Gunung Pulag (bahasa Tagalog: Bundok Pulag; bahasa Ilokano: Bantay Pulag)[2] adalah gunung tertinggi di Pulau Luzon dengan ketinggian 2.928 meter (9.606 ft) di atas permukaan laut, menjadikannya gunung pulau tertinggi ke-26 di dunia. Gunung Pulag adalah gunung berapi yang tidak aktif, yang puncaknya merupakan perbatasan tiga provinsi: Benguet, Ifugao, dan Nueva Vizcaya. Gunung Pulag adalah gunung tertinggi ketiga di Filipina setelah Gunung Apo dan Gunung Dulang-dulang.[3]
Gunung Pulag terkenal akan pemandangan "lautan awan" dan Galaksi Bima Sakti di saat fajar, sebuah atraksi yang menarik banyak wisatawan yang ingin menyaksikan pemandangan "dunia lain" di atas awan. Seluruh bagian gunung ini diyakini sebagai rumah bagi roh tinmongao dan tempat bersemayamnya arwah orang-orang Ibaloi dan kelompok etnis lainnya di kawasan tersebut.[4]
Sejarah
Orang-orang Ibaloi di Provinsi Benguet memumikan orang-orang yang telah tiada dan menyimpannya di gua-gua di pegunungan. Gua mumi Kabayan merupakan salah satu atraksi wisata di Gunung Pulag, dan dimasukkan ke dalam daftar warisan budaya nasional Filipina berdasarkan Keputusan Presiden No. 432.[5]
Gunung Pulag dinyatakan sebagai taman nasional melalui Proklamasi No. 75 tanggal 20 Februari 1987 dengan cakupan seluas 11.550 hektare (28.500 ekar).[6] Kawasan ini merupakan bagian dari Zona Biogeografi Cordillera dan merupakan situs Program Kawasan Lindung Terpadu Nasional.[7]
Taman nasional ini dihuni oleh berbagai kelompok etnis seperti Ibaloi, Kalanguya, Kankanaey, Karao, dan Ifugao.[8]
Iklim
Iklim di puncak Gunung Pulag digolongkan sebagai tipe samudera subkutub (KöppenCwc), berbatasan dengan iklim subtropis dataran tinggi (Köppen Cwb), dengan suhu rata-rata di bulan terpanas hanya sedikit di atas 10 derajat Celcius. Rata-rata curah hujan tahunan di tempat ini adalah 2.764 milimeter (108,8 in) dengan Agustus sebagai bulan terbasah dengan curah hujan rata-rata 441 milimeter (17,4 in). Embun es sering terbentuk di kawasan gunung karena suhu yang sangat rendah pada bulan Desember, Januari, dan Februari.[9] Selama musim kemarau yang dingin, suhu di titik tertinggi tercatat anjlok hingga di bawah titik beku air, menjadikannya salah satu tempat terdingin di Filipina.[10]
Gunung Pulag menyimpan keanekaragaman flora dan fauna yang kaya, termasuk berbagai spesies yang hanya bisa hidup di gunung tersebut.[12] Gunung Pulag menyimpan 528 spesies tanaman yang terdokumentasi. Tempat ini adalah tempat hidup alami bambu kerdil (Yushania niitakayamensis) dan pinus benguet (Pinus kesiya) yang mendominasi kawasan hutan pinus tropis Luzon di kawasan lereng gunung. Pohon cemara sumatra, yang mengandung senyawa yang dapat menyembuhkan kanker juga ditemukan di Gunung Pulag.[13] Kulit kayunya digunakan oleh masyarakat adat Ibaloi dan Kalanguya untuk membuat minuman teh.[14]
Pada ketinggian yang lebih rendah, Gunung Pulag memiliki hutan berlumut yang dipenuhi oleh tumbuhan paku, lumut kerak, dan lumut.[12]
Satwa liar asli mencakup 33 spesies burung dan beberapa mamalia yang terancam seperti rusa filipina, tikus awan raksasa dan kelelawar buah berambut panjang.[7]
Insiden
Kecelakaan helikopter
Pada tanggal 7 April 2009, sebuah helikopter Bell 412 milik Angkatan Udara Filipina jatuh pada ketinggian 2.100 meter (6.900 ft) di atas permukaan laut di celah Kabayan-Pulag di antara Gunung Mangingihi dan Gunung Pulag akibat awan tebal dan kabut tebal. Pilot pesawat beserta penumpangnya tewas dalam kecelakaan itu.[15]
Kebakaran Hutan Gunung Pulag
Pada 20 Januari 2018, Taman Nasional Gunung Pulag menghentikan sementara aktivitas pendakian di Gunung Pulag menyusul kebakaran hutan di bagian gunung. Menurut penyelidikan awal, api diduga muncul dari ledakan kompor gas butana yang dibawa oleh seorang pendaki. Petugas pemadam kebakaran di lokasi berhasil memadamkan api pada hari itu.[16][17] Sejumlah tuntutan kemudian dilayangkan terhadap para pelaku kebakaran. Petugas jagawana memperkirakan bahwa dibutuhkan setidaknya 6 bulan hingga 1 tahun sebelum tempat tersebut pulih seperti sediakala.[18]
^Cariño, Delmar (27 April 2009). "Respect mummies, Pulag trekkers told". Philippine Daily Inquirer. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2009. Diakses tanggal 6 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abLeprozo, Jr., Dave (25 Desember 2009). "Mapping out Mount Pulag". GMA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Oktober 2016. Diakses tanggal 6 November 2021.
^ ab"Mt. Pulag National Park". UNESCO World Heritage Centre (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-10. Diakses tanggal 6-11-2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)
^Bengwayan, Michael A. (29 Juli 2018). "PHL biodiversity under siege from biopirates". Business Mirror (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-28. Diakses tanggal 06-11-2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)