Cao Pi

Kaisar Wen dari Wei
魏文帝
Lukisan Dinasti Tang menggambarkan Cao Pi dan dua menteri disisinya
Kaisar Cao Wei
Berkuasa11 Desember 220[1] – 29 Juni 226
PenerusCao Rui
Raja Wei
(dibawah Dinasti Han)
Masa jabatan15 Maret 220 – 11 Desember 220
PendahuluCao Cao
Kanselir Kekaisaran (丞相)
(dibawah Dinasti Han)
Masa jabatan15 Maret 220 – 11 Desember 220
PendahuluCao Cao
Kelahirancaakhir 187[2]
Kabupaten Qiao, Komando Pei, Dinasti Han
Kematian29 Juni 226(226-06-29) (umur 38–39)[3]
Luoyang, Cao Wei
Pemakaman
Mausoleum Shouyang (首陽陵), Shouyang, Henan
Istri
Keturunan
Nama lengkap
Marga: Cao (曹)
Nama: Pi (丕)
Nama kehormatan: Zihuan (子桓)
Nama dan tanggal periode
Huangchu (黄初): 220–226
Nama anumerta
Kaisar Wen (文帝)
Nama kuil
Gaozu (高祖)
WangsaWangsa Cao
DinastiCao Wei
AyahCao Cao
IbuPermaisuri Wuxuan

Cáo Pī (曹丕, 187 - 226), yang secara formal dikenal sebagai Kaisar Wen dari (Cao) Wei (曹魏文帝), atau juga dikenal dengan nama Zihuan (子桓), lahir di Distrik Qiao, Wilayah Pei (sekarang dikenal dengan daerah Bozhou, Anhui). Dia adalah anak kedua dari politisi dan pengarang Tiongkok pada zaman Tiga Kerajaan yang terkenal, Cao Cao, dan juga pencetus pertama kekaisaran Tiongkok bersatu dan juga pendiri asli "Kerajaan Wei") (lihat Kisah Tiga Negara).

Pada tahun 220, Cao Pi memaksa Kaisar Xian, penguasa terakhir dari Dinasti Han, untuk menyerahkan takhta kepadanya, dan dia memproklamirkan diri sebagai kaisar serta mendirikan negara Cao Wei. Cao Pi melanjutkan perang melawan negara Shu Han dan Dong Wu, yang didirikan oleh rival ayahnya, Liu Bei dan Sun Quan, tetapi perang tersebut tidak memberikan keuntungan teritorial yang signifikan. Tidak seperti ayahnya, Cao Pi lebih berkonsentrasi pada administrasi internal daripada memerangi rival-rivalnya. Selama pemerintahannya, ia secara resmi menetapkan sistem sembilan tingkat Chen Qun sebagai dasar untuk memilih pegawai pemerintah, yang menghasilkan aparat yang berkompetensi. Di sisi lain, ia secara drastis mengurangi kekuasaan para pangeran, menghilangkan kemampuan mereka untuk melawannya, tetapi pada saat yang sama, hal ini mengakibat mereka tidak dapat membantu kaisar jika krisis muncul. Setelah kematian Cao Pi, penerusnya, Cao Rui menganugerahi nama anumerta "Penguasa Wen daro (Cao) Wei" dan nama kuil "Gaozu".

Seperti ayahnya Cao Cao dan adiknya Cao Zhi, Cao Pi juga merupakan seorang penyair yang cukup terkemuka. Ketiganya disebut sebagai "Tiga Cao" di sejarah sastra Tiongkok. Ia menulis Yan Ge Xing (燕歌行), puisi Tionghoa pertama yang memiliki 7 suku kata per bait (七言詩). Dia juga menulis lebih dari seratus artikel tentang berbagai topik.

Latar belakang keluarga dan awal karier

Cao Pi lahir tahun 187, sebagai anak tertua dari Cao Cao dan selirnya, Putri Bian, tetapi ia adalah anak kedua dari seluruh putra Cao Cao. Putra sulung Cao Cao merupakan Cao Ang. Pada saat kelahiran Cao Pi, Cao Cao adalah seorang perwira tingkat menengah yang bertugas sebagai penjaga kekaisaran di Luoyang. Setelah tahun 190, ketika Cao Cao terus berperang, tidak diketahui tempat Cao Pi dan ibunya berada, atau kegiatan yang mereka lakukan. Petunjuk tunggal untuk Cao Pi selama periode ini hanya tahun 204, ketika ia menikahi istri Yuan Xi, Zhen Ji. Setelah Cao Cao meninggal, dia naik tahta Dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Cao wei. Selama memerintah Cao Pi sering melakukan hal Yang Tabu Seperti Menyuruh Kaisar Xian untuk menyerahkan tahtanya Dan Membuat dinasti Han Runtuh

Raja Wei

Cao Cao meninggal pada musim semi 220 di Luoyang. Walaupun Cao Pi sudah ditunjuk oleh ayahnya sebagai putra mahkotanya untuk sekian tahun, terjadi kekacauan mengenai siapa yang akan menggantikan Cao Cao dan apa yang akan kemudian terjadi. Kekhawatiran ini semakin meningkat ketika setelah mendengarkan kematian Cao Cao, Korps Qingzhou pimpinan Zang Ba tiba-tiba mundur, meninggalkan Luoyang dan pulang rumah. Ini kemudian diperparah dengan Cao Zhang (adik kandungnya dari Permaisuri Bian) yang tiba-tiba bergegas kembali ke Luoyang dari Chang'an, menyebabkan rumor bahwa ia akan melancarkan kudeta melawan kakak tuanya. Setelah mendengarkan berita bahwa Cao Cao meninggal, Cao Pi dengan cepat mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Wei dan menerbitkan titah atas nama ibunya, Ratu Permaisuri Bian sebelum mendapatkan izin resmi dari Kaisar Xian dari Han, dimana ia secara nominal masih tunduk kepadanya.

Mendengarkan deklarasi itu, Cao Zhang dan saudara lainnya tidak bertindak apapun yang melawan Cao Pi. Cao Pi kemudian meminta seluruh saudaranya, termasuk Cao Zhang dan Cao Zhi, untuk kembali ke wilayah kekuasaan mereka masing-masing. Dengan bantuan Jiang Ji, situasi politik terstabilisasi.

Di Kisah Tiga Kerajaan

Di Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, konflik warisan keluarga Cao Cao berlangsung singkat dengan Cao Pi muncul sebagai Raja Wei setelah Cao Cao meninggal. Namun di kisah ini, kejadian-kejadian yang terjadi antara Cao Pi dengan saudaranya Cao Zhang dan Cao Zhi didramatisasi.

Cao Zhang

Tidak lama setelah Cao Cao meninggal, Cao Pi mendengar berita bahwa Cao Zhang membawa sebanyak 100,000 tentara dari Chang'an menuju ke Luoyang. Cao Pi merasa ketakutan dan merasa bahwa Cao Zhang ingin merebut kekuasaan darinya dengan kekuatan tentara yang ia miliki. Penasihat Cao Pi, Jia Kui kemudian bersukarela pergi menuju ke kamp tentara Cao Zhang untuk membujuknya untuk berhenti. Jia Kui menyambut Cao Zhang didepan kota dan menanyakannya apakah ia datang sebagai orang yang berkabung atau ingin mengambil kekuasaan. Cao Zhang menjawab bahwa ia datang untuk berkabung tanpa motif tersembunyi. "Jika itu jawabanmu, lalu kenapa bawa tentara?" Jia Kui bertanya lagi. Cao Zhang kemudian memerintah pasukannya untuk tunggu diluar kota dan ia masuk seorang diri. Saat kedua saudara itu saling bertatap muka, keduanya berpelukan dan merasa terharu. Cao Zhang memberikan kekuasaan militernya kepada Cao Pi dan kembali ke wilayah kekuasaannya. Pemerintahan Cao Pi aman dalam segi militer setelah itu.

Cao Zhi

Cao Pi memimpin prosesi upacara kematian ayahnya dan Cao Zhi tidak hadir di acara tersebut. Pengawal yang diutus Cao Pi menemukan Cao Zhi yang mabuk di kediamannya. Cao Pi lantas memerintahnya untuk ditangkap dan awalnya ingin menghukumnya mati. Namun, Permaisuri Bian meminta Cao Pi untuk meringankan hukumannya. Kanselir Hua Xin membujuk Cao Pi untuk mengampuni Cao Zhi dengan menguji bakatnya sebagai seorang cedekiawan. Jika Cao Zhi gagal di ujian ini, maka Cao Pi diperbolehkan mengeksekusi Cao Zhi.

Setelah Cao Zhi memohon Cao Pi untuk mengampuni kesalahannya, Cao Pi memandang lukisan dua banteng yang sedang bertarung, salah satunya terlihat akan jatuh ke suatu sumur. Cao Pi lantas meminta Cao Zhi untuk membuatkan sebuah puisi setelah tujuh langkah, tetapi puisi itu tidak boleh ada referensi dari lukisan tersebut. Cao Zhi membuat puisi tersebut namun Cao Pi belum tertampak puas. Ia kemudian memintanya untuk membuat satu syair lagi dengan tema "persaudaraan" tetapi ia tidak boleh menggunakan kata "saudara". Ini kemudian menjadi Ayat Tujuh Langkah, puisi terkenal karya Cao Zhi. Cao Pi yang mendengarkan puisi tersebut terisak air mata dan meringankan hukumannya dari hukuman mati menjadi turun pangkat.


  1. ^ de Crespigny (2007), hlm. 555.
  2. ^ Cao Pi's biography in Sanguozhi mentioned that he was born in the winter (10th to 12th month) of the 4th year of the Zhongping era (184–189) in the reign of Emperor Ling of Han. (中平四年冬,生于譙。) Sanguozhi, vol. 02. The period corresponds to 19 Nov 187 to 14 Feb 188 in the Julian calendar.
  3. ^ Cao Pi's biography in Sanguozhi mentioned that he died on the dingsi day of the 5th lunar month in the 7th year of the Huangchu era (220–226) in his reign. He was 40 years old (by East Asian age reckoning) at the time of his death. ([黃初七年五月]丁巳,帝崩于嘉福殿,時年四十。) Sanguozhi vol. 02