Deroduwur, Mojotengah, Wonosobo
Deroduwur adalah sebuah desa terluar di sebelah barat dari Kecamatan Mojotengah, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. SejarahDeroduwur berasal dari kata bahasa Jawa yakni "Ndoro Duwur" yang dikisahkan di Desa Deroduwur dan didirikan oleh seorang Ndoro (Tuan) yang bernama Tumenggung Kerta Wangsa. Saat ini beliau dimakamkan di Makam Umum, Desa Deroduwur. Dusun Melikan berasal dari kata bahasa Jawa yakni "Melik-melik tekan", yang dimana sejarahnya adalah sebuah tempat yang hanya kelihatan sinar lampunya tetapi setelah dituju oleh seorang kyai ternyata sampai juga. Kyai tersebut dikenal dengan nama Kyai Abdul Jabar, beliau wafat dan dimakamkan di Makam Umum dusun Melikan dan petilasanya sekarang dikenal dengan nama Makam Kyai Jubar. Dusun Bululawang (Mbah Lembulewang) dikisahkan sebagai pendiri Dusun ini adalah Mbah Bulewang yang sekarang dimakamkan di makam umum Dusun Bululawang. Selain itu, dusun ini sebagai pintu masuk dan keluar dari Desa Deroduwur menuju Kecamatan Watumalang. Kemudian, Dusun Buntu yang secara bahasa adalah "jalan terakhir atau tidak bisa lagi dilewati", dusun ini berada di bawah bukit Basma yang menyatu dengan dataran tinggi Dieng (sembungan). Hampir tiap desa di sekitar desa ini dikelilingi sungai kecil. Desa Deroduwur sendiri berada di sebelah utara berada di lereng Gunung Bisma dan dataran tinggi Dieng pemukiman lainnya adalah Igirbuntu yaitu lereng bukit yang tidak memiliki akses jalan lain, disini terdapat Makam Kyai Haji Asy'ari, Kyai Haji Muntaha dan Kyai Haji Mustahal. Di pemakaman ini juga terdapat seorang keturunan kerajaan yang bernama Raden Ajeng Soestiyah (sampai saat ini belum ada konfirmasi sejarah Keturunan dan keluarganya), beliau dikisahkan memohon kepada Kyai Asy'ari untuk diizinkan dimakamkan di sekitar Kyai Asy'ari. Tanah ini merupakan hasil wakaf dari keluarga besar Mbah Bachri, Mbah Chudlori, dan sisanya hasil pembelian keluarga besar Bani Asy'ari. Dulunya, desa ini terkenal dengan hutan-hutan yang rimba. Bahkan karena terletak jauh dari pusat Kota Wonosobo dan terpelosokkannya desa ini, kendaraan pun tidak dapat melaluinya. Sekitar tahun 1930an desa ini sempat menjadi tempat singgah beberapa kyai besar Wonosobo, di antaranya Mbah Hasbullah, Kyai Asy'ari, Kyai Abu Na'im (Mbah Bunangim), Syaikh Suhaimi dan beberapa kyai lainnya. Akan tetapi, sekarang berkat adanya ulama-ulama yg memasuki desa ini pun mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan dan sebagainya. Menurut data sejarah geografis saat Kecamatan Mojotengah berada di sebelah barat sungai Serayu sekitar tahun 1900-1889an. Akses menuju desa ini hanya bisa dilalui dengan jalan setapak. setelah perkembangan tahun 1970 pertama kali membuka jalan oleh pemkab wonosobo bersama ABRI masuk desa dan swadaya masyarakat desa Deroduwur, Derongisor, Mojotengah dan Kalibeber. Dengan gotong royong terbuktilah pengembangan desa terluar menjadi lebih maju dan produktif. Desa Deroduwur memiliki keunikan secara budaya dan geografis, secara budaya desa ini termasuk pecahan dari para sesepuh dan orang-orang pertama disini kebnyakan keturunan pembesar dari daerah Mataram. seperti Mbah Tumenggung Kertawangsa, Maestro Al-Qur'an. Kyai Haji Muntaha. Alh, beserta adiknya Kyai Haji Mustahal dimakamkan di desa ini, beliau lah yang memprakarsai pembangunan Lembaga Pendidikan di desa ini untuk tingkat SMP dan SMA pada tahun 2002. Lembaga tersebut terletak satu komplek dengan makam. Lembaga tesebut dibawah naungan yayasan Al-Asy'ariah. Terdapat juga Pondok Pesantren Al-Asy'ariah 2 Deroduwur. Awal pembangunnya dengan bantuan tenaga dan material dari masyarakat desa deroduwur, bantuan pribadi H. Kholiq Arief (Wakil bupati Wonosobo pada saat itu) dan bantuan Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Batas wilayahBatas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Pembagian wilayah
|