EkspedisiNimrod atau Ekspedisi Antartika Inggris tahun 1907–1909 adalah ekspedisi pertama dari ketiga ekspedisi jelajah Antartika yang mencapai keberhasilan di bawah pimpinan Ernest Shackleton. Di antara berbagai tujuan ilmiah dan geografis yang hendak dicapai, target utama ekspedisi ini adalah menjadi rombongan jelajah pertama yang berhasil mencapai Kutub Selatan. Meskipun target tersebut tidak tercapai, ekspedisi ini berhasil mencapai garis 88° 23' Lintang Selatan yang hanya berjarak 97,5 mil laut (112,2 mil atau 180,6 km) dari Kutub Selatan. Dengan demikian, garis 88° 23' Lintang Selatan menjadi garis Lintang Selatan Terjauh yang sudah berhasil dijajaki manusia dalam perjalanan menuju Kutub Selatan, dan jarak 97,5 mil laut menjadi jarak terdekat dari kutub bumi yang mampu dijajaki manusia ketika itu.[a] Kelompok lain, di bawah pimpinan Edgeworth David, profesor geologi Australia keturunan Wales, berhasil mencapai lokasi yang diperkirakan sebagai Kutub Selatan Magnetis, dan menjadi rombongan jelajah pertama yang mendaki Gunung Erebus, gunung api tertinggi kedua di Antartika.
Tanpa dukungan pemerintah maupun lembaga tertentu, dan hanya mengandalkan pinjaman-pinjaman pihak swasta serta sumbangan-sumbangan perorangan, ekspedisi ini dibelit masalah keuangan sedari awal. Persiapannya pun dikerjakan secara tergesa-gesa. Ukuran kapal yang digunakannya, yaitu Nimrod, tidak sampai setengah dari ukuran kapal Discovery yang dipakai Robert Falcon Scott dalam ekspedisi tahun 1901–1904, dan para awak Shackleton tidak memiliki pengalaman yang dibutuhkan. Kontroversi timbul dari keputusan Shackleton untuk menjadikan Selat McMurdo sebagai pangkalan ekspedisi, dekat dengan markas lama Scott, mengingat ia sudah berjanji kepada Scott untuk tidak bertindak demikian. Kendati sarat dengan berbagai macam masalah dan mula-mula tidak seterkenal ekspedisi yang dipimpin Scott enam tahun sebelumnya, capaian-capaian ekspedisi ini mampu menyita perhatian masyarakat dan membuat Shackleton dihargai sebagai salah seorang putra terbaik bangsa Inggris. Tim ilmiah, termasuk di dalamnya Douglas Mawson, ilmuwan yang kemudian hari mengepalai Ekspedisi Antartika Australasia, melakukan berbagai macam penelitian di bidang geologi, zoologi, dan meteorologi. Perencanaan angkutan Shackleton, yang mengandalkan tenaga kuda poni mancuria, mesin traksi bermotor, dan anjing-anjing pengeret, merupakan inovasi yang tidak banyak membantu, tetapi kemudian hari ditiru Scott dalam Espedisi Terra Nova yang berujung maut itu.
Sekembalinya ke tanah air, Shackleton mengugurkan skeptisisme awal Perhimpunan Kegeografian Kerajaan terhadap capaian-capaiannya dan menerima berbagai macam penghargaan, antara lain anugerah gelar kesatria dari Raja Edward VII. Hanya sedikit keuntungan finansial yang ia dapatkan dari ekspedisi ini, dan ujung-ujungnya terpaksa mengandalkan dana bantuan pemerintah untuk melunasi utang-utang ekspedisi. Dalam jangka waktu tiga tahun saja, rekor Shackleton sudah terlewati, karena Amundsen akhirnya berhasil mencapai Kutub Selatan, disusul kemudian oleh Scott. Sekalipun demikian, saat prestasinya dielu-elukan, Amundsen mengeluarkan pernyataan bahwa "nama Sir Ernest Shackleton akan selamanya tertoreh dengan tinta api di lembaran sejarah penjelajahan Antartika".[1]
Pemicu
Ernest Shackleton bekerja sebagai perwira muda di kapal RRS Discovery dalam ekspedisi jelajah Antartika pertama yang dipimpin Robert Falcon Scott. Ia terpaksa diberangkatkan pulang ke tanah air dengan kapal penyelamat Morning pada tahun 1903 sesudah mengalami kelelahan fisik dalam kegiatan penjajakan utama ke selatan.[b] Scott dengan tegas memutuskan bahwa Shackleton "tidak boleh mempertaruhkan keselamatannya dengan terus menanggung berbagai kesukaran dalam kondisi seperti itu".[2] Shackleton merasa penurunan kondisi fisiknya sebagai suatu stigma pribadi.[3] Sekembalinya ke Inggris, ia bertekad membuktikan kemampuan dirinya. Albert Armitage, orang nomor dua dalam Ekspedisi Discovery, menyifatkan tekad Shackleton ini sebagai niat untuk "menjadi sosok pribadi yang lebih baik daripada Scott".[4] Meskipun demikian, Shackleton menampik peluang untuk kembali ke Antartika selaku mualim satu Terra Nova, kapal penyelamat kedua Ekspedisi Discovery, sesudah membantu mereparasinya. Ia juga membantu memperlengkapi Uruguay, kapal yang disiapkan untuk mengevakuasi rombongan ekspedisi pimpinan Otto Nordenskjold yang kandas di Laut Weddell.[4] Kendati masih berharap dilibatkan kembali dalam ekspedisi jelajah Antartika, selama beberapa tahun selanjutnya Shackleton bekerja di bidang lain. Pada tahun 1906, ia bekerja sebagai kepala humas pada Sir William Beardmore, seorang industrialis besar.[5]
Menurut penulis biografinya, Roland Huntford, penurunan kondisi fisik Shackleton dibeberkan Scott di dalam buku The Voyage of the Discovery yang terbit pada tahun 1905. Tindakan Scott ini mengais luka lama yang menyayat harga diri Shackleton. Ia akhirnya membulatkan tekad untuk kembali ke Antartika dan mengungguli capaian Scott.[6] Shackleton mulai mencari-cari calon sponsor untuk mendanai ekspedisinya sendiri. Rencana-rencana tahap awal ia tuangkan ke dalam makalah yang disusun pada permulaan tahun 1906 tetapi tidak diterbitkan. Di dalamnya tercantum anggaran belanja sebesar £17.000 (nilai sekarang £1.770.000) untuk mengongkosi keseluruhan ekspedisi.[7][8] Shackleton mendapatkan janji dukungan dana yang pertama pada awal tahun 1907. Majikannya, Beardmore, menawarkan pinjaman sebesar £7.000 (nilai sekarang £730.000).[8][9] Tawaran ini memberanikan Shackleton untuk mengumumkan niatnya kepada Perhimpunan Kegeografian Kerajaan pada tanggal 12 Februari 1907.[10] Ia juga merasa perlu buru-buru bertindak lantaran mengetahui bahwa Henryk Arctowski, penjelajah Polandia, juga sedang berencana melakukan eksepedisi serupa. Rencana tersebut diumumkan di markas Perhimpunan Kegeografian Kerajaan pada hari yang sama dengan pengumuman Shackleton. Pada kenyataannya, rencana Henryk Arctowski itu masih benar-benar mentah.[11]
Persiapan
Rencana awal
Makalah rencana awal yang tidak dipublikasikan itu menyingkap gagasan Shackleton untuk memanfaatkan markas lama Ekspedisi Discovery di Selat McMurdo sebagai pangkalannya. Dari pangkalan tersebut akan dilaksanakan usaha-usaha penjajakan untuk mencapai Kutub Selatan Geografis maupun Kutub Selatan Magnetis. Penjajakan-penjajakan lain menyusul kemudian, dan akan dilaksanakan pula program kerja ilmiah berkesinambungan.[12] Rencana awal ini juga menyingkap metode-metode pengangkutan yang digagas Shackleton, kombinasi dari pemanfaatan tenaga anjing, kuda poni, dan kendaraan bermotor yang dirancang khusus.
Baik kuda poni maupun mesin traksi bermotor belum pernah dipakai di Antartika, kendati kuda poni sudah pernah digunakan Frederick George Jackson dalam Ekspedisi Artika Jackson-Harmsworth tahun 1894–1897. Meskipun laporan Jackson tentang ketangguhan kuda-kuda poninya menimbulkan kebingungan, dan bertentangan dengan anjuran khusus dari Fridtjof Nansen, penjelajah kutub terkenal asal Norwegia, Shackleton memutuskan untuk membawa serta 15 ekor kuda poni, tetapi kemudian hari mengurangi jumlahnya menjadi 10 ekor saja.[13] Saat mengumumkan rencananya kepada Perhimpunan Kegeografian Kerajaan pada bulan Februari 1907, Shackleton sudah merevisi anggaran belanja ekspedisi menjadi lebih realistis sebesar £30.000 (nilai sekarang £3.120.000).[8][14] Meskipun demikian, proposal Shackleton tidak digubris Perhimpunan Kegeografian Kerajaan. Kemudian hari barulah Shackleton mengetahui bahwa Perhimpunan Kegeografian Kerajaan ketika itu sudah mafhum akan niat Scott untuk melaksanakan ekspedisi baru, sehingga hendak memberikan persetujuan secara bulat kepada Scott.[14]
Membeli Nimrod
Shackleton berniat mencapai Antartika pada bulan Januari 1908, dan itu berarti ia harus bertolak dari Inggris pada musim panas tahun 1907. Dengan demikian hanya tersisa tempo enam bulan untuk menghimpun dana, mendapatkan dan meyiapkan kapal, membeli seluruh perlengkapan dan perbekalan, maupun merekrut personel. Karena sudah yakin bakal mendapatkan dukungan keuangan dari Donald Steuart, seorang pengusaha Skotlandia,[15] Shackleton berangkat ke Norwegia pada bulan April dengan niat membeli Bjorn, kapal jelajah kutub berbobot 700 ton yang sangat cocok untuk dijadikan kapal ekspedisi. Meskipun demikian, Steuart membatalkan dukungannya, dan akibatnya Bjorn pun tak terbeli. Bjorn pada akhirnya dibeli Wilhelm Filchner, penjelajah Jerman. Namanya diganti menjadi Deutschland dan dipakai dalam pelayaran Filchner tahun 1911–1913 ke Laut Weddell.[16] Shackleton terpaksa harus puas dengan Nimrod yang lebih kecil ukurannya.[c] Kapal kayu pemburu anjing laut setua 40 tahun dan bertonase bruto terdaftar 334 ton itu berhasil ia beli seharga £5.000 (nilai sekarang £520.000).[8][17][18]
Shackleton tercengang saat pertama kali menyaksikan kondisi Nimrod setibanya di London dari Newfoundland pada bulan Juni 1907. "Kapal itu sudah rongsok dan berbau amis lemak anjing laut, dan menurut hasil inspeksi [...] kapal itu perlu dipakal dan tiang-tiangnya perlu diganti baru." Meskipun demikian, di tangan tukang-tukang reparasi kapal kawakan, dalam waktu singkat penampilan Nimrod sudah "terlihat lebih layak". Kemudian hari Shackleton mengemukakan di dalam laporannya tentang betapa bangganya dia dengan kapal kecil yang tangguh itu.[19]
Mencari dana
Sampai awal bulan Juli 1907, Shackleton baru berhasil mengumpulkan sedikit dukungan dana di luar dari pinjaman Beardmore, dan tidak memiliki dana untuk menuntaskan reparasi Nimrod.[20] Pada pertengahan bulan Juli, ia mendekati filantrop Earl Iveagh, Edward Guinness, kepala keluarga Inggris-Irlandia pemilik usaha pembuatan bir, yang bersedia menggelontorkan pinjaman sebesar £2.000 (nilai sekarang £210.000) asalkan Shackleton mampu mendapatkan sponsor-sponsor lain yang bersedia memberi pinjaman sebesar £6.000. Shackleton mampu mengumpulkan dana tambahan, termasuk sumbangan £2.000 yang diserahkan Philip Brocklehurst dengan syarat diikutsertakan dalam rombongan ekspedisi.[21]
Hadiah £4.000 yang diterima pada menit-menit terakhir dari William Bell, kemenakan Shackleton,[22] belum juga cukup untuk menutupi kebutuhan dana ekspedisi yang masih harus dicari sebesar £30.000, tetapi memungkinkan penuntasan reparasi Nimrod. Usaha pengumpulan dana dilanjutkan di Australia saat Nimrod tiba di negara itu. Shackleton menerima donasi £5.000 dari Pemerintah Australia, dan £1.000 dari pemerintah Selandia Baru.[23] Donasi-donasi tersebut, ditambah berbagai pinjaman dan donasi lain yang lebih kecil jumlahnya, mencapai angka £30.000, akan tetapi total biaya pada penghujung ekspedisi menurut perkiraan Shackleton sudah membengkak menjadi £45.000.[d]
Shackleton berharap dapat menghasilkan banyak uang dari penjualan bukunya tentang ekspedisi tersebut dan dari undangan-undangan untuk menyampaikan kuliah umum. Ia juga berharap memetik keuntungan dari penjualan prangko khusus bercap kantor pos Antartika yang hendak didirikannya di sana, mengingat ia sudah diangkat menjadi kepala kantor pos sementara oleh pemerintah Selandia Baru. Tidak satu pun di antaranya mendatangkan keuntungan yang diharapkan, kendati Shackleton sudah mendirikan kantor pos di Tanjung Royds dan menggunakannya untuk mengirim surat-surat ekspedisi.[24][25][e]
Merekrut personel
Karena ingin membentuk rombongan ekspedisi yang tangguh, Shackleton berusaha merekrut para mantan anggota Ekspedisi Discovery. Kepada Edward Adrian Wilson, rekan sesama mantan anggota Ekspedisi Discovery, ia tawarkan jabatan ketua tim ilmiah merangkap wakil ketua ekspedisi. Tawaran ini ditampik Wilson dengan berdalih masih terlibat dalam kegiatan Panitia Kementerian Pertanian untuk Investigasi Penyakit Belibis.[26] Penolakan mantan anggota Ekspedisi Discovery lainnya, yakni Michael Barne, Reginald Skelton, dan akhirnya George Mulock, tanpa disengaja menyingkap fakta bahwa semua mantan perwira Ekspedisi Discovery sudah memutuskan untuk menjadi anak buah Scott dalam pelaksanaan rencana-rencana ekspedisi berikutnya yang sampai saat itu belum diumumkan.[26] Hanya dua orang mantan awakDiscovery yang menyambut ajakan Shackleton, yaitu Frank Wild dan Ernest Joyce. Shackleton kebetulan melihat Joyce di atas sebuah bus yang sedang melintas di depan perkantoran ekspedisi di London, lantas menyuruh orang mencari dan mempertemukan Joyce dengannya.[27]
Meskipun baru dipastikan sesudah ekspedisi mencapai Antartika, wakil Shackleton adalah Jameson Boyd Adams, letnan Angkatan Laut Cadangan Kerajaan yang rela mengorbankan kesempatan menjadi perwira tetap demi bergabung dengan Shackleton.[28] Ia juga bertugas sebagai meteorolog ekspedisi. Nakhoda Nimrod, Rupert England, juga seorang perwira angkatan laut cadangan. John King Davis, yang berumur 23 tahun dan kemudian hari menjadi seorang nakhoda Antartika kenamaan, ditunjuk menjadi mualim satu pada menit-menit terakhir.[29]Aeneas Mackintosh, perwira Angkatan Laut Niaga dari Peninsular and Oriental Steam Navigation Company (P&O), mula-mula ditunjuk menjadi mualim dua, tetapi belakangan dialihtugaskan ke darat dan diganti dengan A. E. Harbord selaku mualim dua yang baru.[23] Anggota lain yang disiapkan untuk bertugas di darat adalah dua orang dokter ahli bedah, Alistair Mackay dan Eric Marshall, ahli mesin motor Bernard Day, dan Sir Philip Brocklehurst, anggota sukarela yang dijadikan asisten geolog.[30]
Anggota tim ilmiah yang berangkat dari Inggris adalah James Murray, biolog berumur 41 tahun, dan Raymond Priestley, geolog berumur 21 tahun yang kemudian hari menjadi salah seorang pendiri Institut Penelitian Kutub Scott.[31] Dua anggota lagi bergabung di Australia. Yang pertama adalah Edgeworth David, profesor geologi di Universitas Sydney yang ditunjuk menjadi ketua tim ilmiah.[23] Yang kedua adalah Douglas Mawson, mantan mahasiswa David yang menjadi dosen mineralogi di Universitas Adelaide. Mula-mula keduanya sekadar ingin ikut berlayar ke Antartika kemudian segera pulang lagi dengan Nimrod, tetapi berhasil dibujuk menjadi anggota tetap ekspedisi. David berjasa meyakinkan pemerintah Australia untuk menyumbangkan dana £5.000.[23]
Sebelum berangkat ke Antartika pada bulan Agustus 1907, Ernest Joyce dan Frank Wild menjalani kursus kilat seputar cara-cara kerja percetakan, karena Shackleton berniat menerbitkan buku atau majalah selagi berada di Antartika.[32]
Janji kepada Scott
Pengumuman Shackleton pada bulan Februari 1907 tentang niatnya untuk menjadikan markas lama Ekspedisi Discovery sebagai pangkalan menarik perhatian Scott, yang juga bermaksud untuk kembali menjelajah Antartika, kendati belum ia umumkan saat itu. Dalam suratnya kepada Shackleton, Scott mengklaim hak prioritas atas Selat McMurdo. "Saya rasa saya punya hak tertentu atas tempat kerja saya sendiri," tulisnya. Ia menambahkan pula bahwa, "siapa saja yang pernah melibatkan diri dalam kegiatan eksplorasi pertama-tama akan beranggapan bahwa sayalah yang empunya kawasan itu". Ia mengakhiri suratnya dengan mengingatkan Shackleton akan kewajibannya untuk tetap setia kepada mantan komandan.[33]
Mula-mula Shackleton menanggapi dengan santun. "Saya ingin menuruti pandangan-pandangan anda semampu saya tanpa memunculkan suatu pendirian yang tidak dapat saya pegang teguh sendiri," demikian bunyi kalimat balasannya.[33] Wilson, yang diminta Shackleton menjadi penengah, justru mengambil sikap yang lebih tegas daripada Scott. "Menurut hemat saya, sebaiknya anda menyingkir saja dari Selat McMurdo", demikian tulisnya di dalam suratnya kepada Shackleton. Ia menasihati Shackleton supaya tidak menyusun rencana apa kegiatan pun yang dilaksanakan dari pangkalan yang berlokasi di dalam lingkungan Laut Ross sampai Scott memutuskan "batas-batas apa saja yang akan dia tetapkan pada haknya sendiri".[33] Nasihat ini ditanggapi Shackleton dengan mengemukakan di dalam surat balasannya bahwa, "tidak ada keraguan di benak saya kalau haknya terbatas pada pangkalan yang ia minta untuk [...] Saya sadar sudah sampai pada batas kesanggupan saya dan tidak akan melangkah lebih jauh lagi".[33]
Masalah ini belum juga tuntas ketika Scott pulang berlayar pada bulan Mei 1907. Scott mengusulkan garis 170° Bujur Barat sebagai garis demarkasi. Semua daerah di sebelah barat garis bujur tersebut, termasuk Selat McMurdo, Pulau Ross, dan Tanah Victoria, hanya boleh dimanfaatkan oleh Scott. Karena sedang sibuk mengatasi berbagai masalah lain, Shackleton terpaksa mengiyakan saja kemauan Scott itu. Pada tanggal 17 Mei, ia menandatangani sepucuk surat pernyataan berisi kalimat "saya tinggalkan pangkalan McMurdo bagi anda",[33] maupun niatnya untuk mendarat lebih ke timur, di Teluk Perintang yang sempat disinggahi dalam Ekspedisi Discovery, atau di Tanah Raja Edward VII. Ia tidak akan sedikitpun menyentuh pantai Tanah Victoria.[33] Pernyataan tersebut merupakan tanda menyerah kepada kemauan Scott dan Wilson, sekaligus isyarat mengurungkan tujuan ekspedisi untuk mencapai Kutub Selatan Magnetis yang terletak di dalam lingkup kawasan Tanah Victoria.[33] Ahli sejarah penjelajahan kutub bumi, Beau Riffenburgh, yakin bahwa janji itu adalah "janji yang secara etis seharusnya tidak pernah dituntut untuk diucapkan dan seharusnya tidak pernah diucapkan, karena bisa saja berdampak buruk terhadap keselamatan ekspedisi Shackleton secara keseluruhan".[33] Sengketa ini meretakkan hubungan baik Shackleton dengan Scott (meskipun keduanya tetap bersikap santun satu sama lain di muka umum), dan pada akhirnya memutuskan hubungan persahabatan yang akrab antara Shackleton dan Wilson.[34]
Di dalam catatan pribadinya tentang ekspedisi tersebut, Shackleton sama sekali tidak menyinggung soal cekcoknya dengan Scott. Ia hanya menyebutkan bahwa "sebelum kami akhirnya bertolak meninggalkan Inggris, sudah saya putuskan bahwa, andaikata mungkin terlaksana, saya akan membangun pangkalan saya di Tanah Raja Edward VII alih-alih di [...] Selat McMurdo".[10]
Pelaksanaan ekspedisi
Berlayar ke selatan
Sesudah diinspeksi Raja Edward VII beserta Permaisuri Alexandra, Nimrod bertolak meninggalkan Inggris pada tanggal 11 Agustus 1907.[35] Shackleton tidak ikut berlayar karena masih harus membereskan berbagai urusan ekspedisi. Ia dan anggota-anggota ekspedisi lainnya menyusul kemudian dengan menumpang sebuah kapal yang lebih laju. Segenap unsur ekspedisi berkumpul di Selandia Baru, bersiap-siap untuk berlayar ke Antartika pada hari Tahun Baru 1908. Demi menghemat bahan bakar, Shackleton menjalin kerja sama dengan pemerintah Selandia Baru untuk menundaNimrod sampai ke lingkar Antartika, yakni sejauh kira-kira 1.400 mil laut (2.600 km; 1.600 mi).[36] Sebagian uang tunda ditanggung pemerintah Selandia Baru, dan sebagian lagi ditanggung Union Steam Ship Company sebagai sumbangannya untuk ekspedisi itu.[37] Pada tanggal 14 Januari, begitu gunung-gunung es mulai tampak, tambang penghubung dengan kapal tunda diretas.[37]Nimrod selanjutnya meneruskan pelayaran dengan bahan bakar sendiri melintasi bongkah-bongkah es yang mengapung, menuju Teluk Perintang, tempat Discovery berlabuh enam tahun sebelumnya demi memberi waktu kepada Scott dan Shackleton untuk melakukan percobaan menerbangkan balon udara.[38]
Perintang (kemudian hari dikenal dengan sebutan Paparan Es Ross) terlihat pada tanggal 23 Januari, tetapi teluknya sudah lenyap; tepian Perintang sudah sudah banyak berubah sejak pertama kali didatangi, dan bagian yang mencakup selat sudah runtuh sehingga muncul sebuah teluk yang cukup besar, yang dinamakan Teluk Paus oleh Shackleton, tatkala melihat sekawanan besar paus yang sedang berenang di perairan teluk itu.[39] Shackleton tidak mau ambil risiko melewatkan musim dingin di permukaan Perintang yang sewaktu-waktu bisa saja longsor ke laut. Oleh karena itu ia memutuskan untuk putar haluan menuju Tanah Raja Edward VII. Sesudah berulang kali mencoba mendekati pantai Tanah Raja Edward VII, di tengah ancaman terperangkapnya kapal oleh bongkah-bongkah es yang bergerak cepat, Nimrod terpaksa urung membuang sauh. Satu-satunya pilihan Shackleton ketika itu, selain membatalkan tujuan-tujuan ekspedisi, adalah melanggar janjinya kepada Scott. Pada tanggal 25 Januari, ia memerintahkan jurumudi untuk putar haluan menuju Teluk McMurdo.[39]
Tanjung Royds
Menentukan lokasi pangkalan
Begitu tiba di Selat McMurdo pada tanggal 29 Januari 1908, pergerakan Nimrod ke selatan menuju pangkalan Discovery di Hut Point terkendala oleh membekunya air di permukaan laut. Shackleton memutuskan untuk menunggu dengan harapan es akan pecah dalam dalam satu dua hari ke depan. Selama pelayaran ditunda, mualim dua Aeneas Mackintosh mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera pada mata kanannya. Sesudah dioperasi secara darurat oleh Marshall dan Mackay, ia terpaksa harus meninggalkan rombongan dan pulang ke Selandia Baru bersama Nimrod. Sesudah merasa cukup sehat, ia kembali bersama Nimrod pada musim berikutnya.[40]
Pada tanggal 3 Februari, Shackleton memutuskan untuk mendirikan markas di tempat pendaratan terdekat yang bisa dicapai, yaitu Tanjung Royds, ketimbang buang-buang waktu menunggu es beringsut. Malam itu juga, kapal membuang sauh dan rombongan mencari tempat yang cocok untuk mendirikan pondok siap-rakit. Tempat pendaratan dipisahkan dari Hut Point oleh laut sejauh 20 mil laut (37 km; 23 mi), tanpa jalur darat ke selatan. Shackleton yakin bahwa rombongannya "beruntung mendapatkan perteduhan musim dingin yang sedekat ini dengan titik anjak kita ke selatan."[41]
Hari-hari selanjutnya dimanfaatkan untuk memunggah persediaan dan peralatan. Pekerjaan tersendat-sendat lantaran buruknya cuara dan tindakan berhati-hati Nakhoda England, yang berulang kali menjauhkan kapal ke tengah perairan teluk sampai kondisi es di medan pendaratan ia anggap cukup aman.[42] Keadaan yang sama berulang selama empat belas hari, sampai-sampai timbul perselisihan tajam di antara Shackleton dan England. Shackleton bahkan sempat minta England mengundurkan diri dengan alasan sakit, tetapi si nakhoda menolak. Menurut uraian Riffenburgh, kegiatan pemunggahan itu "susahnya setengah mati"[42] tetapi tuntas juga pada tanggal 22 Februari. Nimrod akhirnya berlayar ke utara, dan tanpa sepengetahuan England, masinis kapal, Harry Dunlop, membawa serta sepucuk surat dari Shackleton yang ditujukan kepada agen ekspedisi di Selandia Baru, berisi permohonan penggantian nakhoda untuk pelayaran pulang tahun depan. Hal ini sudah menjadi rahasia umum di antara sesama anggota rombongan di darat. Marshall mencatat di dalam buku hariannya bahwa ia "gembira tidak usah lagi melihat batang hidungnya [England] ... semua ulahnya itu cuma bikin malu nama negara saja!"[43]
Mendaki Gunung Erebus
Sesudah Nimrod bertolak, es di permukaan laut pecah sehingga jalur laluan rombongan ke Perintang terputus. Dengan demikian, kegiatan persiapan pemberangkatan eretan dan pendirian depot mustahil dijalankan. Shackleton tidak ingin membuang-buang waktu pelaksanaan ekspedisi, dan oleh karena itu memerintahkan supaya usaha mendaki Gunung Erebus dilaksanakan sesegera mungkin.[44] Gunung setinggi 12.450 kaki (3.790 m) tersebut belum pernah didaki manusia. Satu regu espedisi Discovery (dianggotai Wild dan Joyce) sudah pernah mengekplorasi area kaki gunung pada tahun 1904 tetapi mereka tidak beringsut naik melebihi 3.000 kaki (910 m). Baik Wild maupun Joyce tidak termasuk di dalam regu utama pendakian Erebus di dalam ekspedisi Nimrod, yang beranggotakan David, Mawson, dan Mackay. Dengan regu pendukung yang beranggotakan Marshall, Adams, dan Brocklehurst, usaha pendakian pun dilaksanakan pada tanggal 5 Maret.[44]
Pada tanggal 7 Maret, regu utama dan regu pendukung bergabung di sekitar ketinggian 5.500 kaki (1.700 m) dan bersama-sama melanjutkan pendakian menuju puncak. Keesokan harinya, pendakian terpaksa ditunda lantaran badai salju, tetapi kembali dapat dilanjutkan pada pagi hari tanggal 9 Maret. Petang harinya, puncak kawah utama yang lebih rendah berhasil dicapai.[44] Ketika itu, kondisi kedua kaki Brocklehurst terkena radang dingin dan sudah sangat parah, sehingga ia tetap tinggal di perkemahan selagi rekan-rekannya melanjutkan pendakian menuju kawah aktif, yang akhirnya berhasil dicapai sesudah mendaki selama empat jam. Sesudah melaksanakan beberapa eksperimen meteorologis dan mengumpulkan banyak sampel bebatuan, mereka pun lekas-lekas menuruni gunung, yang lebih sering mereka lakukan dengan cara meluncuri satu demi satu landaian salju yang berundak-undak. Menurut Eric Marshall, regu pendaki Erebus akhirnya sampai ke pondok Cape Royds dalam keadaan "nyaris sekarat" pada tanggal 11 Maret.[44]
Musim dingin tahun 1908
Bangunan siap-rakit berukuran 33 x 19 kaki (10 x 5,8 m) yang menjadi pondok tempat bernaung rombongan ekspedisi akhirnya rampung dipasang dan siap untuk dihuni pada akhir bulan Februari. Pondok tersebut disekat-sekat menjadi bilik-bilik hunian untuk dua orang, dan dilengkapi dapur, kamar gelap, gudang, maupun laboratorium. Kandang kuda-kuda poni dibangun pada sisi pondok yang paling terlindungi, sementara kandang-kandang anjing ditempatkan di dekat serambi.[45] Gaya kepemimpinan Shackleton yang bersifat inklusif, bertolak belakang dengan gaya kepemimpinan Scott, meniadakan batasan-batasan yang menghalangi keakraban di antara penumpang geladak atas dan penumpang geladak bawah. Semuanya tinggal bersama, bekerja bersama, dan makan bersama. Semua orang tampak beraktivitas dengan penuh semangat. Seperti yang dicatat Brocklehurst, Shackleton "punya kemampuan untuk membuat setiap orang merasa kehadirannya sungguh-sungguh diperlukan di dalam ekspedisi tersebut".[46]
Selama bulan-bulan berikutnya yang diliputi kegelapan musim dingin, Joyce dan Wild mencetak sekitar 30 eksemplar buku liputan ekspedisi Nimrod, Aurora Australis, yang dijilid dan disampul dengan memanfaatkan papan peti paket.[47] Meskipun demikian, kegiatan yang paling penting sepanjang musim dingin adalah persiapan pelaksanaan perjalanan-perjalanan utama pada musim berikutnya, termasuk perjalanan menuju Kutub Selatan dan Kutub Selatan Magnetis. Penempatan pangkalan di Selat McMurdo memungkinkan Shackleton untuk memasukkan kembali pencapaian Kutub Selatan Magnetis ke dalam daftar tujuan ekspedisi. Shackleton nantinya akan memimpin langsung usaha mencapai Kutub Selatan, yang mengalami kendala serius lantaran lantaran matinya empat ekor kuda poni yang tersisa pada musim dingin. Sebab utama matinya kuda-kuda poni tersebut adalah pasir vulkanik, yang dimakan hewan-hewan itu lantaran mengandung garam.[44]
Pergerakan ke selatan
Keberangkatan
Keputusan Shackleton untuk membentuk satu regu beranggotakan empat orang untuk pelaksanaan perjalanan menyelatan menuju Kutub Selatan lebih ditentukan oleh jumlah kuda poni yang tersisa. Belajar dari pengalamannya selama menyertai Ekspedisi Discovery, ia lebih mengandalkan kuda poni ketimbang anjing dalam pelaksanaan perjalanan panjang ke kutub.[48] Kereta bermotor, yang dapat melintas lancar di atas permukaan es yang rata, tidak dapat digunakan untuk melintasi permukaan Penghalang dan tidak dipertimbangkan untuk dipakai dalam perjalanan ke kutub.[49] tiga orang yang dipilih Shackleton untuk menyertainya adalah Marshall, Adams, dan Wild. Joyce, yang lebih berpengalaman menjelajah Antartika daripada semua anggota ekspedisi lainnya kecuali Wild, batal diikutsertakan lantaran hasil pemeriksaan medis yang dilakukan Marshall membuat kebugarannya diragukan rekan-rekannya.[50]
^Kebanyakan catatan ekpedisi tersebut mencantumkan jarak "97 mil" tanpa menyertakan bandingannya dalam satuan mil internasional, simbolisme kehadiran di dalam kisaran 100 mil dari kutub dianggap jauh lebih penting. Lih. Huntford, hlm. 269.
^Shackleton bersama Scott dan Edward Wilson melakukan perjalanan jelajah ke selatan pada tahun 1902-1903, demi mencatat rekor pencapaian garis 82° 17' Lintang Selatan. Ketiga-tiganya menderita kelelahan dan mungkin sekali terserang penyakit skorbut tahap awal dalam perjalanan pulang, tetapi Shackleton yang paling parah terdampak. Lih. Preston, hlm. 65–66.
^Ukuran Nimrod tidak sampai setengah dari ukuran Discovery, kapal baru bertonase bruto terdaftar 736 ton yang dipakai Scott dalam Ekspedisi Discovery tahun 1901–1904. lih. Paine, hlm. 102 dan Lloyd's Register 1934–1935.
^Pada akhirnya diperlukan dana bantuan dari pemerintah Inggris sebesar £20.000 untuk memungkinkan Shackleton melunasi utang-utangnya, dan tampaknya beberapa utangnya dihapuskan. Lih. Huntford, hlm. 314–315.
^Sebuah kantor pos Antartika telah didirikan di Kepulauan South Orkney pada tahun 1904, yakni di stasiun meteorologi Orcadas yang didirikan Ekspedisi Antartika Nasional Skotlandia pimpinan William Speirs Bruce. Lih. Speak, hlm. 92.