Untuk tempat lain yang bernama sama, lihat
Guntung.
Guntung adalah salah satu kelurahan di kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.
Nama Guntung berasal dari Bahasa Kutai yang artinya sebuah danau yang airnya tidak mengalir dan masyarakat etnis Kutai menyebutnya Guntung.
Kelurahan ini didiami mayoritas suku Kutai yang mendiami wilayah daratan dan suku Bajau yang mendiami wilayah pinggir pantai dan laut.
Asal Nama Guntung
Dahulunya ada suatu lokasi yang digunakan oleh penduduk kampung Lempake ( sekarang lokasi kampung tersebut terrmasuk dalam wilayah Kelurahan Loktuan berada di km 2 ) Bontang dan kampung Kanibungan ( berada satu kilo meter kearah utara dari Pusat pemerintahan kelurahan Guntung ) dan kampung Pakuaji ( telah masuk dalam kawasan PT.Pupuk Kaltim daerah pemakam Pakuaji disekitar Masjid Al-Mubaroq ) untuk tempat bercocok tanam padi/ persawahan di bagian utaranya dan di bagian selatan karena tanahnya lebih tinggi ditanami berbagai pohon buah-buahan dan lain sebagainya seperti, Nangka, Cempedak, keledang, langsat, kopi, rambutan, Wanyi, Mangga, durian, elay, keretongan, lahong, kelapa dan lainnya Juga ditumbuhi Pohon rumbia yang dapat menghasilkan tepung sagu sebagai makanan tambahan selain beras bagi penduduk dan pohon Benda atau aren yang dapat menghasilkan air aren sebagai bahan baku pembuatan gula merah.
Sebagi pembatas antara tanah yang lebih rendah tempat persawahan penduduk dan tanah yang lebih tinggi untuk kebun buah buahan-buahan dan lain sebagainya terdapat sebuah genagan air berupa kolam/ danau kecil masyarakat kutai menyebutnya Guntung yang berarti genangan air yang tidak mempunyai hulu maupun hilir atau buntu dan sering sekali penduduk mendapati sekumpulan rusa ( Payau dalam bahasa Kutai ) minum ditempat genangan air tersebut maka masyarakat menyebutnya Guntung Sipayau (genangan air/ kolam rusa ) yang juga merupakan cikal bakal adanya sungai Guntung,
Lokasi genagan air dimaksud saat ini telah berubah menjadi sungai dan keberadaannya disekitar jembatan dekat kantor Kelurahan Guntung .
Setelah ketiga penduduk dari Kampung Kanibungan dan Kampung Lempake serta kampung Pakuaji pindah menetap di tempat yang baru tersebut untuk dijadikan perkampungan penduduk, maka sejak tahun 1948 kampung ini diberinama GUNTUNG
Perkembangan
Awal Berkembangnya Guntung
Sebelum kita melihat perkembang Guntung selanjutnya mari kita tengok yang disebut Kampung Guntung tempo dulu dan masih dapat kita saksikan lokasinya hingga saat ini yang meliputi:
1. Guntung Tepian:
Terbentang dari Handel yaitu tanah Ulayat masyarakat Guntung yang merupakan milik bersama masyarakat yang dibangun untuk penanaman padi
dan hasil panennya sebagai Lumbung padi Kampung Guntung sampai jalan sekolahan hinggan jembatan.
2. Guntung:
Dari Balai Pertemuan Umum / Kantor Lurah Guntung saat ini sampai batas tembok PT.Pupuk Kaltim di lokasi Pujasera
3. Guntung Hulu:
Dari batas tembok PT.Pupuk Kaltim/ pujasera hingga komplek Eqoator.
4. Tanjong:
Mulai dari Pos Satpam masuk Guntung, Kantin PKT (dulunya disini ada pasilitas Lapangan Sepak Bola dan Sekolahan yang merupakan milik bersama/ hak Ulayat ) hingga Monumen (sebelum dibangun Monument Pengabdian merupakan sebuah rawa / genagan air
5. Tanjong Belimbing
Dari Pos Palkon, kantor Pusat PT.Pupuk Kaltim sampai Lokasi Pabrik Pupuk.
6. Paku aji
Dari Monument Pengabdian, Gedung KIE, Kantor Kamtib, Masjid Plant Site, Kuburan Paku Aji, Biro Jastek, Pool Kendaraan, sampai Kamp Tursina KIE ( dulunya bernama Gunung Keresik.
7. Salona:
Dari Kamp Tursina KIE, Kantor PT.Daun Buah, Kantor PT.KNE, Camp Galatama sampai batas tembok PKT di Loktuan.
8. Durian Baho’
Dari pagar Komplek Equator Hotel sampai perkampungan Jl.Salak
9. Durian Kakas dan meretam Manis
Meliputi Perkampungan di Jl.Sidrap
Hadirnya perusahaan di Guntung
Awal kehadiran sebuah perusahan yang turut mewarnai perkembangan kampung Guntung terjadi di sekitar tahun 1974 dengan hadirnya PT.Kali Rasa Sari <KRS> yang melakukan survy lokasi untuk dibangunnya pabrik pupuk terapung oleh Pertamina, setelah melakukan survy lokasi selanjutnya dilakukan pengukuran lahan dan pengecekan tanam tumbuh penduduk Guntung, oleh tim dari Pertamina badan pertanahan Agraria Kabupaten Kutai dengan selesainya pengukuran dan pengecekan tanam tumbuh yang ada di lahan tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembayaran ganti rugi pembebasan lahan dan tanam tumbuh oleh Pertamina melalui pemerintah kecamatan Bontang dilakukanlah pembebasan /ganti rugi tanah kepada penduduk Guntung pada tahun 1974, dan pola kehidupan masyarakat Guntung pun berubah biasanya rata-rata adalah petani kemudian sebagian mulai bekerja pada PT.KRS. yang melakukan perintisan Lokasi hutan bakau maupun pembuatan camp bagi karyawan. namun pada tahun 1975 aktipitas perusahaan mengalami perubahan kegiatan karyawan sempat terhenti sampai pada tahun 1976 proyek yang semula dikelola Pertamina beralih ke Perindustrian dan pada tahun 1978 pekerjaan kembali dilanjutkan, maka pada tahun 1979 pembangunan pabrik yang di laksanakan oleh kontraktor dari Inggris bernama Lumus, CO.LTD. ini lah awal bertambahnya penduduk Guntung yang semula hanya di huni oleh penduduk pribumi ber etnis Kutai menjadi berpenduduk bermacam suku yang datang dan menyewa rumah rumah penduduk Guntung.
Guntung menjadi Kelurahan
Perjalanan Guntung hingga menjadi sebuah Kelurahan mengalami perjalanan yang cukup panjang yaitu diawali dari sebuah Kampung pada tahun 1948 yang dipimpin oleh wakil Kepala Kampung bernama Aang hingga tahun 1965, dan diteruskan oleh Hindi T. sampai dengan tahun 1970, sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 1974 statusnya berubah menjadi RT.XII di bawah pemerintahan Kampung Bontang dan yang menjadi ketua RT.pada saat itu Hindi T. kemudian pada tahun 1974 digantikan oleh Sabran sampai tahun 1977. kemudian pada tahun 1977 berubah menjadi RT.XV dan ketua RT nya kembali di di jabat oleh Hindi T. sampai dengan tahun 1985, sejak tahun 1985 status Guntung menjadi sebuah Dusun di bawah pemerintahan Desa Bontang Baru hingga tahun 1990, kemudian pada tahun 1990 dengan adanya pemekaran Desa, Guntung berada di bawah pemerintahan Desa Belimbing yang dijabat oleh ibu Dra.Noorhayati As. Dan menjadi dua dusun yakni Dusun Guntung di pimpin oleh Hindi T. dan Dusun Kanibungan dipimpin oleh Bambang Sukidi Saputra berlansung sampai dengan bulan maret 2002, dan pada bulan maret tahun 2002 Dusun Guntung dimekarkan menjadi lima dusun Dusun yakni Dusun Guntung I dipimpin oleh Abd.Malik, Dusun Guntung II dipimpin oleh Nurasiah,SE, Dusun Kanibungan dipimpin oleh Beptia Suprihno, Dusun Sidrap dipimpin oleh Drs.Abdulah dan Dusun Pakuaji dipimpin oleh Edy Arfandi, SH.. sampai dengan bulan maret 2002, selanjutnya dengan perubahan Guntung Menjadi Kelurahan sendiri sejak Bulan Maret 2002 kelima dusun tersebut setatusnya sebagai pelaksana tugas Dusun sampai dengan Desember 2003.
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 18 tahun 2002 tanggal 17 Agustus 2002. Guntung berubah status menjadi sebuah Kelurahan dan sebagai lurah pertama dilantik Adji Irham,BA. Pada tanggal 27 September 2002. yang membawahi 5 ( lima ) dusun.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Wali kota Bontang Nomor: 821.2/231/MUT-SK/XI/2003 tanggal 21 Nopember 2003 dilantik Drs.Fahmi Rizal sebagai Lurah ke 2(dua) sampai dengan Agustus 2006. dan dilanjutkan oleh Eddy Forestwanto, S.STP,M.Si. sebagai Lurah ke tiga yang di lantik pada tanggal 16 Agustus 2006 dengan SK.Wali kota Bontang Nomor: 821.2 MUT-SK/VIII/2006 tanggal 15 Agustus 2006 untuk Kelurahan Guntung yang membawahi 25 RT. dengan jumlah penduduk 5.541 Jiwa terdiri dari 2.915 jiwa penduduk laki-laki dan 2.602 penduduk wanita. dengan luas wilayah + 849 Ha terletak di ketinggian 1-20 meter dari permukaan laut dengan suhu udar 28– 32 o C, Kelurahan yang berjarak 7,5 Km dari pusat pemerintahan Kota Bontang ini secara administratif berbatasan disebelah Utara dengan selat Makassar, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Loktuan dan Kelurahan Belimbing, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur.