Harry Dagoe Suharyadi (alias Harry Dagoe atau Harry Suharyadi, lahir 12 Desember 1969) adalah seorang sutradara, penulis, aktor, dan produser film. Ia adalah lulusan dari Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1995, dengan minat utama Penyutradaraan. Ia tidak hanya membuat film panjang, tetapi juga film pendek, film televisi, serial televisi, dan dokumenter. Ia pernah dua kali mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang. Beasiswa pertama diberikan melalui Japan Foundation, yang direkomendasikan Director’s Guild of Japan. Beasiswa kedua didapatnya pada tahun 2006 untuk Film Business and Digital Filmmaking Workshop di Yokohama.
Karier
Tahun 1996, ia membuat sebuah film pendek yang berjudul "Happy Ending", sebuah film yang menggambarkan dampak film kekerasan dan komik pada anak-anak. Film pendek tersebut menjadi official selected pada Toronto World Wide Short Film Festival di Kanada, Palm Spring International Short Film Festival di USA, dan Singapore Film Festival. Selain itu film tersebut juga berhasil meraih penghargaan pada the 1st Pusan International Film Festival di Korea (1996) sebagai Outstanding Short Film dan juga diputar di beberapa festival internasional yang diadakan di Tampere, Finlandia, Melbourne, Tokyo dan juga di beberapa negara lainnya.
Pada tahun 1998 Harry dinobatkan menjadi Sutradara Terbaik, dan film televisi terbaik pada Festival Sinetron Indonesia 1998, lewat film TV musikal anak-anak Mencari Pelangi. Film TV musikal anak-anak pertama tersebut juga berhasil meraih 8 piala Vidia. Tahun 1999 mendapatkan penghargaan Fellowship Award dari pemerintah Jepang melalui Japan Foundation atas prestasi yang di capainya.
Di Jepang, ia memproduksi sebuah film berjudul Pachinko & Everyone’s Happy pada tahun 2000. Film tersebut bercerita tentang sebuah keluarga perkotaan di Tokyo, yang merupakan 3 generasi di sebuah keluarga yang tinggal di satu atap dan mereka diam-diam memiliki tiga karier yang berbeda. Film ini merupakan film jepang pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia, namun tidak di putar di Indonesia, tetapi di Australia. Film ini sempat di undang untuk di putar di Jakarta Film Festival (JIFFEST) pada tahun 2000 yang mendapat respon sangat positif dari penonton Indonesia, kritikus film dan pengamat. Pada tahun 2002, film ini kembali di undang dan di putar dalam festival film di Melbourne, Australia. Tahun 2004, ia kembali ke dunia film anak-anak, ia menulis, menyutradarai dan memproduseri serial TV petualangan musikal anak-anak Ratu Malu & Jendral Kancil yang kemudian meraih penghargaan sebagai Skenario Terbaik dan Seri Terbaik Anak di Televisi Nasional dan Film Festival.
Tahun 2008, Harry menulis, menyutradarai dan memproduseri film antologi yang berjudul Cinta Setaman yang menyoroti latar belakang sosial, gender dan komunitas-komunitas keagamaan di Jakarta. film ini dijadikan sebagai film pembuka pada Art Film & Video Festival di Jerman dan juga dinominasikan sebagai The Best Asian Film di Singapore International Film Festival pada tahun 2009.
Ketika trend perfilman Indonesia mengarah ke genre remaja dan horor, ia kemudian menulis, menyutradarai dan memproduseri film horor remaja yang berjudul Dikejar Setan (2009), yang mendapat respon baik dari penonton dan wartawan. Film tersebut kemudian di ikutkan sebagai film Official Selection pada Grimm Up North Horror & sci-Fi Int’l Film Festival di Manchester, Inggris, pada tahun 2010. Ia juga memproduksi film drama musikal petualangan anak-anak Melodi, yang bercerita tentang seorang anak 10 tahun, yang berusaha membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang ojek untuk membeli sepeda motor bekas yang bisa membuat hidup mereka dapat menjadi lebih baik.
Filmografi
Film
FTV
Serial Televisi
Seri Web
Penghargaan dan Nominasi
Referensi