Di Kaki Bukit Cibalak
Di Kaki Bukit Cibalak adalah sebuah novel yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini dikarang pada tahun 1978 untuk mengikuti Sayembara Mengarang Roman yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta dan berhasil meraih hadiah pemenang pada tahun 1979.[1] Penerbitan novel ini untuk pertama kali dilakukan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1986. Novel ini mengisahkan seorang pemuda yang berusaha menghadapi dan menolak ketidakadilan sosial-politik di Desa Tanggir yang bertempat di kaki Bukit Cibalak.[2][3] Ringkasan ceritaKehidupan di kaki Bukit Cibalak, khususnya Desa Tanggir, banyak mengalami kemajuan teknologi pada tahun 1970-an. Hal ini berpengaruh pada gaya hidup masyarakat tradisionalnya yang belum siap menerima perubahan modern tersebut. Di desa tersebut juga kerap ditemukan kasus korupsi yang dilakukan oleh lurah setempat. Pambudi, seorang pemuda di desa ini berusaha untuk membantu salah satu warga desa, Mbok Ralem, yang kesulitan dalam meminjam dana kepada koperasi desa. Setelah sang lurah menolak membantu Mbok Ralem, Pambudi yang merupakan seorang pegawai koperasi memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Lalu, ia berusaha seorang diri menolong Mbok Ralem untuk berobat ke Yogyakarta menggunakan uang tabungannya. Di sana, ia juga mendapat bantuan dari salah satu penerbit surat kabar bernama Kalawarta untuk mendapatkan dana. Berita mengenai Mbok Ralem yang kekurangan dana sampai ke telinga lurah Desa Tanggir hingga gubernur setempat. Sang Lurah menjadi dendam dengan Pambudi dan memfitnahnya. Karena hal itu, Pambudi terpaksa meninggalkan Desa Tanggir dan melanjutkan sekolah di Yogyakarta. Ia tinggal bersama teman sekolahnya, Topo, yang berkuliah untuk mengejar gelar doktorandus. Akhirnya permasalahan demi permasalahan di Desa Tanggir teratasi saat Pambudi bekerja di Kalawarta sebagai jurnalis. Referensi
Pranala luar
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Di Kaki Bukit Cibalak. |