Fatubesi adalah sebuah kelurahan di dalam kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.Sebelum Indonesia Merdeka, wilayah Desa Oeba dipimpin oleh beberapa Temukung yang merupakan Tokoh Masyarakat yang berpengaruh. Pusat Pemerintahan berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal para Temukung/Kepala Desa. Pada masa tersebut wilayah Oeba terbagi kedalam empat Dusun yakni : Dusun I ( Oeba), Dusun II ( yakni Bok Satu, Pasir Panjang), Dusun III ( Fatubesi) dan Dusun IV ( Todekisar), masing masing Dusun dipimpin oleh Kepala Dusun.Pada Masa Pendudukan Bala Tentara Jepang ditahun 1944, Pemerintah Bala Tentara Jepang mengangkat Wellem Ayub Taulo sebagai Temukung ?Kepala Desa Oeba dan Kantor Desa bertempat di Blok Satu Pasir Panjang. Enam Bulan kemudian pusat pemerintahan desa berpindah di Straat A di Oeba.
Pada tahun 1962, Komandan KOREM Letkol Paikun, dalam pertemuan dengan masyarakat Oeba, menyepakati lokasi pembangunan Balai Desa Oeba dan sampai saat ini menjadi Kantor Lurah Oeba. Pada tahun 1966 Letkol Paikun memerintahkan pembagian Desa Oeba agar pelayanan pemerintahan dapat berjalan lebih efektif. Wilayah Lapangan Merdeka / Stadion Merdeka dan areal sebelah barat yang dahulunya masuk wilayah Desa Merdeka kemudian dimasukkan ke dalam wilayah Desa Oeba. Wilayah Dusun IV Tode Kisar dimekarkan dan menjadi Desa Todekisar, sedangkan wilayah Bok Satu / Markas Brimob dan sekitarnya dimasukkan kedalam Desa Pasirpanjang.. Seiring dengan perkembangan Desa Oeba kemudian menjadi Kelurahan Oeba dan pada waktu pembentukan Kota Madya Tungkat II Kupang tahun 1996, Pemerintah Kotamadya Kupang memekarkan Kelurahan Oeba dengan memisahkan Dusun III Fatubesi menjadi Kelurahan Fatubesi, kedua wilayah Kelurahan ini dipisahkan oleh Jalan Jendral Achmad Yani dengan Straat A ditengah-tengahnya.
Berikut Nama nama Temukung / Kepala Desa Oeba :
- 1881 - 1910 Junus Dethan
- 1910 - 1929 Hendrik Jesua
- 1929 - 1942 Simon Ndoen
- 1942 - 1944 Thomas Dethan
- 1944 - 1967 Wellem Ayub Taulo
- 1967 - 1972 E. Pello
- 1972 - 1987 Jap.E.Taulo
- 1988-juli 1988 Z.Mira Mangngi ( carateier)
- 1988 - 20-3-1995 H.Baoen
- 1995 - Benyamin Ndoen,SH . Pada 25 April 1996 Dusun III dimekarkan dan menjadi Kelurahan Fatubesi dan yang menjadi Lurah pertama adalah :
- 1996- 2000 TH, E Johannes,SH
- 2000 - 2001 Apollonius Edon
- 2001 - 2006 Jiil. Y Taulo-Ratukore
- 2006 - 2008 Ishak Pellokila
- 2008 - 2008 I Made Mardiana,BE
- 2008 - 14-2-2001 I Wayan Mada,BC.HK
- 14-2-2001 - 31-5-2021 I Wayan G. Astawa, S.Sos,MM
- 31-5-2021 - sekarang. Anak Agung Gde S.M .Putra,SE
Luas wilayah Kelurahan Fatubesi secara keseluruhan adalah: 0,24 km² dengan jumlah RT sebanyak 18 dan RW sebanyak 4. Fatubesi merupakan nama yang relatif baru di telinga orang Kupang, Nama Fatubesi merupakan satu kata yang dirangakai dari dua frasa bahasa suku Timor { Uab Meto}, Fatu artinya : Batu sedangkan Besi artinya ; batu keras atau menunjuk kepada buaya.Nama ini berhubungan erat dengan kepercayaan Suku Meto/ Timor . Oleh Suku Timor, buaya diyakini sebagai pemberi kesejukan, kesuburan, berkat serta kekayaan. Dalam cerita rakyat Suku Meto buaya digambarkan sebagai yang memberi ternak { kerbau,sapi,kuda} kepada mereka { Dr Eben Nuban Timo.2017} .Bahkan pulau Timor diyakini sebagai fosil/jasad seekor buaya yang mati setelah menolong ,menyelamatkan nyawa seorang anak laki laki kecil dari ancaman air bah. Sebelum mati Si Buaya meminta anak kecil itu untuk seterusnya tinggal di punggung buaya tadi,karena jasadnya akan berubah menjadi daratan. Si Anak boleh mengambil semua yang ada pada tubuh buaya untuk membangun hidupnya.
Mitologi kuno ini memeiliki pembenaan / referensi faktual pada tiga fenomena di Timor seperti : bentuk geografi , keadaan topografi pulau Timor, budaya relegius.
a. Secara geografi bentuk pulau Timor mirip bentuk seekor buaya yang sedang berbaring. Itu sebabnya beberapa antropolog menyebut pulau Timor sebagai : " the island of the sleeping crocodile.
b. Pembenaran Topografi nampak postur tanah pulau Timor yang banyak gunung batunya, kering serta tandus. Tidak salah kalau suku terbesar penghuni pulau Timor menyebut
tanah airnya sebagai : Pah Meto yang artinya : Negeri Tanah Kering.
c. Penduduk asli pulau Timor menjalani hidupnya dengan penyembahan terhadap buaya , juga berbagai motif ukiran, tenunan maupun bentuk rumah dihubungkan erat dengan figur buaya. Orang Timor tradisional memahami buaya sebagai representasi Dewa Tertinggi : Uis Neno yang tidak terucapkan dan tak terpahami oleh keterbatasan manusia.
Perbatasan
Demografi
Kel. Fatubesi memiliki penduduk 5.549 jiwa yang terdiri atas 2.816 pria dan 2.733 wanita.
Pranala luar