Menurut tradisi Yahudi, makanan hari Sabat dan libur dimulai dengan memberkati dua buah roti. "Roti tumpuk" ini (Yahudinya: lechem mishneh) dibuat untuk memperingati roti manna yang jatuh dari surga saat orang Israel berjalan di tengah gurun selama empat puluh tahun setelah Exodus dari Mesir. Tapi roti manna tersebut tidak jatuh saat hari Sabat dan libur; namun, dua roti jatuh saat hari Sabat dan libur. Roti inilah, dapat dikenali dari anyamannya, inilah yang disebut challah.
Bahan dan pembuatan
Challah tradisional mengunakaan banyak sekali telur, tepung putih, dan gula. Resep modern mengunakaan lebih sedikit telur (ada juga yang sama sekali tidak mengunakaan telur) dan tepung putih akhirnya diganti dengan tepung terigu, oat, atau spelt. Kadang madu dan sirup gula juga ditambahkan sebagai pemanis. Adonan roti digulung menjai pita dan di anyam sebelum di bakar. Kadang juga dibubuhi biji bunga popi dan wijen sebelum dibakar; biji-biji tersebut dianggap sebagai simbol roti manna yang dimakan orang Israel saat perjalanan empat puluh tahun di gurun setelah keluar dari Mesir. Adonan ini kadang diberi kuning telur untuk menambah kesan keemasan. Kismis juga kadang ditambahkan. Challah termasuk parave, tidak seperti brioche dan roti Eropa yang lainnya, yang mengandung susu dan mentega.