Clarissa Goenawan adalah seorang novelis dan penulis kelahiran kota Surabaya, Indonesia. Clarissa pernah mendapat penghargaan dalam kategori karya fiksi pendek melalui novelnya yang berjudul Rainbirds: A Novel.[1] Rainbirds dibahas oleh majalah sastra dan antologi di beberapa negara, seperti Singapura, Australia, Jepang, Indonesia, Inggris, dan Amerika Serikat. Rainbirds sendiri adalah novel perdana Clarissa, telah diterbitkan ke dalam sebelas bahasa berbeda di berbagai negara.[1][2]
Kehidupan Pribadi
Clarissa Goenawan merupakan keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di kota Surabaya, Jawa Timur sebelum akhirnya pindah ke Singapura pada usia 16 tahun.[3]
Awal Karier
Clarissa menyukai dunia seni dan bercita-cita untuk menjadi seorang penulis sejak dari kecil. Namun pada saat itu, dia belum memiliki banyak gambaran dan belum mengetahui tentang menjadi seorang penulis.[3] Seiring berjalannya waktu dan beranjak dewasa, dia sempat berpikir bahwa menjadi penulis bukan suatu pekerjaan yang realistis. Clarissa akhirnya memilih untuk bekerja di bidang marketing, penjualan, dan perbankan. Ketika menggeluti bagian itu, dia kemudian menyadari bahwa dia ingin menggapai apa yang dia cita-citakan sejak kecil. Clarissa kemudian berhenti bekerja, dan mulai memantapkan niat untuk menjadi seorang penulis.[3]
Karya Tulis
Rainbirds
Rainbirds adalah novel perdana Clarissa. Novel ini memiliki unsur magis Jepang dan berlatar belakang cerita penuh misteri. Rainbirds berkisah tentang kehidupan seorang pria muda bernama Ren Ishida, dan kakaknya, Keiko. Ren berjuang menemukan jawaban atas kematian Keiko karena dibunuh. Polisi yang menangani kasus ini tidak mendapatkan jawaban atas misteri kematian kakaknya.[4] Dengan latar belakang tahun 1994, Ren harus pergi ke kota Akakawa (sebuah kota imajinasi atau kota yang dikarang dalam cerita ini), di mana kakaknya tersebut tinggal dan dibunuh dengan banyak tikaman di sekujur tubuhnya.[4]
The Perfect World of Miwako Sumida
Karya Clarissa kedua adalah The Perfect World of Miwako Sumida, yang dirilis pada bulan 10 Maret 2020. Novel ini berkisah tentang misteri kematian seorang mahasiswi Jepang, Miwako Sumida.[5] Ryusei, temannya dari Universitas Waseda, mencari fakta atas kematian Miwako ke sebuah desa, tempat terakhir yang dikunjungi Miwako.[6] Novel ini juga menyimpan sebuah misteri atas kematian seseorang.[5]
Penghargaan
Bath Novel Award
Setelah penerbitan novel pertamanya Rainbirds: A Novel, nama Clarissa masuk sebagai daftar pemenang penghargaan Bath Novel Award tahun 2015. Novel tersebut diterbitkan oleh SoHo Press, penerbit buku yang berbasis di Kota New York, Amerika Serikat.[7] Rainbirds juga masuk sebagai daftar novel pendek terbaik di Britain Prize, The Dundee International Book Prize, dan juga The First Novel Prize tahun 2016 di Inggris. Karya Clarissa ini diapresiasi banyak pihak, karena novel ini memiliki latar belakang atau nuansa karakter Jepang yang kuat, tetapi ditulis oleh orang non-Jepang atau bukan keturunan Jepang.[5]
Meski demikian, Clarissa mengaku bahwa awalnya dia tidak berniat untuk turut serta dalam Bath Novel Award 2015, yang diikuti oleh ratusan peserta. Namun, mentornya sendiri yaitu novelis Jenny Ashcroft mendorongnya untuk berpartisipasi. Clarissa mengikuti saran Jenny, dan kemudian menjadi pemenang.[3]
Dalam acara Jakarta International Literary Festival 2019 pada 22 Agustus 2019 di Taman Ismail Marzuki, Clarissa berbagi pengalaman akan perjalanannya menjadi seorang penulis. Clarissa mengatakan bahwa dia mempelajari lebih dalam akan budaya lokal (seperti Jepang), sehingga latar belakang sebuah novel bisa memiliki isi yang akurat, seperti halnya pada Novel Rainbirds.[7]
Referensi
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|
Lain-lain | |
---|