Fujiwara Kikan
Fujiwara Kikan (dalam Bahasa Indonesia, berarti Unit Fujiwara) biasa disingkat F-Kikan adalah sebuah unit intelejen yang terafiliasi dengan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang atau Rikugun semasa Perang Dunia II dibawah kepemimpinan Mayor Fujiwara Iwaichi yang bertugas khusus di wilayah Asia Tenggara, seperti Malaya (sekarang Malaysia) dan Hindia Belanda, terutama wilayah Aceh (sekarang Indonesia).[1][2][1] Diarsipkan 2017-05-11 di Wayback Machine.[2] Diarsipkan 2023-06-08 di Wayback Machine. TugasSebagai sebuah unit intelejen Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, Fujiwara Kikan bertugas untuk memperlancar serangan Kekaisaran Jepang ke wilayah Asia Tenggara, terutama Malaya dan Aceh. Unit ini begerak dalam bidang propaganda dan spionase terhadap kedudukan Pasukan Britania Raya dan Kerajaan Belanda yang merupakan anggota Blok Sekutu (Perang Dunia II). Kebanyakan dari para sukarelawan yang direkrut oleh Fujiwara Kikan diambil dari komunitas Muslim yang dididik dari sebuah sekolah militer bentuk tentara pendudukan Kekaisaran Jepang, Nakano Gakko School of Spy. F-Kikan di MalaysiaFujiwara Kikan kemudian merekrut penduduk pribumi atau penduduk non-pribumi tetapi tinggal tempat tersebut, umumnya di Malaya, yang menjadi sukarelawan Fujiwara Kikan adalah Orang India untuk melawan kedudukan tentara Britania Raya - yang sebenarnya Tentara India itu dibawa oleh Inggris sendiri untuk kepentingan mereka, namun oleh Jepang kemudian dijadikan agen mata-mata Kekaisaran Jepang untuk berbalik melawan Inggris. Salah satu unit infanteri India yang dikelola oleh orang Jepang selama pertempuran di Jitra adalah Batalyon Punjab 1/14 yang dipimpin oleh Kapten Mohan Singh, seorang Perwira India yang kemudian berperan penting dalam tugas Fujiwara Kikan di wiayah Malaya dan Singapura. Penyerahan pasukan Batalyon Punjab 1/14 kepada Kekaisaran Jepang itu difasilitasi oleh Pritam Singh.[1][2][3] Diarsipkan 2017-11-15 di Wayback Machine. F-Kikan di IndonesiaAgen-agen Fujiwara Kikan yang ada di Aceh kemudian juga membangun hubungan dengan PUSA sebuah organisasi persatuan ulama di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh pada 1939 yang tujuannya adalah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam, melawan Kolonial Belanda, dan mendobrak dominasi Uleebalang (elit adat Aceh). Koalisi Fujiwara Kikan dengan PUSA itu kemudian melahirkan gerakan pemberontakan anti-Belanda di Kutaraja (sekarang Banda Aceh pada 11 Maret 1942, yang tujuannya jelas mempermudah pasukan Kekaisaran Jepang untuk menaklukkan Aceh dan juga menggulingkan dominasi Uleebalang yang diketahui dekat dengan pemerintah Kolonial Belanda. Setelah Jepang menguasai Aceh dan Sumatera Utara, banyak orang Indonesia yang menjadi anggota Fujiwara Kikan kemudian ditempatkan di instansi pemerintahan pendudukan Kekaisaran Jepang di Sumatera Utara selama Perang Dunia II.[1] Referensi
|