Tanggal
|
Nama
|
Media
|
Tempat
|
Uraian
|
Rujukan
|
16 Agusus 1996
|
Fuad Muhammad Syafruddin (Udin)
|
Bernas
|
Yogyakarta
|
Diduga dibunuh terkait pemberitaan korupsi di Bantul.
|
[1]
|
25 Juli 1997
|
Naimullah
|
Harian Sinar Pagi
|
Pontianak, Kalimantan Barat
|
Diduga dibunuh terkait investigasi pembalakan liar di Kalimantan yang melibatkan oknum kepolisian.
|
[2][3]
|
25 September 1999
|
Agus Mulyawan
|
Asia Press
|
Los Palos, Timor Timur
|
Diduga dibunuh oleh milisi yang dibina ABRI.
|
[1][2]
|
17 Juni 2003
|
Muhammad Jamaluddin
|
TVRI Aceh
|
|
Diduga dibunuh karena laporannya tentang Konflik Aceh.
|
[1][2]
|
29 Desember 2003
|
Ersa Siregar
|
RCTI
|
Simpang Ulim, Aceh Timur
|
Pada 1 Juli 2003, Ersa dan juru kamera Ferry Santoro dilaporkan hilang di Kuala Langsa, Aceh Timur. Pada 5 Juli, Kijang yang dipakai Ersa dkk ditemukan di Langsa, Aceh Timur, yang dikenal sebagai basis GAM. Pada 29 Desember, Ersa ditemukan tewas dalam baku tembak di Kuala Maniham, Simpang Ulim, Aceh Timur. Kepala Staf TNI AD mengakui bahwa peluru yang membunuh Ersa Siregar merupakan peluru TNI.
|
[1][2]
|
29 April 2006
|
Herliyanto
|
Tabloid Delta Pos, Surabaya Post
|
Probolinggo, Jawa Timur
|
Diduga dibunuh terkait peliputan kasus korupsi di Desa Tulupari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
|
[2]
|
16 Februari 2009
|
Anak Agung Narendra Prabangsa
|
Radar Bali
|
Padangbai, Manggis, Karangasem
|
Dibunuh karena memberitakan penyimpangan proyek pembangunan di Kabupaten Bangli. Dalang pembunuhan adalah Nyoman Susrama, adik Bupati Bangli Nengah Arnawa. Susrama juga merupakan pengawas proyek Dinas Pendidikan Bangli. Ia mulanya mendapatkan hukuman seumur hidup, tetapi mendapatkan perubahan menjadi 20 tahun penjara setelah mendapatkan remisi dari presiden Jokowi. Kebijakan ini lalu menuai protes. Aliansi Jurnalis Independen menganggap kasus ini adalah satu-satunya kasus pembunuhan wartawan di Indonesia yang tuntas di pengadilan dan pelaku mendapatkan hukuman berat, tetapi malah mendapat keringanan. Jokowi akhirnya menarik kembali remisi tersebut.
|
[2][4]
|
29 Juli 2010
|
Ardiansyah Matra'is Wibisono
|
Tabloid Jubi, Merauke TV
|
Merauke, Papua
|
Diduga dibunuh karena meliput tentang persaingan politik para pejabat daerah dalam memperebutkan proyek agrobisnis.
|
[1][2]
|
18 Agustus 2010
|
Alfrets Mirulewan
|
Tabloid Pelangi
|
Maluku Tenggara Barat
|
Sedang melakukan investigasi kelangkaan bahan bakar minyak di Pulau Kisar.
|
[2]
|
21 Agustus 2010
|
Ridwan Salamun
|
SUN TV
|
Tual, Maluku Tenggara
|
Tewas dikeroyok massa ketika meliput kerusuhan antarwarga di Kota Tual, Maluku Tenggara.
|
[2]
|
30 Oktober 2019
|
Maraden Sianipar
|
Pindo Merdeka
|
Labuhanbatu, Sumatera Utara
|
Ditemukan tewas di areal perkebunan kelapa sawit PT SAB/KSU Amelia, Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara. Pembunuhan diduga terkait sengketa lahan perkebunan sawit yang telah disita untuk dijadikan kawasan hutan. Inspektur Jenderal Agus Andrianto, Kapolda Sumut, mengatakan bahwa otak pembunuhan adalah pemilik perkebunan kelapa sawit KSU Amelia, HR, yang memerintahkan 8 orang untuk membunuh kedua wartawan ini.
|
[5][6][7][8]
|
31 Oktober 2019
|
Martua Siregar
|
19 Juli 2022
|
Firdaus Parlindungan Pangaribuan/Firdaus P Pandjaitan
|
Raja Ampat Pos/Papua Pos
|
Kramat Jati, Jakarta
|
Pengeroyokan
|
19 Juni 2021
|
Marsal Harapa
|
Raja Ampat Pos/Papua Pos
|
Simalungun, Sumatera Utara
|
Dibunuh 4 anggota TNI
|
[9]
|