Geologi Papua
Geologi Papua adalah ilmu pengetahuan kebumian Pulau Papua yang mempelajari tentang asal, struktur, sejarah, dan proses pembentukan rupa muka bumi serta hasil proses yang terjadi pada pulau papua sampai saat ini. Pada awalnya Pulau Papua (Papua bagian barat dan Papua Nugini) terbentuk karena adanya pergerakan tektonik antara lempeng benua australia bagian utara dan lempeng samudra carolina dan bismarck di samudera pasifik (pergerakan konvergen yang bersifat tabrakan benua), namun evolusi tektonismenya terjadi dalam jutaan tahun, yaitu dimulai sekitar massa proterozoikum akhir sampai tersier akhir dalam waktu geologi. Terindikasi adanya evolusi pembentukan pulau Papua yang terdapat batuannya sangat tua itu, tentu saja karena pulau Papua sebagiannya pernah sedaratan dengan kraton Australia, dan itu terjadi pada masa proterozoikum akhir buktinya dapat dilihat pada batuan yang berumur prakambrium yang terdapat pada "Formasi Nerewip" pada lembar peta geologi daerah Mimika.[1] Geologi Sejarah PapuaPada awalnya, sebagian pulau Papua berada di dasar lautan Pasifik yang paling dalam, mulai zaman cretaceous (zaman kapur) sekitar 55 juta tahun lalu, dan juga sebagiannya, berasal dari bebatuan sedimen Australia bagian utara. Namun, melalui proses orogenesa dan tektonogenesa, sehingga terjadi pengangkatan dan terbentuk pulau-pulau kecil di dasar lautan pesisir Australia utara, selama jutaan tahun. Dan memang Papua sebagian utara dari benua Australia dengan buktinya, kita bisa mengetahui melalui pembentukan sebuah paparan yang disebut dengan paparan Saul di peta rupabumi pada periode kuarter.[2] Beberapa juta tahun kemudian, muncul beberapa jajaran gunungapi, akibat adanya, proses pergerakan tumbuhkan (convergent) antara kedua lempeng tadi, sehingga pernah terjadi letusan gunungberapi sangat aktif di sepanjang pegunungan Papua pada miosen awal sampai pliosen akhir. Namun, beberapa jutaan tahun kemudian, letusan gunungberapi yang aktif itu, ditutupi oleh es (ice) akibat pencairan es secara besar-besaran pada kedua kutub bumi, yaitu sekitar pada pleistocene akhir, kira-kira 0,5 juta tahun yang lalu. Tektonisme Pegunungan PapuaPembentukan tektonisme yang terjadi di pegunungan Papua merupakan periode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif yang berawal pada zaman Silur sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan tersedimentasi batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh kelompok batugamping New Guinea (limestone of New Guinea) yang berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai ± 12.000 meter. Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua, yang merupakan akibat dari tumbukan lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua membentuk jalur metamorf Derewo (Mee: Degeuwo). Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) lempeng Pasifik ke atas jalur malihan (metamorf) dan membentuk jalur Ofiolit Papua. Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke utara maupun selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di basin sehingga mencapai ketebalan 3.000 – 12.000 meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah Papua. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dan utara dengan pola yang dikenali oleh (Davies,1990) di Papua New Guinea. Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan metamorfik Derewo (Mee:Degeuwo). Fisiografi Pulau PapuaPulau Papua memiliki bentuk yang menarik, bila dilihat dari bentuk pulaunya serta proses evolusi yang terjadi padanya dalam jutaan tahun yang dapat diibaratkan berbentuk dinosaurus berubah sampai pada burung cenderawasih (bird of paradise). Pulau Papua (New Guinea Island) berada pada posisi 130O19’BT – 150O48’BT dan 00O19’LS – 10O 43’LS. Pulau tersebut memiliki panjang sekitar 2400 km dan lebar sekitar 660 km. Secara umum fisiografi pulau Papua dibagi menjadi 3 bagian, menurut Van, Bemmelen (1949), yaitu; 1). Bagian Peninsula barat (kepala burung), yang terhubung dengan bagian badan utama dari pulau tersebut oleh bentuk leher yang menyempit, 2). Bagian daratan utama (badan), 3). Bagian timur (ekor burung). Bentuk tersebut diyakini akibat adanya tumbukan (convergent) antara kedua lempeng yang telah disebutkan, yang diduga berawal pada zaman tersier dan berlangsung hingga sekarang. Wilayah itu dikenal dengan sebutan ”Orogen Melanesia”. Struktur tertua di Papua dihasilkan dari pergerakan bumi pada massa proterozoikum, namun hanya sedikit data yang diperoleh dan kurang memberikan pengaruh pada fasa tektonik pulau itu. Adanya aktivitas tektonik pada Miosen Akhir yang menghasilkan orogen Melanesia, menyebabkan pola struktur pulau tersebut menjadi sangat rumit dan khas. Oleh karena itu, proses orogenesa tersebut telah menentukan fisiografi Papua seperti yang terlihat sekarang (Dow dan Sukamto, 1984). Keunikan pulau Papua itu memberikan konfigurasi pada gaya deformasi yang berbeda secara lengkap dari kerak benua dan kerak samudera dalam waktu geologi yang cukup lama. Namun, di Papua Timur, deformasi dihasilkan pada jalur deformasi dengan lebar 300 km, dengan arah barat-timur yang meluas sampai ke Papua New Guinea dan mencakup hampir semua pegunungan yang menyusun badan pulau tersebut, dan jalur ini disebut New Guinea Mobile Belt. Sedangkan di Papua Barat, terdapat penyesuaian terhadap kerak bumi sepanjang rekahan kerak utama yang melewati jalur sesar naik Papua (mobile belt).[3] Referensi
|