Gojong dari Korea Raya
PenobatanPada tahun 1864, Raja Cheoljong meninggal dan Joseon tidak memiliki penerus keturunan laki-laki yang disebabkan oleh konspirasi dan taktik wangsa Kim dari Andong. Wangsa Kim Andong perlahan merebut pengaruh istana dengan perkawinan anggota keluarga mereka dengan wangsa Yi. Ratu Cheolin, istri Raja Cheoljong dan juga putri wangsa Kim Andong yang menuntut hak memilih raja yang baru, walaupun sebenarnya yang paling berhak adalah ibu suri. Saudara sepupu Cheoljong, Ibu Suri Sinjeong (janda ayahanda Heonjong) dari wangsa Jo Pungyang (yang bersaing dengan wangsa Kim) juga menyatakan diri berhak memilih raja pengganti yang baru. Sinjeong melihat peluang ini untuk menancapkan pengaruh wangsa Jo Pungyang di dalam perpolitikan Joseon di atas wangsa Kim Andong. Saat Cheoljong semakin tak berdaya akibat penyakit yang dialaminya, Ibu Suri dikunjungi oleh Yi Ha-eung, keturunan yang tidak jelas dari Pangeran Sado (putra raja Yeongjo). Keluarga Yi Ha-eung dianggap tidak memiliki asal usul yang jelas tentang hubungannya dengan wangsa istana, tetapi nyatanya hanya merekalah anggota wangsa Yi yang masih tersisa saat itu. Yi Ha-eung sendiri sudah pasti tak mungkin naik takhta menjadi raja dikarenakan peraturan di istana yang hanya dapat menjatuhkan pilihan sebagai penerus takhta dari generasi sebelumnya, tetapi pilihan jatuh justru pada nama Yi Myeong-bok, putra kedua Yi Ha-eung yang dianggap paling pantas untuk naik takhta sebagai raja baru. Wangsa Jo melihat Yi Myeong-bok hanyalah seorang remaja 12 tahun dan tidak mungkin dapat memerintah sendiri sampai ia dewasa. Wangsa Jo juga dapat dengan mudah memengaruhi Yi Ha-eung untuk berperan sebagai pengendali putranya. Saat berita kematian Cheoljong terdengar oleh Yi Ha-eung, Ibu Suri Sinjeong memerintahkannya untuk mengambil stempel resmi kerajaan (yang dianggap sebagai benda penting untuk melegitimasi pemerintahan yang baru). Dengan memiliki benda itu Ibu Suri mempunyai hak penuh untuk memilih calon raja dan memperlemah posisi wangsa Kim. Pada musim gugur tahun 1864, Yi Myeong-bok dinobatkan menjadi raja baru Dinasti Joseon dan Yi Ha-eung diangkat menjadi Daewongun (大院君; Pangeran yang Agung) yang bergelar Heungseon Daewongun. Heungseon Daewongun yang sangat kuat menganut Konfusianisme merupakan seorang tokoh yang bijak dan cermat pada masa-masa awal pemerintahan Gojong. Ia menghapuskan peraturan-peraturan lama yang tidak lagi berguna karena disalahgunakan oleh wangsa-wangsa tertentu, juga merivisi undang-undang dan peraturan rumah tangga kerajaan serta tatacara upacara ritual kemudian mereformasikan militer dan angkatannya. Dalam waktu yang cukup pendek, ia sudah dapat mengendalikan istana secara penuh. Ia memberikan hak-hak istimewa terhadap wangsa Jo Pungyang dan menyingkirkan anggota-anggota wangsa Kim Andong yang ia yakini bertanggung jawab atas korupsi yang merugikan negara. Masa pemerintahanSetelah serangan ke Korea oleh Tiongkok, Jepang, dan Rusia selama Perang Tiongkok-Jepang (1894-1895) dan Perang Rusia-Jepang (1904-1905), pergerakan mulai memanas di semenanjung Korea. Rusia mulai membuka hubungan diplomatik dengan Korea; konsul Rusia di Seoul, Karl Ivanovich Weber, mengembangkan hubungan persahabatan dengan Raja Gojong secara pribadi, dan setelah pembunuhan Ratu Min, ia menawarkan perlindungan bagi Gojong di kedutaan besar Rusia. Namun, setelah Perang Rusia-Jepang (1904-1905), Gojong dipaksa untuk menerima penasehat pro-Jepang ke dalam istana oleh Kaisar Meiji Jepang. Kebijakan dalam negeri dan luar negerinya, terbukti berhasil dalam menghadapi tekanan Jepang. Gojong membuat strategi untuk berhubungan dengan Rusia, Jepang dan Tiongkok guna mencegah intervensi mereka terhadap Korea. Gojong memproklamirkan berdirinya Kekaisaran Han Raya pada tahun 1897 atas lepasnya Joseon dari pengaruh kekuasaan Qing. Setelah dibuatnya Perjanjian Protektorat 1905 antara Korea dan Jepang, dimana Korea dilucuti haknya sebagai bangsa merdeka, ia mengirimkan perwakilannya ke Konvensi Perdamaian 1907 di Den Haag, Belanda, untuk kembali menegaskan kedaulatannya atas Korea. Meskipun perwakilan Korea ditahan oleh delegasi Jepang, mereka tidak menyerah, dan kemudian mereka diwawancara oleh media surat kabar. Salah satu delegasi AS mengkritik ambisi Jepang di Asia: "Amerika Serikat tidak menyadari kebijakan Jepang di Timur Jauh dan apa yang akan ia lakukan terhadap orang Amerika. Jepang mengadopsi kebijakan yang pada akhirnya akan memberikannya penguasaan penuh atas perdagangan dan industri di Timur Jauh. Jepang menantang Amerika dan Inggris. Jika Amerika tidak memperhatikan Jepang dengan saksama, maka Jepang akan memaksa Amerika dan Inggris keluar dari Timur Jauh." Akibatnya, Gojong dipaksa melepaskan tahtanya kepada putranya, Sunjong. Setelah turun takhta, Kaisar Gojong dijadikan tahanan rumah di Deoksugung oleh Jepang. Kaisar Gojong meninggal pada tanggal 21 Januari 1919 di istana itu. Ada banyak spekulasi bahwa ia diracuni oleh pejabat militer Jepang. Putra
Gelar
Gelar penuh
Lihat pula
|