Kakek dari pihak ayahandanya adalah Louis d'Orléans, Adipati Longueville yang merupakan seorang aristokrat, jenderal dan pangeran Chatel-Aillon, dan Putri Johanna dari Baden-Hochberg, Comtesse Neuchâtel dan Margravine dari Rothelin, dan kakek dari pihak ibundanya adalah Charles de Rohan, Vicomte Fronsac dan Jeanne de Saint-Séverin.
Françoise memiliki seorang kakak laki-laki Léonor d'Orléans, Adipati Longueville, Adipati Estouteville (1540–1573), yang menikah pada tahun 1563 dengan Marie d'Estouteville (1539–1601), dengan siapa ia memiliki keturunan termasuk Henri I yang menjadi Adipati Longueville. Sepupu Françoise, François de Longueville merupakan saudara tiri Maria, Ratu Skotlandia. Bibi dari pihak ibundanya adalah Claude de Thoury de Rohan yang merupakan gundik Raja François I dari Prancis.
Masa Kecil
Françoise dilahirkan pada tanggal 5 April 1549 di Châteaudun, Prancis. Ia merupakan putri tunggal François d'Orléans, Markis Rothelin, Pangeran Chalet-Aillon, Vicomte Melun, dan Jacqueline de Rohan, dirinya sendiri adalah Markis Rothelin dengan haknya sendiri.[2] Ayahandanya meninggal pada tanggal 25 Oktober 1548, kurang dari enam bulan sebelum kelahirannya. Sejak lahir ia dikenal sebagai Nona Longueville.
Pernikahan dan Keturunan
Pada tanggal 8 November 1565, di Château de Vendôme, Françoise menikah dengan Pangeran Condé, adik bungsu Raja Antoine dari Navarra dan jenderal Huguenot. Hal ini menjadikan Francoise sebagai ipar Jeanne d'Albret, yang merupakan ratu Navarra yang bertakhta yang juga menjadi pemimpin rohani kaum Huguenot. Istri pertama Condé, Eléanor de Roucy de Roye telah meninggal pada tahun 1564. Françoise memiliki tiga orang putra dan melalui pernikahannya ia berstatus sebagai putri lewat darah.
Setahun sebelum pernikahan, gundik Conde yang bernama Isabelle de Limeuil, seorang dayang Ibu Ratu Catharina De'Medici atau De Médicis melahirkan seorang anak dan mengaku bahwa ayah si jabang bayi adalah Condé. Condé membantah keras tuduhan tersebut.[3]
Menjanda
Pada tanggal 13 Maret 1569, di dalam Perang Agama Prancis, suaminya tewas terbunuh di medan Pertempuran Jarnac dimana pasukan Huguenot dikalahkan oleh pasukan Katolik yang dipimpin oleh Marsekal Gaspard de Saulx, sieur de Tavannes, dan Adipati Anjou, yang dikemudian hari memerintah sebagai Raja Henri III.[4] Ratu Elizabeth I dari Inggris sendiri adalah seorang penganut agama Protestan dan berjanji untuk meminjamkan uang kepada fraksi Huguenot, namun Françoise diharuskan menggadaikan perhiasan-perhiasannya sebagai jaminan.[4]
Françoise menjadi janda sebelum ulang tahunnya yang ke-20, dan ia memilih untuk tidak menikah lagi. Setelah malam Pembantaian de la Saint-Barthélemy pada tanggal 23 Agustus 1572, ia dan putra-putranya segera beralih ke agama Katolik Roma untuk menghindari eksekusi dan percobaan pembunuhan.
Françoise meninggal di Paris pada tanggal 11 Juni 1601, ia berusia 52 tahun dan dimakamkan di Gaillon.
Pangeran-pangeran Carignan yang berasal dari Wangsa Savoia-Carignano, yang dikemudian hari menjadi Raja Italia merupakan keturunan dari Françoise melalui putranya Charles.[1]