CAAC Penerbangan 296Pesawat udara Hawker Siddeley Trident yang serupa dengan milik CAAC. |
|
Tanggal | 5 Mei 1983 |
---|
Ringkasan | Mendarat di Korea Selatan. Tidak ada kerusakan signifikan pada pesawat. Pembajak ditangkap. Awak dan penumpang dipulangkan dengan selamat ke Tiongkok. |
---|
Penumpang | 105 |
---|
Awak | 9 |
---|
Cedera | 2 |
---|
Tewas | 0 |
---|
Hilang | 0 |
---|
Selamat | 114 |
---|
Jenis pesawat | Hawker Siddeley Trident 2E |
---|
Operator | CAAC Airlines |
---|
Asal | Bandara Shenyang |
---|
Perhentian | Camp Page, Chuncheon, Korea Selatan |
---|
Tujuan | Shanghai |
---|
Pembajakan pesawat Hawker Siddeley Trident 2E pada CAAC Penerbangan 296 terjadi pada 5 Mei 1983. Penerbangan 296 dari maskapai Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC), sebuah penerbangan penumpang domestik terjadwal dari Bandara Shenyang Dongta ke Bandara Internasional Hongqiao Shanghai, dibajak oleh enam warga negara Tiongkok dan dipaksa mendarat di Camp Page, sebuah pangkalan militer AS di Chuncheon, Korea Selatan.[1]
Pada saat kejadian, Tiongkok dan Korea Selatan tidak memiliki hubungan diplomatik.[2] Akibat kejadian ini, Cina dan Korea Selatan melakukan kontak resmi pertama yang bukan merupakan perlawanan, bahkan sebelum terbentuknya hubungan diplomatik kedua belah pihak. Kontak ini menjadi titik balik dalam hubungan Cina dan Korea Selatan. Dalam rangkaian kejadian selanjutnya, perlawanan (saling memusuhi) antara Cina dan Korea Selatan dalam proses penanganan maupun pelaporan mulai memudar, dan unsur niat baik meningkat pesat, menjadi dasar pembentukan formal hubungan diplomatik antara kedua negara di masa depan.[2]
Runtunan kejadian
Pukul 10.47 pada tanggal 5 Mei 1983, CAAC Penerbangan 296 lepas landas dari Bandara Shenyang Dongta menuju Bandara Hongqiao Shanghai. Sekitar pukul 11.32, saat pesawat terbang di atas Dalian, enam orang bersenjata yang dipimpin oleh Zhuo Changren membajak penerbangan ini dan memerintahkan pilot untuk mengubah rute ke Korea Selatan.[1][3][4] Saat sang pilot menolak, para pembajak menembaknya dengan pistol di bagian kaki dan juga melukai sang operator untuk memaksa mereka untuk melaksanakan perintah tersebut.[5] Terdapat 105 penumpang dan 9 awak berada di dalam pesawat.[6]
Pukul 14.10, pesawat yang dibajak mendarat di pangkalan militer Camp Page dekat Chuncheon, Korea Selatan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok segera mengeluarkan komunikasi yang meminta pemerintah Korea Selatan untuk memulangkan pesawat beserta semua awak dan penumpangnya ke Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok sesuai dengan ketentuan yang relevan dari Konvensi Penerbangan Sipil Internasional Chicago, dan menyerahkan para pembajak ke pihak Tiongkok.[1] Zhuo Changren dan pembajak lainnya mengajukan permohonan pada pemerintah Korea untuk memperbolehkan mereka membelot ke Taiwan.[6]
Pada hari yang sama, Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Longberg memberi tahu wartawan mengenai pembajakan ini: dua awak pesawat yang terluka dirawat di rumah sakit US Army 121, sedangkan 99 penumpang dan awak pesawat (5 pria dan 1 wanita) lainnya dipulangkan.[1] Enam pembajak telah ditahan oleh pihak berwenang Korea.[3] Dia mengatakan bahwa kerja sama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan akan diselenggarakan sesuai dengan Konvensi Den Haag.
Pada hari itu juga, ketua Liga Anti-Komunis Dunia Taiwan Gu Zhenggang memanggil Korea Selatan, mengklaim bahwa insiden pembajakan tersebut murni insiden politik dan tidak boleh ditangani sesuai dengan Konvensi Den Haag, dan meminta Korea Selatan untuk mengirim para pembajak ke Taiwan. Pemerintah Tiongkok juga segera membentuk kelompok tindakan khusus yang siap pergi ke Korea Selatan untuk membantu negosiasi. Xue Yu, duta besar Republik Tiongkok untuk Korea Selatan, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pembajakan tersebut adalah "kebebasan rakyat anti-komunis."
Pada 6 Mei, seorang juru bicara pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Selatan akan menangani pembajakan ini sesuai dengan semangat perjanjian internasional untuk mencegah pembajakan dan kegiatan terorisme udara, dan sedang mempertimbangkan proposal untuk negosiasi langsung antara Cina dan Korea Selatan. Direktur Otoritas Penerbangan Sipil Korea Selatan Jin Cherong mengatakan bahwa Shen Tu, direktur Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok, telah setuju untuk datang ke Seoul untuk menangani masalah terkait.[1]
Meski Korea Selatan dan Republik Rakyat Tiongkok pada saat itu belum menjalin hubungan diplomatik, pemerintah Korea Selatan secara laik menyiapkan akomodasi bagi para awak dan penumpang pesawat di Hotel Sheraton dekat Seoul.[7] Pihak hotel menyambut para tamu Tiongkok dan juga menyajikan hidangan Tionghoa, Korea, dan Jepang kelas atas. Kementerian Transportasi dan Angkatan Udara Korea mengirim teknisi senior untuk memeriksa dan memperbaiki pesawat.
Pada 7 Mei, kelompok kerja dan awak anggota penerbangan sipil Tiongkok yang dipimpin oleh Shen Tu disambut oleh Korea dengan karpet merah di Bandara Gimpo di Seoul. Pemerintah Korea juga menyiapkan akomodasi bagi delegasi Tiongkok di Shilla Hotel. Pada pukul 16:10, kedua belah pihak mengadakan pertemuan pertama di Shilla Hotel.[1] Setelah berdiskusi, Shen Tu dan rombongannya pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi awak yang terluka dan ke hotel untuk mengunjungi awak dan penumpang lainnya.[1] Pada hari yang sama, pihak Korea mempersiapkan para tamu dari Tiongkok tersebut untuk berwisata di Seoul, termasuk naik ke Menara Namsan, mengunjungi pabrik dan pusat perbelanjaan Samsung Electronics, dan mendapatkan sambutan hangat dari Republik Korea.[1]
Tuntutan hukum
Pada 20 Mei 1983, kejaksaan setempat di Seoul, Korea Selatan, secara resmi menangkap enam pembajak dan menuntut mereka pada 1 Juni karena melanggar Undang-Undang Keselamatan Navigasi Pesawat. Menurut Konvensi Den Haag, Konvensi Montreal, dan Undang-Undang Keselamatan Navigasi Pesawat Korea, barang siapa yang membajak pesawat dengan kekerasan atau ancaman dapat dihukum penjara selama tujuh tahun atau lebih, dan barang siapa yang membunuh atau mencederai selama pembajakan tersebut dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup. Namun, di bawah permintaan pemerintah Republik Tiongkok, pengadilan kriminal setempat di Seoul menghukum Zhu Changren, pelaku utama, hanya enam tahun penjara per 18 Agustus, sedangkan para pembajak lainnya hanya dihukum empat hingga lima tahun penjara. Pihak Cina menyatakan ketidakpuasan atas hal ini.[1]
Referensi