Celebrity Studies adalah sebuah jurnal akademik triwulanan tertelaah sejawat yang diterbitkan oleh Routledge dan berfokus pada "penjelajahan kritis terhadap selebritas, kebintangan, dan ketenaran".[1] Didirikan pada tahun 2010 oleh akademisi kajian media Sean Redmond (Universitas Victoria) dan Su Holmes (Universitas East Anglia), jurnal ini adalah jurnal ilmiah pertama yang didedikasikan untuk kajian selebritas. Pendirian jurnal tersebut mencerminkan minat ilmiah yang meningkat terhadap bidangnya setelah proliferasi penelitian selebritas sejak dekade 2000-an. Selepas diumumkan, Celebrity Studies disambut dengan penerimaan media dan akademik yang buruk. Sejak saat itu, jurnal ini telah membantu legitimasi kajian selebritas dan dianggap sebagai jurnal utama dalam bidangnya. Pada tahun 2011, Asosiasi Penerbit Perhimpunan Terpelajar dan Profesional (ALPSP) mendaftarpendekkan jurnal tersebut untuk penghargaan Jurnal Baru Terbaik.
Jurnal ini telah menerbitkan sejumlah kajian terkenal, antara lain, analisis tentang pantat Pippa Middleton, sejarah dan pengaruh para "penyangkal iklim", dan hubungan Meghan Markle dengan feminisme. Isu-isu istimewa Celebrity Studies telah membahas tentang penyanyi David Bowie dan Michael Jackson, pemeran Keanu Reeves, dan seri realitas televisi RuPaul's Drag Race. Jurnal tersebut juga mensponsori sebuah konferensi bienial, yang telah diadakan di universitas-universitas di Melbourne, London, Amsterdam, dan Roma. Saat ini, pemimpin redaksi Celebrity Studies adalah Erin Meyers (Universitas Oakland) dan Alice Leppert (Kolese Ursinus).
Sejarah
Pendirian
Bidang "kajian selebritas" muncul di akademi pada dekade 2000-an bertepatan dengan suatu gelombang selebritas dalam budaya populer.[2][3] Sebab proliferasi penelitian tentang selebritas dalam berbagai disiplin akademik yang berkembang belakangan itu, sebuah konsensus ilmiah telah timbul mengenai kepentingannya.[4]
Jurnal ini dimulai oleh Sean Redmond (Universitas Victoria) dan Su Holmes (Universitas East Anglia) pada tahun 2010 dan diterbitkan oleh Routledge.[5] Baik Redmond maupun Holmes adalah seorang akademisi kajian media yang, pada tahun 2006, menerbitkan sebuah tinjauan debat terkini mengenai selebritas.[6][7]Celebrity Studies adalah jurnal ilmiah ilmiah pertama yang didedikasikan kepada subjek selebritas.[8][9] Jurnal tersebut awalnya diterbitkan tiga kali setahun.[1]
Dalam isu perdana jurnal ini, para editor mencatat bahwa selebritas "berada di inti berbagai ruang, pengalaman, dan ekonomi kehidupan modern".[10][11] Juga, mereka mereka ingin mengingatkan para pembaca bahwa terlibat dengan selebritas mengharuskan para individu "medefamilierisasi kehidupan sehari-hari" dan dengan demikian "memunculkan politik kultural dan relasi kekuasaan yang duduk di pusat 'kekufuran'". Tugas seperti "mengungkap dan menganalisis sistem dan struktur" selebritas berada di dasar kajian media, televisi, dan budaya.[12] Holmes juga mengatakan kepada Times Higher Education bahwa kajian selebritas "lebih sentral dalam memahami kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan matematika, bahasa Inggris, atau ilmu alam".[13]
Presiden AS Barack Obama dan pemeran Jackie Chan ditampilkan dalam isu perdana Celebrity Studies.
Salah satu artikel dalam isu perdananya yang ditulis oleh Redmond berjudul "Avatar Obama pada zaman selebritas likuid".[14] Redmond beropini bahwa mantan presiden AS Barack Obama adalah "epitome kecairan" pada suatu "era pemisahan tanpa pemersatuan kembali". Satu lagi artikel menjelajahi pemeran Jackie Chan sehubungan dengan "penuaan, ras, dan maskulinitas dalam tindakan transnasional".[13]Graeme Turner, profesor kajian budaya di Universitas Queensland, tampil dalam isu pertama khusus undangan jurnal tersebut,[15] dan ia menjelaskan mengapa jurnal serupa dibutuhkan dan mengkritik ketergantungan berlebihan pada analisis tekstual dalam bidang tersebut.[12][16] Juga, Turner mengangkat sebuah tantangan bagi akademisi kajian selebritas lainnya untuk tidak hanya berkontribusi dalam "rezim diskursif seputar selebritas" dan sebagai gaintinya "berfokus pada produksi industrial dan konsumsi audiensnya".[17]
Tujuan jurnal ini adalah untuk mewacanakan "produksi, sirkulasi, dan konsumsi ketenaran" dalam konteks kontemporer dan historis serta menyediakan sebuah forum debat.[18] Beberapa isu pertamanya hampir sepenuhnya berkonsentrasi terhadap tokoh dan peristiwa terkini.[19] Jurnal ini menggunakan pendekatan antardisiplin dan menjelajahi relevansi kajian selebritas dengan disiplin lainnya seperti sosiologi dan ilmu politik.[20][21][22] Dewan editorial awal jurnal ini mencakup 15 orang dari universitas di Inggris dan mancanegara.[23] Setiap isu jurnalnya menampilkan sebuah seksi resensi buku dan forum yang didedikasikan untuk esai dan observasi yang lebih pendek serta debat.[24] Sejak Agustus 2018, jurnal ini telah menerbitkan 30 isu.[25]
Holmes mundur dari posisi editor pada tahun 2019 dan digantikan oleh Erin A. Meyers,[26] seorang associate professor dalam komunikasi di Universitas Oakland. Alice Leppert, associate professor dalam kajian media dan komunikasi di Kolese Ursinus, dinamakan sebagai editor bersama jurnal ini pada tahun 2020. Leppert telah terlibat dengan Celebrity Studies sejak pendiriannya dan telah menulis mengenai subjek seperti pemeran Friends dan televisi realitas.[27]
Penerimaan
Sementara pengumuman jurnal ini disambut dengan penerimaan media dan akademik yang negatif,[28]Celebrity Studies telah memberikan legitimasi institusional kepada bidang selebritas dan membantu mengangkat prestise bidang tersebut.[29][30][31] Debut jurnal ini mencerminkan minat ilmiah yang berkembang terhadap disiplinnya dan penggunaan sosio-politik ketenaran.[32] Sosiolog Robert van Krieken telah menyebut jurnal ini sebagai sebuah "harta karun analisis selebritas yang inovatif".[33]Marc Abrahams, editor Annals of Improbable Research menulis bahwa jurnal tersebut telah "melambangkan, bahkan sama sekali mendominasi, keseluruhan bidang akademik selebritas".[18]Celebrity Studies telah dianggap sebagai jurnal unggulan atau utama dalam bidangnya.[34][35][36] Pada tahun 2011, jurnal ini di diikutsertakan dalam daftar pendek penghargaan Jurnal Baru Terbaik oleh Asosiasi Penerbit Perhimpunan Terpelajar dan Profesional (ALPSP).[37]
Ahli bioetikaAndy Miah, yang mendirikan konferensi budaya selebritas pertama pada tahun 2005, tidak terkejut dengan peluncuran jurnalnya karena "selebritas telah menjadi titik pusat sistem nilai kita yang menjamin perhatian kita".[6] Akademisi-akademisi lain lebih meremehkan jurnal ini selama peluncurannya. Cendekiawan publik Australia, Germaine Greer, berpendapat bahwa jurnalnya tidak akan bertahan lebih dari tiga isu.[38] Pengarang dan sejarawan Inggris Graham McCann mengkritik jurnal tersebut, mengatakan bahwa "penemuan akademik sejenis paling-paling hanya banal dan bahkan menyesatkan".[24] Matthew Bell dari The Independent berekspektasi jurnalnya akan memproduksi "banyak mumbo jumbo pseudo-akademik".[6] Redmond dan Holmes mengaitkan reaksi media yang buruk terhadap jurnalnya dengan ketakutan atas "pembodohan" pendidikan tinggi.[22][39] Juga, para editor meyakini bahwa respons negatif yang diterima mungkin disebabkan oleh "persepsi bahwa akademi itu 'remeh dan populis' karena subjeknya yang ternyata tidak cendekiawan".[28] Turner membela reputasi jurnal ini dan bidangnya, berargumen bahwa keduanya "bukanlah omong kosong, ini adalah hal yang benar-benar terjadi kini".[24]
Konferensi
Celebrity Studies mensponsori sebuah konferensi internasional setiap dua tahun sekali.[40] Konferensi dan jurnalnya melibatkan suatu jaringan sarjana media, film, dan televisi.[41] Konferensi bienial tersebut dimulai pada tahun 2012 di Universitas Deakin di Melbourne.[42] Pada tahun 2014, konferensinya berlangsung di Royal Holloway, Universitas London. Konferensi tersebut mempertebatkan peran selebritas dalam masyarakat dan mediskusikan dampak Hollywood, selebritas hewan, dan pengaruh koki selebritas.[43][44] Konferensi tahun 2014 tersebut dikritik oleh jurnalis Cathy Newman dari Channel 4 News, yang menganggap argumen bahwa selebritas dapat membuat informasi lebih terakses itu "janggal, bahkan membuat depresi", dan berpendapat bahwa "Katy Perry tidak bisa mengajarkan anak-anak kita apa pun tentang politik."[45][46]
Konferensi internasional ketiga dilaksanakan di Universitas Amsterdam pada Juni 2016 dengan subjudul "Mengaslikan Selebritas". Lebih dari 200 pakar dari 27 negara menghadiri konferensi tersebut yang mewacanakan teknologi digital, politik selebritas, dan "Apa yang membuat seorang selebritas asli?"[47] Pada konferensi tersebut, sejarawan sastra Lorriane York dan Pamela Ingleton mempresentasikan karya mereka tentang keluarga Kardashian.[48]
Pada November 2011, Janet McCabe, seorang sarjana dari Universitas London, menerbitkan sebuah artikel dalam jurnal ini yang memeriksa peran dari pantat Pippa Middleton. McCabe menulis, "Selebritas lengkungan tubuh para Middleton memiliki suatu hal yang penting untuk diberitahukan kepada kita tentang cita-cita feminin, yang cukup menarik untuk menjerat dan mengurung kita."[18] Sebuah kajian lanjutan yang diterbitkan di jurnal yang sama memeriksa pantat Middleton melalui analisis Marxis dan Freudian.[34][52][53]
Penyangkal iklim
Sebuah artikel tahun 2013 menyusuri sejarah "penyangkal iklim" hingga dekade 1980-an. Para penulis mengidentifikasi "spesies kunci"—para penyangkal ilim yang suaranya dibesar-besarkan dalam media—dan bagaimana individu serupa "mempersatukan ekosistem penyangkalan iklim".[54][55] Para penyangkal ini kerap melabeli para penjaga lingkungan sebagai "maniak komunis in-Amerika" yang "sama sekali bertentangan dengan kemakmuran, pekerjaan, dan keuntungan", menurut kajian tersebut.[56] Para penulis berpendapat bahwa "penyelebritasan iklim" memberikan para penyangkal iklim kemampuan untuk memperoleh pengakuan dalam ruang publik, tempat kontribusi mereka dianggap "seimbang" oleh debat media tentang perubahan iklim.[57]
Meghan, Adipatni Sussex
Sebuah kritik tahun 2018 oleh peneliti Laura Clancy dan Hannah Yelin yang diterbitkan di jurnal ini berargumen bahwa monarki Britania Raya telah mengikutsertakan feminisme dari Meghan, Adipatni Sussex guna meningkatkan citra publik mereka. Para peneliti berpendapat bahwa sebelum menikahi Pangeran Harry, Markle adalah seorang advokat hak perempuan. Menurut para peneliti, "Suara aktivis Markle telah dibungkam atau diubah oleh monarkinya."[58][59][60] Clancy dan Yelin menuduh monarki tersebut atas menggunakan "status selebritas Markle untuk mere-legitimasi kekuasaan monarki pria Keluarga Kerajaan". Para peneliti mencatat bahwa Markle telah meninggalkan karier aktingnya serta menutup blog terkenal dan akun media sosial miliknya.[61]Istana Kerajaan telah menolak untuk mengomentari kajian tersebut.[58]
The Sunday Times menulis mengenai kajian tersebut di bawah tajuk rencana "Meghan dituduh menjatuhkan feminisme bagai kentang panas". Clancy dan Yelin mengkritik tajuk tersebut sebagai "tak akurat dan bermasalah", Yelin kemudian tampil di Sky News untuk menjelaskan bahwa kajian tersebut "bukanlah tentang mengawasi Markle sendiri dan tentu bukanlah tentang mengatur feminisme siapa pun".[62][63] Clancy dan Yelin menyatakan bahwa mereka menerima tuduhan seksisme dan rasisme serta telah menjumpai berbagai bentuk pelecehan menyusul penerbitan kajian tersebut. Mereka selanjutnya meneliti bagaimana para akademisi lebih luas mengalami misinterpreasi karya mereka di media.[62]
Pemasaran influencer
Sebuah analisis bibliometrik tahun 2022 menemukan bahwa Khamis et al. (2017) memiliki salah satu artikel yang paling banyak dikutip di Scopus dalam ranah pemasaran influencer. Para penulis berpendapat bahwa "pemasaran influencer telah timbul bersama pertumbuhan teknologi digital; terutama media sosial, dengan demikian menciptakan kesempatan bagi pemasaran merek oleh mereka yang diistilahkan sebagai influencer media sosial".[64] Juga, mereka berargumen bahwa mengembangkan autentisitas adalah elemen yang signifikan dalam "selebritas mikro" yang menghasilkan "nalar kenyataan yang membawakan narasi dan merek mereka dengan terakses dan intim."[65]
Isu-isu istimewa
Jurnal ini secara berkala menerbitkan isu istimewa tematik.[35] Isu-isu istimewa telah difokuskan pada subjek seperti David Bowie dan penuaan.[66] Menyusul kematian mendadak Michael Jackson pada tahun 2009, jurnal ini mendedikasikan delapan artikel kepada sang penyanyi dalam seksi "Forum Selebritas".[67] Isu istimewa tersebut menjelajahi kematian Jackson sebagai sebuah peristiwa media dan ritual perkabungan serta memorialisasi yang terkait dengan peristiwa-peristiwa serupa.[68] Sebuah isu istimewa tahun 2012 yang berfokus pada Olimpiade, memuat sebuah artikel yang menyelidiki penyelam Australia Matthew Mitcham sebagai seorang "ikon olahragawan gay".[69] Pada tahun 2022, sebuah isu istimewa jurnalnya dikhususkan kepada pemeran Kanada Keanu Reeves.[70][71] Sebuah call for papers meminta topik seperti "Keanu tragis", "Keanu sebagai meme", Keanu sebagai "selebritas enggan", dan hubungan Keanu dengan "identitas queer dan Asia Amerika".[70] Isu-isu istimewa lainnya meliput topik seperti seri televisi RuPaul's Drag Race,[72][73]pernikahan Pangeran William dan Catherine Middleton,[74] biografi selebritas,[75] dan kebintangan Asia.[76]
^Walsh, Peter William (9 Oktober 2015). "On academic celebrity". The Sociological Review (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Juli 2022. Diakses tanggal 27 Juni 2023.
^Weng, Yi-cheng (2022). "Grappling with celebrity status: Women, theatre, and the mechanisms of celebrity in late eighteenth-century Britain". Journal of Gender Studies (dalam bahasa Inggris). 31 (4): 527–543. doi:10.1080/09589236.2021.1937964.
^Feely, Kathleen A. (2016). "Spectacular manhood and girlhood: Celebrity studies and girlhood studies come of age". American Studies (dalam bahasa Inggris). 55 (2): 63–64. doi:10.1353/ams.2016.0076. JSTOR44982589. ProQuest1924618764.
^ abBoone, Joseph A.; Vickers, Nancy J. (Oktober 2011). "Introduction: Celebrity rites". Publications of the Modern Language Association of America (dalam bahasa Inggris). 126 (4): 900–911. doi:10.1632/pmla.2011.126.4.900. JSTOR41414166.
^Selberg, Scott (Desember 2017). "Rhinestone cowboy: Alzheimer's, celebrity, and the collusions of self". American Quarterly (dalam bahasa Inggris). 69 (4): 883–901. doi:10.1353/aq.2017.0071.
^Braudy, Leo (Oktober 2011). "Knowing the performer from the performance: Fame, celebrity, and literary studies". Publications of the Modern Language Association of America (dalam bahasa Inggris). 126 (4): 1070–1075. doi:10.1632/pmla.2011.126.4.1070. JSTOR41414176.
^Abrahams, Marc (10 Februari 2009). "The fame game". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Juni 2023. Diakses tanggal 27 Juni 2023.
^ abGarg, Divya (2022). Lam, Celia; Raphael, Jackie; Middlemost, Renee; Balanzategui, Jessica, ed. Fame and fandom: Functioning on and offline (dalam bahasa Inggris). University of Iowa Press. hlm. 14. doi:10.1353/book102903. ISBN978-1-60938-855-3. JSTORj.ctv2wr4x59.
^Pearson, Roberta (2014). "Remembering Frank Sinatra: Celebrity studies meets memory studies". Dalam Bronwen, Thomas; Round, Julia. Real lives, celebrity stories: Narratives of ordinary and extraordinary people across media (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury Academic. hlm. 189. doi:10.5040/9781501306853. ISBN978-1-5013-0685-3.
Grout, Holly (2019). "European celebrity in historical perspective". Contemporary European History (dalam bahasa Inggris). 28 (2): 273–282. doi:10.1017/S0960777318000565. ProQuest2216734789.
Feeley, Kathleen A. (Juni 2012). "Gossip as news: On modern US celebrity culture and journalism". History Compass (dalam bahasa Inggris). 10 (6): 467–482. doi:10.1111/j.1478-0542.2012.00854.x.
Morgan, Simon J. (November 2010). "Review of A short history of celebrity". Reviews in History (dalam bahasa Inggris): 994. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Januari 2023. Diakses tanggal 27 Juni 2023.
^"ALPSP Awards 2011: The winners" (dalam bahasa Inggris). Asosiasi Penerbit Perhimpunan Terpelajar dan Profesional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Desember 2011. Diakses tanggal 27 Juni 2023.
^Keane, Michael (Januari 2011). "Celebrity in China. Louise Edwards, Elaine Jeffreys". The China Journal (dalam bahasa Inggris). 65: 249–252. doi:10.1086/tcj.65.25790587. JSTOR25790587.
^York, Lorraine (24 Januari 2019). "Unseemly". The Smart Set (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Januari 2023. Diakses tanggal 28 Juni 2023.
^Ewen, Neil (16 Maret 2020). "Update: Conference cancelled". Celebrity Studies Journal Conference (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Maret 2023. Diakses tanggal 30 Juni 2023.
^Boateng, Sheena Lovia (2022). "Influencer marketing: A bibliometric analysis of 10 years of Scopus-indexed research". Dalam Boateng, Richard; Boateng, Sheena Lovia; Anning-Dorson, Thomas; Babatope, Olumide Longe. Digital innovations, business, and society in Africa (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 139–164. doi:10.1007/978-3-030-77987-0_7. ISBN978-3-030-77989-4.
^Truman, Emily (2022). "Influencing diet: Social media, micro-celebrity, food, and health". Dalam Elliott, Charlene; Greenberg, Josh. Communication and health: Media, marketing, and risk (dalam bahasa Inggris). Palgrave Macmillan. hlm. 149. doi:10.1007/978-981-16-4290-6_8. ISBN978-981-16-4289-0.
^ abRomano, Aja (16 Agustus 2019). "Keanu Reeves, explained". Vox (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2023. Diakses tanggal 30 Juni 2023.
^"ERA 2018 Journal List" (dalam bahasa Inggris). Majelis Penelitian Australia. 7 Juni 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-08. Diakses tanggal 30 Juni 2023.
^"Celebrity Studies". Resgiter Norwegia untuk Jurnal, Seri, dan Penerbit Ilmiah (dalam bahasa Inggris). Direktorat Pendidikan Tinggi dan Keterampilan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Juli 2022. Diakses tanggal 30 Juni 2023.