Donosari, Sruweng, Kebumen
Donosari adalah desa di kecamatan Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Dulu Desa Donosari hanya sebuah desa tertinggal, tetapi seiring berjalannya waktu kini menjadi sebuah desa yang maju. Jalan desa yang dulu hanya Makadam kini telah berganti dengan jalan Cor sehingga akses kendaraanpun bisa dengan mudah untuk masuk ke Desa Donosari baik itu kendaraan roda 4 ataupun roda 2. Apalagi sekarang sudah dibangun jalan rintisan/ tembus yang menghubungkan Desa Donosari dengan desa Pandansari tepatnya di Dukuh Medana yang diharapkan bisa mempermudah mobilitas warga di kedua desa sehingga meningkatkan mutu ekonomi warga di kedua desa tersebut. SejarahPada zaman dahulu ada seorang pengembara yang konon bernama Ki Ageng Metaram, singgah di Desa Medana. Sedangkan Desa Medana yang sekarang bernama Desa Donosari adalah penggabungan 2 ( Dua ) wilayah atau 2 (dua ) Desa yaitu Desa Medana dan Desa Gunungsari. Yang pada akhirnya bernama Desa Donosari. Makam Ki Ageng Metaram yang oleh masyarakat dikenal dengan nama Makam Perang Medana yang sampai pada saat ini dianggap oleh warga masyarakat Desa Donosari, adalah makam yang paling bersejarah. Dan ada sebagaian warga juga beranggapan bahwa makam tersebut adalah Makam dari orang yang pertama kali masuk ke wilayah Donosari.[1] Sedangkan Penggabungan dua wilayah antara Desa Medana dan Desa Gunungsari terjadi pada Tahun 1921. Dengan Demikian dapat disimpulkan bahawa Desa Donosari Terbentuk sejak tahun 1921. Batas-batas Wilayah
Pembagian Wilayah
GeografiWilayah Desa Donosari hampir seluruhnya berada dataran tinggi bagian dari Perbukitan Gunungsari dengan ketinggian antara 100-250 meter di atas permukaan air laut (Mdpl). Disebelah barat merupakan dataran rendah yang dilewati Sungai Penusupan. Sejumlah sungai kecil di Desa Donosari antara lain Sungai Sodong dan Sungai Kedungpakis. PendudukDesa Donosari memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh mengingat belum berkembangnya desa ini. Sehingga tidak jarang banyak penduduk yang mengadu nasib ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Desa Donosari berpenduduk dan berketurunan dari suku Jawa yang memiliki logat khas yaitu Ngapak. Selain itu, penduduk Desa Donosari mayoritas beragama Islam dan juga masih menjunjung adat istiadat Jawa sehingga tidak jarang ditemukan acara syukuran di bulan-bulan tertentu.[2] PotensiKomoditas yang jadi unggulan adalah buah Genitri, cengkih dan lainnya. Khusus buah Genitri atau dalam bahasa lain disebut Rudraksa. Adapaun hasil dari perkebunen tersebut yang mengkonsumsi kebanyakan Warga Negara India, Nepal, Cina, Pakistan[3].. ReferensiPranala luar |