Etika terapanEtika terapan (applied ethics) adalah cabang etika yang mengacu pada aplikasi praktis dari pertimbangan moral. Etika terapan juga sering kali dikenal sebagai etika praktis (practical ethics).[1] Etika terapan mencakup suatu profesi dan suatu permasalahan.[2] Ini adalah etika sehubungan dengan tindakan dunia nyata yang mencakup berbagai profesi, seperti etika di bidang kehidupan pribadi dan publik, kesehatan, teknologi, hukum, dan bisnis.[3] Misalnya, komunitas bioetika berkaitan dengan mengidentifikasi pendekatan yang benar terhadap masalah moral dalam ilmu kehidupan, seperti eutanasia, alokasi sumber daya kesehatan yang langka, atau penggunaan embrio manusia dalam penelitian.[4][5][6] Etika lingkungan berkaitan dengan isu-isu ekologi seperti tanggung jawab pemerintah dan perusahaan untuk membersihkan polusi.[7] Etika bisnis mencakup pertanyaan mengenai tugas atau kewajiban 'pelapor' kepada masyarakat umum atau kesetiaan mereka kepada majikan mereka.[8] Prinsip dasar etika terapanPrinsip dasar etika terapan pada umumnya memiliki keterkaitan dengan pengembangan etika dalam penerapan prinsip etika dalam kehidupan sehari-hari, atau lebih merujuk pada situasi atau studi kasus di masyarakat. Seperti, peneliti berupaya melakukan identifikasi berdasarkan ketentuan moral atau permasalahan (kasus-kasus) secara nyata. Penerapan dalam kesehatan masyakat, para ahli menggunakan teori umum etika dan kemampuan analisis data sebagai alasan yang dipisahkan.[9] Etika terapan dalam istilah filosofis bertugas untuk memperjelas apa yang dimaksudkan ketika seseorang sedang berbicara dan penerapan moral.[10] Ranah etika terapanEtika ilmiahEtika ilmiah muncul dan merujuk pada cabang etika di bidang sains dan ranah etika terapan. Etika ilmiah adalah cabang dari etika profesional, di mana ketentuan perilaku khusus yang harus dipatuhi oleh seseorang dengan melibatkan profesi. Hal ini berbeda dari, tetapi konsisten atau tetap dengan, baik moralitas maupun teori moral.[11] Etika mediaEtika media merupakan salah satu cabang etika yang masuk kedalam ranah komunikasi massa.[12] Etika media adalah cabang etika terapan dengan bentuk analisis yang prinsip penerapannya, etika digunakan dalam praktik mengikuti norma dan ketentuan berlaku melalui media massa atau berita.[13] Etika bisnisEtika bisnis pertama kali muncul dan mulai digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Istilah ini kemudian mulai digunakan di wilayah lain di dunia.[14] Masyarakat dan bisnis saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan bisnis selalu berkaitan dengan keberadaan masyarakat disertai dengan seluruh atribut dan simbol yang diyakini oleh masyarakat tersebut. Kondisi ini membuat kegiatan bisnis memiliki nilai moral dan etika tertentu.[15] Etika bisnis bertujuan untuk memberikan kesadaran moral kepada para pelaku bisnis. Kesadaran ini utamanya ditujukan kepada pebisnis untuk konsumen. Bentuknya dapat berupa kegiatan bisnis yang tidak menimbulkan kerugian bagi konsumen.[16] PendekatanEtika terapan bekerjasama dengan disiplin ilmu-ilmu lain karena harus membentuk pertimbangan tentang bidang yang sama sekali di luar keahliannya. Sebagai contoh, seorang etikawan akan kesulitan memberi pertimbangan moral yang dapat dipertanggungjawabkan untuk suatu masalah medis yang tidak dimengertinya dengan baik. Ia membutuhkan penjelasan lengkap tentang pilihan tindakan medis & berbagai argumen di luarnya, hanya diperoleh dari pihak berkompeten di bidang itu.[17] MultidisiplinerPendekatan multidisipliner dan pendekatan interdisipliner sama-sama membuka pemahaman lebih luas dan mendalam atas suatu masalah yang dihadapi.[18] Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tema yang sama oleh berbagai ilmu, maka para ilmuwan mengambil keputusan-keputusan etis.[19][20] Etikawan tidak akan berpura-pura menyiapkan solusi untuk membebaskan pelaku (ilmuwan) dari tanggung jawab atas keputusan dan tindakannya sendiri. Peran etika dalam ilmu-ilmu lain sangat terbatas, ada dua akibat yang tidak dapat dihindarkan, yaitu: 1) Etika terapan sering dipraktekkan tanpa ikut serta etikawan profesional. Artinya orang merasa dia mampu melakukan sendiri tugas mencari pemecahan yang memuaskan atas masalah etis yang dihadapi pada profesinya. Maka penggunaan jasa para ahli etika mudah dikesampingkan, dan 2) Etika semakin keluar dari keterasingannya, terpaksa harus melepaskan diri dari konteks akademis eksklusif, dan memasuki suatu kawasan lebih luas. Pergaulan ilmiah tidak terbatas pada rekan seprofesi saja. Ahli etika harus keluar dari isolasinya dan menjadi akrab dengan bidang ilmiah lain agar berperan dalam kerjasama multidisipliner. KasuistikPendekatan kasuistik merupakan usaha memecahkan kasus-kasus konkrit di bidang moral dengan menerapkan prinsip etika umum.[21] Hal itu cocok dalam etika terapan, dan mengungkapkan kekhususan argumentasi dalam etika. Pendekatan kasuistik diakui sebagai metode efisien untuk mencapai kesepakatan di bidang moral. Penalaran moral berbeda dengan penalaran matematis, selalu dilakukan cara yang sama, kapan dan di mana saja, tidak terpengaruh oleh faktor dari luar.[22] Pendekatan ini memiliki sifat penalaran moral menunjukkan dua hal yakni 1) Relativisme moral tidak bisa dipertahankan. Kasuistik timbul karena ada keyakinan umum bahwa prinsip etis bersifat universal dan tidak relatif saja terhadap suatu keadaan konkret, 2) Prinsip etis tidak bersifat absolut saja, & tidak peduli dengan situasi konkret. Etika situasi sangat memperhatikan keunikan setiap situasi. Faktor spesifik yang menandai suatu situasi tertentu bisa sangat mempengaruhi penilaian terhadap suatu kasus. Semua kasus tidak sama & hal ini penting dalam menerapkan prinsip etika yang umum.[22] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|