Putra Mahkota Sado (13 Februari 1735 – 12 Juli 1762) adalah putra kedua dari Raja Yeongjo dari Dinasti Joseon (1694 – 1776). Kelahirannya merupakan kegembiraan bagi Dinasti Joseon Dikarenakan kematian kakandanya Pangeran Hyojang (1728), yang menyebabkan krisis penerus tahta. Sehingga saat baru lahir pangeran langsung diangkat sebagai Putra Mahkota. Namun Pangeran Sado tidak diberi kesempatan untuk memerintah. Pada usia 27, ia dieksekusi atas perintah ayahandanya, dan meninggal karena kelaparan saat dikurung di sebuah peti penyimpanan beras.[1]
Eksekusi
Sejarah menunjukkan Sado menderita penyakit mental; difitnah membunuh para kasim di istana dan menjadi pemerkosa berantai, dan sering mengunjungi gibang dan bersenang-bersenang dengan para gisaeng. Dengan aturan istana Raja Yeongjo tidak bisa membunuh anaknya dengan tangannya sendiri. Akibatnya, Yeongjo, dengan persetujuan dari ibunda Sado, Nyonya Yi, mengumumkan dekret kerajaan yang memerintahkan Sado untuk masuk ke dalam sebuah kotak penyimpanan beras yang terbuat dari kayu kokoh yang kemudian dikunci pada hari terpanas di bulan Juli pada tahun 1762. Setelah delapan hari terkurung, Sado meninggal.[2]
Teori konspirasi
Pada abad ke-19, terdapat rumor bahwa Pangeran Sado sesungguhnya tidak pernah menderita sakit mental; Namun rumor ini dibantah oleh istrinya, Nyonya Hyegyeong, dalam The Memoirs of Lady Hyegyeong. Kematian Sado tetap menjadi masalah yang selalu diperdebatkan apakah kematiannya adalah hukuman karena kesalahan yang sebenarnya atau ia hanyalah seorang korban dari sebuah konspirasi lawan-lawan politiknya.
Pemakaman
Putra Mahkota Sado kemudian dimakamkan di Gunung BaebongSan di Yangju. Pada tahun 1789, jenazahnya dipindahkan oleh putranya, Raja Jeongjo, ke lokasi saat ini, yang kemudian disebut sebagai Hyeollyungwon di dekat Suwon, 30 kilometer selatan kota Seoul. Lima tahun kemudian, Benteng Hwaseong Suwon dibangun oleh Jeongjo, khususnya untuk mengenang dan menghormati ayahandanya (konstruksi berlangsung dari tahun 1794-1796, sementara pembukaan resmi pada tahun 1795). Pada tahun 1816, Nyonya Hyegyeong meninggal dan kemudian dimakamkan bersama dengan suaminya.
Pada tahun 1899, Pangeran Sado dan Nyonya Hyegyeong secara anumerta statusnya dinaikkan dan diberikan gelar Raja Jangjo dan Permaisuri Heonyeong. Makam mereka diperbaharui karenanya dan berganti nama menjadi Yunggeolleung.
Referensi
- ^ The Memoirs of Lady Hyegyeong, translated Haboush Jahyun Kim, p. 321
- ^ The Memoirs of Lady Hyegyeong (한중록, 閑中錄)
Pranala luar