Kata hafu/haafu (ハーフcode: ja is deprecated , hāfu (setengah)) digunakan dalam bahasa Jepang untuk merujuk kepada orang-orang birasial, yang biasanya secara etnis setengah Jepang. Label tersebut mulai digunakan pada 1970an di Jepang dan sekarang umum digunakan dan menjadi istilah pengidentifikasian diri. Kata hafu/haafu berasal dari kata Inggris "half" (bahasa Indonesia: setengah) yang menandakan berdarah setengah asing.[1][2][3][4]
Konteks sosial
Citra-citra bermode dari orang-orang setengah Jepang meraih pengaruh khususnya dengan meningkatnya penampilan hafu/haafu dalam media Jepang.[5] Model-model Hafu/Haafu sekarang terlihat pada televisi atau laman-laman majalah mode seperti Non-no, CanCam dan Vivi sering kali sebagai pembaca berita atau selebriti. Penampilan hafu/haafu di media menjadi dasar perwakilan mereka dalam budaya tersebut.[6][7]
Salah satu istilah terawal yang merujuk kepada orang setengah Jepang adalah ainoko, yang artinya seorang anak yang lahir dari hubungan antar dua ras. Kata tersebut masih digunakan di Amerika Latin, terutama Brasil (dimana penyebutan seperti ainoco, ainoca (feminim) dan ainocô ditemukan), untuk merujuk kepada mestizo (orang Spanyol ras campuran pada umumnya) atau orang mestiço dengan sedikit keturunan Jepang. Selain itu, istilah tersebut juga melingkupi penyebutan Eurasia atau campuran Asia/mestizo, Asia/kulit hitam, Asia/Arab dan Asian/warisan pribumi pada umumnya. Dalam saat yang sama, istilah "hafu" juga digunakan untuk menyebut orang-orang dengan sedikit keturunan Jepang atau Asia lainnya yang berpadu dengan ras kulit hitam, kulit putih atau mestizo/pardo sebagai pengganti ainoko, meskipun orang-orang seperempat non-Asia atau kurang dari itu diidentifikasikan sebagai Asia.
Namun, Ainoko menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, ketidakmurnian dan diskriminasi karena pandangan negatif terhadap hafu/haafu pada 1940an di Jepang. Dari akhir 1950an, kata tersebut secara bertahap digantikan dengan kata konketsuji (混血児) yang artinya anak berdarah campuran.[8]
Film dokumenter 2013 Hafu menceritakan tentang pengalaman-pengalaman hafu yang tinggal di Jepang dan menyinggung masalah-masalah identitas dan stereotipe terhadap wajah mereka.[9][10]