Damarwulan BanjarmasinDamarwulan Banjarmasin (atau bisa juga disebut Damarwulan Banjarmasin), merupakan sebuah seni pertunjukan, yang lokasi penyebarannya terdapat di kota Martapura, Kabupaten Banjar, dan kota Banjarmasin. Maestro kesenian ini adalah Gusti Djaelani Arif dan Muchlis Maman (kota Banjarmasin). Pada saat pementasan damarwulan Banjarmasin mulai jarang dipentaskan, sehingga seni pertunjukan damarwulan Banjarmasin ini termasuk dalam kategori warisan budaya takbenda yang terancam punah, serta harus dilestarikan. Kesenian damarwulan Banjarmasin ini merupakan kesenian teater tradisonal yang berasal dari suku Banjar. Asal-usul dari nama kesenian ini diambil dari waktu pementasannya yang dilakukan pada malam hari saat bulan purnama (wulan). Sedangkan kata damar sendiri, merupakan sebutan untuk getah dalam bahasa Banjar yang digunakan untuk sebagai bahan penerangan saat kesenian ini dilaksanakan. Seni pertunjukkan damarwulan Banjarmasin berkisah mengenai tokoh bernama Damarwulan yang memiliki kesamaan tokoh dengan karater Arjuna dalam pewayangan. Kesenian ini juga memiliki tokoh-tokoh lain yang juga memiliki kemiripan dengan tokoh-tokoh pewayangan seperti Minak Djinggo, Minak Sugeno, dan masih banyak lainnya. Sebelum melakukan pementasan, orang-orang yang akan terlihat dalam pementasan akan melakukan suatu ritual khusus yang bertujuan untuk memohon agar pementasan dapat berjalan dengan lancar. Ritual yang diadakan diisi dengan sesajen berupa 41 macam kue-kue khas Banjar dan tepung tawar.[1] Pementasan Damarwulan BanjarmasinDalam pementasan Damarwulan Banjarmasin terdapat seseorang seperti dalang yang bertugas untuk mengatur jalanya cerita yang akan dituturkan menggunakan bahasa Banjar. Pada saat melakukan pementasan, diperlukan sekitar 15 orang aktor dan beberapa orang pemain musik yang bertugas mengiringi jalanya pementasan dengan menggunakan gamelan. Busana yang digunakan pada saat pementasan merupakan busana khusus yang didesain layaknya pakayan pada zaman kerajaaan, lengkap dengan hiasan seperti mahkota yang disebut dengan ketopong. Pemain damarwulan menggunakan dialog bahasa sanskerta. Lakon yang dibawakan bermacam-macam, mulai dari cerita berlatar blambangan dan kerajaan Majapahit denganadegan perang tanding Raden Damar Wulan melawan raja Minak Jinggo untuk memperebutkan Dewi Putri Kencana Ungu. Damarwulan juga membawakan cerita mengenai lakon Mahabharata, Ramayana, syair Siti Zubaedah, Brama Syahdan, Legenda dan sejarah Lambung Mangkurat, Pangeran Samudra alias Sultan Suriansyah, kisah Lamut Bujang Maluala, Raden Kasan Mandi, dan Bujang Sakti.[2][3] Referensi
|