Gyeon Hwon
Latar BelakangCatatan menyebutkan bahwa Gyeon Hwon dilahirkan dengan marga Lee, dan bukan Gyeon. Kebanyakan dari catatan setuju bahwa ayahanda Gyeon Hwon adalah Ajagae, seorang Petani dari Wangsa Lee, dan bahwa ia dilahirkan di lokasi yang sekarang adalah Gaeun-eup di Mungyeong, Provinsi Gyeongsang Utara, sebagai anak tertua dari 6 bersaudara. Ibundanya berasal dari area Gwangju, tetapi identitas yang sebenarnya tidak diketahui; Ajagae memiliki 2 orang istri, Nyonya Sangwon dan Nyonya Namwon, dan Gyeon Hwon dilahirkan dari istri pertamanya. Namun legenda mengisahkan bahwa ibundanya berasal dari Gwangju dan melahirkan putra pertamanya setelah melakukan kontak fisik dengan seekor cacing yang menyamar sebagai seorang laki-laki, dan bahwa Gyeon Hwon tumbuh besar dengan menyusu dari seekor harimau.[3][4] Istana Silla Ratu Jinseong korupsi berat dan dicampur oleh kekacauan politik. Bencana kelaparan yang tersebar di mana-mana melanda negara itu, membuat banyak rakyat bergabung di dalam pasukan pemberontakan. Para kepala desa dan pasukan militer bermunculan dan membuat basis kekuatan di mana-mana di seluruh negeri. Pemerintah yang berupaya untuk melaksanakan perencanaan pajak yang kuat menemukan dirinya menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh bandit, bangsawan lokal, dan pemimpin pemberontak. Pada saat inilah, ayahanda Gyeon Hwon, Ajagae, memimpin kerusuhan lokal dan mendirikan basis di Sangju.[4][5][6] Kehidupan Awal & Mendirikan HubaekjeGyeon Hwon dikatakan meninggalkan rumahnya pada usia 15 tahun dan bergabung dengan pasukan Silla dan menjadi komandan pasukan Silla di wilayah Jeolla.[7] Sewaktu ayahnya menggapai kekuasaan di wilayah Sangju, ia secara pribadi mengatur para petani lokal untuk membantunya, dan dengan cepat mengumpulkan banyak pengikut. Pada tahun 892, Gyeon Hwon merampas kota-kota di Wansanju dan Mujinju, mengambil alih wilayah lama Baekje dan memenangkan dukungan dari rakyat di wilayah tersebut yang benci dengan Silla.[8] Gyeon Hwon mengangkat dirinya sendiri sebagai raja Hubaekje ("Baekje Akhir") dan mendirikan ibu kotanya di Wansanju pada tahun 900. Ia mendirikan pemerintahan, membuat hubungan diplomatik dengan Cina, dan terus memperluas kerajaannya dan mengalami banyak konflik dengan Gung Ye, Hugoguryeo.[1] PemerintahanSetelah memahkotai dirinya sendiri sebagai penguasa Hubaekje, Gyeon Hwon mengirim pasukannya ke lokasi yang sekarang Hapcheon, barat daya ibu kota Silla,Gyeongju, tetapi kampanye tersebut gagal dan pasukan dimundurkan. Kemudian pada tahun 910, ketika Wang Geon, jenderal dari kerajaan saingannya Hugoguryeo menyerang dan merampas kota Naju, kota di mana Gyeon Hwon memulai pemberontakannya, ia mencoba untuk merampas kembali kota tersebut dari Wang namun gagal.[4] Pada tahun 918, Gung Ye, yang telah mempertahankan kekuasaannya dengan aksi teror, telah diturunkan dan dibunuh oleh komandan pasukannya sendiri. Jenderal dan kepala menteri Wang Geon dimahkotai sebagai pemimpin baru mereka dan menandai titik awal dari Goryeo.[9] Kemerosotan & KeruntuhanHubaekje dan Goryeo berada di dalam kebencian terus- menerus tanpa adanya dominan satu dengan yang lainnya. Namun pada tahun 930, pasukan Hubaekje menghadapi kekalahan besar di dalam Perang Gochang (yang sekarang Andong) dan tidak dapat pulih dari kekalahannya. Gyeon Hwon mencoba untuk berbalik dan memporakporandakan ibu kota Goryeo, Gaeseong, tetapi pasukannya mengalami kekalahan lain pada tahun 934.[1][2][4] Bukan saja Hubaekje mengalami kekalahan militer, akan tetapi kerajaan juga berada di dalam pertikaian dalam negeri. Pada tahun 935, putra tertua Gyeon Hwon Singeom, yang tidak di tunjuk sebagai ahli waris tahktanya, memecat Gyeon Hwon dengan bantuan saudara-saudaranya yang lain, Yanggeom dan Yonggeom. Singeom membunuh ahli waris yang ditunjuk oleh Gyeon Hwon Geumgang yang juga merupakan adiknya dan mengucilkan Gyeon Hwon ke Kuil Geumsan, tetapi Gyeon Hwon melarikan diri ke musuh lamanya Wang Geon di Goryeo, yang menyambutnya dan memberinya tanah dan budak-budak.[4] Raja Gyeongsun dari Silla secara resmi menyerah pada Goryeo pada tahun 935. Pada tahun berikutnya, atas permohonan Gyeon Hwon, ia dan Wanggeon memimpin pasukan besar Goryeo ke Hubaekje dan kerajaan tersebut diruntuhkan.[1][2][4] Gyeon Hwon meninggal pada tahun yang sama dari penyakit tumor yang meradang.[4] DiplomasiTidak seperti saingannya Gung Ye, Gyeon Hwon aktif di dalam diplomasi; ia secara resmi memastikan kerajaan Tiongkok, Wuyue dan Tang Akhir sebagai penguasa yang sah Hubaekje. Dengan tambahan, ia menjalin hubungan dengan Dinasti Liao yang baru di bagian utara, yang didirikan oleh Bangsa Khitan, dengan upaya untuk mengelilingi Goryeo baik dari arah utara dan selatan. Gyeon Hwon juga mengirimkan utusan ke Jepang pada masa pemerintahannya kebanyakan untuk alasan perdagangan; wilayah Jeolla di mana Gyeon Hwon memulai kerajaannya, merupakan pusat perdagangan di Asia Timur pada zaman itu dan telah bekerja sebagai basis untuk para pedagang seperti Jang Bogo.[4] Namun, terlepas dari semua kemampuan diplomatik, militer dan perdagangannya, Gyeon Hwon tidak begitu pandai di dalam masalah politik; sistem pemerintahan Hubaekje tidak banyak berbeda dengan Silla, yang telah terbukti tidak efektif di dalam pemusatan kekuasaan tuan tanah dan pedagang lokal. Pada akhirnya, Hubaekje tidak memiliki banyak pengaruh bagi penduduknya, dan menyediakan jalan bagi kerajaan Goryeo untuk memasuki dan menyatukan Semenanjung Korea.[4] Referensi
Lihat Pula
|