GihonGihon adalah nama sungai sekaligus mata air yang disebutkan 6 kali dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Sungai Gihon disebutkan sekali dalam Kitab Kejadian, sedangkan penyebutan mata air Gihon sebanyak 5 kali pada zaman kerajaan Israel, yaitu pada Kitab 1 Raja-raja dan Kitab 2 Tawarikh. Sungai Gihon
Pada waktu pertama kalinya manusia diciptakan, Tuhan Allah membuat bagi manusia sebuah taman yang bernama Eden. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang:
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.[2] Mata air GihonMata air Gihon (bahasa Inggris: Gihon Spring) merupakan sumber air utama untuk wilayah kota Daud, yaitu asal muasal kota Yerusalem. Tergolong "mata air yang terputus-putus" (intermittent springs), salah satu yang terutama di dunia - dan sumber air tepercaya sehingga memampukan orang tinggal di Yerusalem kuno. Mata air ini tidak hanya digunakan sebagai sumber air minum, tetapi juga untuk mengairi kebun-kebun di sekitar lembah Kidron yang letaknya bersebelahan. Kebun-kebun ini tentu menghasilkan bahan makanan bagi penghuni mula-mula. Mata air ini, karena keluarnya terputus-putus, perlu ditampung dalam suatu kolam besar, yaitu Kolam Siloam, yang digali untuk menyimpan jumlah besar air yang dibutuhkan penduduk kota itu jika mata air tidak mengalir. Zaman raja Daud dan SalomoDi dekat mata air Gihon inilah Salomo diurapi menjadi raja Israel, atas perintah raja Daud yang kala itu terbaring sakit pada masa tuanya. Dalam kesempatan raja Daud yang sedang sakit itu, Adonia, putra Daud tertua (akibat kematian abang-abangnya) memutuskan untuk mengangkat diri menjadi raja dan mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua suku Yehuda, pegawai-pegawai raja untuk berpesta. Namun, Salomo, imam Zadok, Benaya bin Yoyada, nabi Natan, Simei, Rei dan para pahlawan Daud yang tidak memihak kepada Adonia, tidak turut diundang. Setelah Natan mengabarkan hal itu kepada Daud dengan perantaraan Batsyeba,[3] maka Daud memberi perintah kepada Natan, Benaya dan Zadok, katanya:
Lalu pergilah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dengan orang Kreti dan orang Pleti, mereka menaikkan Salomo ke atas bagal betina raja Daud dan membawanya ke Gihon. Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam kemah, lalu diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru: "Hidup raja Salomo!"[5] Ketika hal penobatan raja di Gihon itu diberitahukan oleh Yonatan anak imam Abyatar kepada Adonia, juga berita bahwa Salomo sekarang duduk di atas takhta kerajaan, sedangkan pegawai-pegawai raja telah datang mengucap selamat kepada raja Daud, maka semua undangan Adonia itu terkejut, lalu bangkit dan masing-masing pergi menurut jalannya, sehingga Adonia gagal menjadi raja.[6] Zaman HizkiaPada masa pemerintahan Hizkia, raja Yehuda, datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya. Ketika Hizkia mengetahui, bahwa Sanherib datang hendak memerangi Yerusalem, ia berunding dengan para panglima dan pahlawannya untuk menutup segala mata air yang terdapat di luar kota dan mereka itu bersedia membantunya. Maka berkumpullah banyak orang. Mereka menutup semua mata air dan sungai yang mengalir dari tengah-tengah negeri itu. Kata mereka: "Mengapa raja-raja Asyur harus mendapat banyak air, kalau mereka datang?"[7] Kemudian Hizkia membendung aliran Gihon di sebelah hulu, membuat kolam dan saluran air dan menyalurkan air itu ke hilir, ke sebelah barat, ke dalam kota, yaitu ke kota Daud.[8] Zaman ManasyeRaja Manasye bin Hizkia di permulaan pemerintahannya berlaku sangat keji menyembah berhala dan jauh dari Tuhan. Namun kemudian ia bertobat dari kelakuannya yang jahat, Tuhan memulihkan kedudukannya sebagai raja dan Manasye mengakui, bahwa Tuhan itu Allah. Setelah itu ia mulai membenahi negerinya dan kota Yerusalem, ia mendirikan tembok luar pada kota Daud, di sebelah Barat Gihon, di lembah, sampai dekat Pintu Gerbang Ikan, mengelilingi Ofel. Tembok itu dibuatnya sangat tinggi. Ia menempatkan juga panglima-panglima perang di tiap kota kubu di Yehuda.[9] Sistem saluran airAda tiga sistem saluran air yang membawa air dari mata air ke kota melalui jalur bawah tanah:
Pada tahun 1997, ketika pusat pengunjung sedang dibangun, ditemukan bahwa mata air ini telah dilindungi dengan sistem pertahanan, pada waktu para arkeolog secara tak terduga mendapati bekas-bekas dua menara yang monumental[10] - yang satu menjaga dasar Warren's Shaft, dan yang lain melindungi mata air itu sendiri. Berhubung area di sekitar sana masih dihuni, sehingga tidak dapat dilakukan penggalian, tidak dapat dipastikan apakah ada pertahanan lain di sana (meskipun ditemukan satu menara lagi lebih jauh ke arah selatan, kemungkinan juga untuk menjaga Warren's Shaft). Selama penggalian tahun 2009, ditemukan sebuah fragmen batu monumen bertulisan yang memastikan tarikh sekitar abad ke-8 SM. Walaupun hanya didapati pecahan-pecahan tulisan Ibrani, fragmen tersebut membktikan bahwa kota itu mempunyai tulisan-tulisan publik untuk menandai bangunan-bangunan besar pada abad ke-8 SM.[11] Zaman modernSekarang ini mata air tersebut berada di bawah pengawasan organisasi pemukim Israel, Elad. Kadang kala digunakan oleh orang Yahudi sebagai semacam mikvah.[12] Pemerintah kota Yerusalem telah membuat proposal untuk memulihkan tanah lembah, dengan cara menggantikan perumahan menjadi petamanan yang disebut "Taman Raja-raja" (Garden of the King) sehingga air dari Gihon dapat mengalir ke selatan menurut jalur kunonya.[13][14] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia