Calouste Sarkis Gulbenkian (23 Maret 1869 – 20 Juli1955) merupakan pengusaha Armenia berkewarganegaraan Inggris yang terkenal karena kiprahnya di industri perminyakan. Ia merupakan orang pertama yang mengekploitasi sumur-sumur minyak di Irak serta menjadi salah satu sosok pendiri Turkish Petroleum Company (kemudian menjadi Iraq Petroleum Company), Royal Dutch-Shell, dan Total S.A. Ia dijuluki sebagai Mr. 5% karena kebiasaanya mempertahankan bagian sahamnya sebanyak 5% dari tiap kesepakatan yang melibatkan dirinya di bidang industri minyak. Keberhasilannya di industri ini membuat dirinya menjadi salah satu orang terkaya di dunia pada saat itu. Selain di bidang perminyakan, ia juga dikenal sebagai kolektor berbagai karya seni.[1][2][3]
Gulbenkian dikenal sebagai pribadi yang oportunis, misterius, serta pelobi yang ulung. Ia kerap berpindah-pindah selama hidupnya untuk menghindari beban pajak maupun perang.[1][4][5] Karena berkonflik dengan putranya ia kemudian memutuskan untuk mewariskan sebagian besar kekayaanya untuk mendanai yayasannya (Calouste Gulbenkian Foundation) yang berfokus pada pelestarian karya-karya seni. Ia meninggal di sebuah hotel mewah di Lisbon, Portugal pada usia 86 tahun.[1][2]
Masa kecil hingga remaja
Gulbenkian lahir sebagai sulung dari tiga bersaudara di keluarga yang tergolong mampu. Ayahnya merupakan seorang yang berkecimpung di bisnis ekspor dan impor minyak dan tekstil Kesultanan Utsmaniyah serta memiliki beberapa ladang minyak di Azerbaijan. Keluarganya juga masuk dalam komunitas elit pengusaha Armenia di Istanbul.[6] Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah terkhusus untuk etnis Armenia di Istanbul dan melanjutkannya di sekolah berbahasa Prancis Lycée Saint-Joseph dan berbahasa Inggris Robert College, sekolah-sekolah yang tergolong elit di Turki bahkan hingga saat ini. Ia tidak menamatkan sekolah menengah atasnya di Robert College dan dikirim ayahnya untuk melanjutkan pendidikannya di Marseille, Prancis.[6][7] Setelah lulus ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke King's College London awalnya dengan mengambil rekayasa mesin dan geologi sebagai pilihannya. Namun, ayahnya tidak menyetujui pilihan tersebut dan menyuruhnya untuk tidak mengambil rekayasa mesin. Ia lulus pada tahun 1887 dan mengklaim lulus dengan predikat terbaik (first class degree) di usia 18 tahun, yang mana nantinya diketahui bahwa predikat ini belum ada dalam sistem pendidikan Inggris pada tahun tersebut.[2][6][7]
Karier
Tak lama setelah menyelesaikan studinya, ia pergi ke Baku (saat ini Azerbaijan) pada September 1888 untuk belajar lebih lanjut mengenai industri perminyakan di sana yang saat itu dikuasai keluarga Nobel dari Swedia.[6] Ia menuliskan perjalanannya ke wilayah Kaukasus dan Mesopotamia dalam sebuah jurnal yang kemudian terbit di beberapa majalah dan dibukukan. Pada 1895 ia dengan jejaring beserta pengalaman survei yang ia miliki, Gulbenkian mulai mengoperasikan perusahan minyaknya.[4]
Pada tahun 1896 Gulbenkian berpindah ke Inggris, di sini ia mulai mengembangkan lebih jauh perusahaannya serta terlibat sebagai spekulan di pasar saham Inggris. Pada 1907 Ia terlibat dalam penggabungan (merger) Royal Dutch Petroleum Company perusahaan minyak pemerintah Belanda dengen "Shell" perusahaan transportasi dan bisnis Inggris.[3][4][6] Ia merupakan salah satu pemegang saham mayoritas dalam perusahaan ini. Ia kemudian berhubungan kembali dengan pemerintah Kesultanan Utsmaniyah pada 1912 untuk membentuk Turkish Petroleum Company untuk mengeksploitasi minyak di wilayah Mesopotamia.[4][6]
Kehidupan pribadi
Gulbenkian menikahi Nevarte Essayan di London pada 1892, saat itu Gulbenkian berusia 23 tahun dan Nevarte berusia 16 tahun.[6] Mereka kemudian memiliki dua orang anak: seorang putra, Nubar Sarkis (1896-1972) dan seorang putri, Rita Sivarte (1900-1977). Gulbenkian dan keluarganya melarikan diri ke London pada 1896 karena peristiwa Pembantaian Hamid yang menyasar etnis Armenia di Kesultanan Utsmaniyah. Ia mendapatkan kewarganegaraan Inggris pada 1902 tetapi ia juga diketahui memiliki banyak paspor untuk menunjang kegiatan bisnisnya.[3][6][7] Gulbenkian sebenarnya berencana menetap di Amerika Serikat pasca meletusnya Perang Dunia-II, tetapi saat singgah di Lisbon, Portugal ia merasa nyaman untuk tinggal dan kemudian menghabiskan sisa hidupnya di kamar mewah Hotel Aviz di sana.[4][6]
Referensi
Pranala luar
- Video
- Buku
- Situs resmi