Doudo, Panceng, Gresik
Asal NamaNama Doudo menurut legenda masyarakat setempat diambil dari nama pendiri desa, yakni Pak Dhudha. Makam dari Pak Dhudha sendiri menurut kepercayaan dikubur di Kuburan Sentana, yang dahulu merupakan kuburan yang dikeramatkan dan diupacarai dengan sedekah bumi tiap tahunnya. Saat ini, kuburan tersebut telah dibongkar karena dianggap menimbulkan unsur syirik bagi masyarakat, dan dialihfungsikan sebagai kantor kepala desa, setelah sebelumnya digunakan sebagai sekolah dasar. Namun dalam versi lain, ada yang menyebut Desa Doudo ini berasal dari bahasa Kawi, "doh" yang berarti jauh, dan "uda" yang berarti air, mengingat keadaan alam Desa Doudo sendiri yang sulit didapati air tanah. Ketampakan AlamDesa Doudo sebagian besar disusun atas tanah bronggalan atau tanah merah, tanah lempung yang berwarna coklat kekuningan, serta tanah hitam dan tanah kapur. Lahan bertanah merah atau tanah hitam biasanya digunakan untuk alas (tegalan) yang ditanami palawija dan singkong, atau digunakan untuk perkebunan misalnya jambu monyet dan mangga. Sedangkan lahan bertanah lempung biasanya digunakan untuk sawah dengan padi sebagai tanaman utama. Desa ini tidak mengandung sumber air tanah sama sekali dalam jarak 20 m dari permukaan tanah, kecuali di beberapa titik misalnya Laga Geneng yang bahkan menghasilkan mata air namun hanya sedikit. Orang dahulu akhirnya mengusahakan dibangunnya telaga Doudo sebagai sumber air utama desa, dengan sumber dari tadah hujan. Telaga ini pada masa lampau digunakan sebagai tempat kegiatan masyarakat desa yang berhubungan dengan air, misalnya mandi, mencuci baju, memandikan sapi, maupun mengambil air minum. Namun saat ini fungsi telaga ini hanya digunakan untuk irirgasi pertanian saja, karena sudah diadakan pengusahaan air bersih melalui perpipaan ledeng. Pembagian WilayahWilayah Desa Doudo terbagi dalam beberapa sub-wilayah:
KebudayaanDesa Doudo memiliki beberapa kebudayaan yang bisa dianggap sebagai kebudayaan unik, di antaranya:
Objek TerkenalObjek yang terkenal dari desa ini adalah jambu monyet, karena daerah ini, bersama dengan desa sekitarnya yakni Desa Wotan dan Desa Petung merupakan daerah satu-satunya di kawasan Gresik Utara yang menghasilkan tanaman jambu monyet. Selain itu, desa ini juga terkenal dari telaganya yang sering menjadi jujugan pelancong dari desa/kecamatan tetangga, baik untuk sekadar berenang atau memancing. |