh Mustofa Munawwar dan Yusuf Ramdhani. Di bawahnya tertera empat kata berbunyi Committed to the Truth ("Setia pada Kebenaran") yang diusulkan oleh Hamid Fahmy Zarkasyi sebagai semboyan INSISTS.
Kegiatan
Sejak didirikan pada bulan Muharram 1424 H / Maret 2003, INSISTS mengelola berbagai kegiatan intelektual seperti riset pemikiran Islam klasik dan kontemporer, penerbitan jurnal ilmiah, penyelenggaraan diskusi, seminar, simposium,[7] dan lokakarya (workshop) di berbagai kota menyangkut isu Islamisasi,[8] Liberalisme, Sekularisme, Pluralisme Agama, Hak Asasi Manusia (HAM), pengarusutamaan gender, dan hubungan antar umat beragama.
Sebagai upaya edukasi publik, INSISTS secara rutin mengadakan acara diskusi dwi-pekanan yang sejak 2015 diganti nama menjadi INSISTS Saturday Forum. Diadakan setiap akhir pekan pada hari Sabtu pagi dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00, acara ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang ilmu dan latarbelakang sosial dan dihadiri oleh mahasiswa maupun profesional dari Jabodetabek dan sekitarnya.[9]
Salah satu kegiatan yang signifikan adalah Seri Kuliah yang terdiri dari empat hingga delapan kali pertemuan: Seri Kuliah Filsafat, Seri Kuliah Hadis, Seri Kuliah Jender, dan Seri Kuliah Pemikiran al-Attas. Pada Januari 2016 INSISTS menggelar Seri Kuliah Islamic Science up to 1500 yang menghadirkan Paul Lettinck dari Negeri Belanda.[10]
Acara terbuka lainnya adalah Special Lecture atau kuliah istimewa bersama pakar internasional seperti Prof Wan Mohd Nor Wan Daud dan Prof Amer Al Roubaie, diskusi publik masalah kekinian, peluncuran dan bedah buku bersama penulis. Mulai awal 2018 INSISTS menyelenggarakan Majelis Malam Rabu bersama Adian Husaini.
INSISTS juga dikenal luas melalui majalah ISLAMIA yang diterbitkan sejak 2004 sampai sekarang sebagai upaya menjelaskan berbagai persoalan pemikiran yang muncul di kampus dan di masyarakat seperti masalah penafsiran al-Qur'an dan hermeneutika, masalah maqashid syariah, dan HAM, gagasan inklusivisme dan teologi global, masalah kesatuan transenden agama-agama, orientalisme dalam studi Islam di perguruan tinggi, masalah epistemologi Islam dan Sains modern.
Penerbitan
Selain majalah ISLAMIA[11] (2004-sekarang) yang disebut oleh C.W. Watson (2005)[12] dan Chris Chaplin (2018)[13] sebagai representasi muslim konservatif, cendekiawan INSISTS telah menerbitkan sejumlah buku di antaranya sebagai berikut:
Hamid Fahmy Zarkasyi dkk, Tantangan Sekularisasi dan Liberalisasi di Dunia Islam (Jakarta: Khairul Bayan, 2004)[14]
Adnin Armas, Pengaruh Kristen-Orientalis terhadap Islam Liberal: Dialog Interaktif dengan Aktivis Jaringan Islam Liberal (Jakarta: Gema Insani, 2003)[15]
Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat: Refleksi tentang Islam, Westernisasi, dan Liberalisasi (Jakarta: INSISTS, 2012)[16]
Adian Husaini et al., Islam Liberal, Pluralisme Agama & Diabolisme Intelektual (Surabaya: Risalah Gusti, 2005)[17][18]
Ugi Suharto, Pemikiran Islam Liberal: Pembahasan Isu-isu Sentral (Shah Alam: Dewan Pustaka Fajar, 2007)[19]
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis (Jakarta: Perspektif, 2005)[20]
Adian Husaini dan Nuim Hidayat, Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya (Jakarta: Gema Insani, 2002)[21]
Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran: Kajian Kritis (Jakarta: Gema Insani, 2005)[22][23]
Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jakarta: Gema Insani, 2006)[24]
Budi Handrianto, 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia: Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme Agama (Jakarta: Hujjah Press, 2007)[25]
Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran (Jakarta: Gema Insani, 2008)[26]
Adnin Armas et al., Pluralisme Agama: Telaah Kritis Cendekiawan Muslim (Jakarta: INSISTS, 2013)
Henri Shalahuddin, Al-Qur'an Dihujat (Jakarta: Al Qalam, 2007)[27]
Adian Husaini, LGBT di Indonesia: Perkembangan dan Solusinya (Jakarta: INSISTS, 2015)
Budi Handrianto, Islamisasi Sains: Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2010)[28]
Syamsuddin Arif et al., Islamic Science: Paradigma, Fakta dan Agenda (Jakarta: INSISTS, 2016)[29]
Adian Husaini, Mewujudkan Indonesia Adil dan Beradab (Surabaya: Bina Qalam Indonesia, 2015)
Syamsuddin Arif, Islam dan Diabolisme Intelektual (Jakarta: INSISTS, 2017)[30]
Henri Shalahuddin, Indahnya Keserasian Gender dalam Islam (Jakarta: KMKI, 2012)
Syamsuddin Arif, Bukan Sekadar Mazhab: Oposisi dan Heterodoksi Syi'ah (Jakarta: INSISTS, 2018)[31]
Adian Husaini, Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045 (Depok: YPI at-Taqwa, 2018)
Hamid Fahmy Zarkasyi, Minhaj: Berislam dari Ritual Hingga Intelektual (Jakarta: INSISTS, 2019)[32]
Hamid Fahmy Zarkasyi et al., Rasional Tanpa Menjadi Liberal: Menjawab Tantangan Liberalisasi Pemikiran Islam (Jakarta: INSISTS, 2020)[33]
Henri Shalahuddin, Ideologi Gender dalam Studi Islam (Jakarta: INSISTS, 2021)
Penghargaan
Tiga orang peneliti INSISTS memperoleh penghargaan atas karya mereka.
Adian Husaini memperoleh penghargaan Buku Terbaik Non Fiksi pada Islamic Book Fair Award ke-5 untuk karyanya Wajah Peradaban Barat: dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal.
Sedangkan peneliti lainnya, Anis Malik Thoha mendapat penghargaan Buku Terbaik di IIUM (International Islamic University Malaysia), Kuala Lumpur dengan penghargaan Ismail Faruqi Publications Award 2006 atas karyanya Al-Ta'addudiyyah al-Diniyyah: Ru'yah Islamiyyah (Kuala Lumpur: IIUM, 2005). Pada 2018 Tiar Anwar Bachtiar dengan bukunya yang berjudul Pertarungan Pemikiran Islam di Indonesia: Kritik-kritik terhadap Islam Liberal dari H.M. Rasjidi sampai INSIST[S] (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2017) meraih penghargaan buku non-fiksi dewasa terbaik dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).[34]
Sejak Maret 2009 INSISTS telah bekerjasama dengan Harian Umum Republika, menerbitkan jurnal pemikiran Islam bulanan, yang juga diberi nama ISLAMIA[36] dua hingga empat halaman pada hari Kamis ketiga setiap bulan berisi artikel-artikel tentang Pemikiran Islam. Kerjasama ini sudah hampir sepuluh tahun dan masih terus berjalan.[37] Gema Insani Press (GIP) merelakan sebagian gedungnya yang terletak di Jalan Kalibata Utara II untuk digunakan sebagai pusat kegiatan INSISTS.
INSISTS juga berjejaring dengan beberapa lembaga yang memiliki kepedulian sama di luar kota, seperti Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS)[38] di Surabaya, Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI)[39] di Solo, Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN)[40] di Bandung, Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor,[41] dan Islamic Thought and Information for Dakwah (ISTAID) Center di Medan.[42] Termasuk dalam jejaringnya komunitas Nuun[43] Depok, Sirah Community Indonesia (SCI),[44] BENTALA Yogyakarta, WAFI Padang, dan Sekolah Pemikiran Islam (SPI).[45]
^Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran: Kajian Kritis (Jakarta: Gema Insani Press, 2005)[2][pranala nonaktif permanen]
^e-book Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur'an "New Page 3". pustaka.islamnet.web.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-11. Diakses tanggal 2018-06-21.