Béatrice dari Provence (skt. 1231 – 23 September 1267) merupakan Comtesse Provence dan Forcalquier. Ia adalah seorang permaisuri Sisilia melalui pernikahannya dengan Raja Carlo I dari Napoli.
Pada tahun 1248, Béatrice menemani suaminya di dalam Perang Salib Ketujuh, dan melahirkan anak pertamanya di Nikosia. Pada tahun 1266, Charles dinobatkan sebagai raja dan menjadikannya sebagai Ratu Sisilia.
Keluarga
Ramón Berenguer IV dan Forcalquier, memiliki empat orang putri dan tidak memiliki keturunan laki-laki. Putri sulungnya, Marguerite, adalah Ratu Prancis sebagai istri Louis IX; putri keduanya, Eleanor, adalah Ratu Inggris sebagai istri Henry III, dan putri ketiganya, Sancie, bergelar Ratu Jerman sebagai istri saudara Henry, Richard dari Cornwall. Pernikahan Raja Louis IX dengan Marguerite direncanakan oleh ibundanya, Blanca dari Kastilia, dengan harapan bahwa ia akan menjadi ahli waris Provence dan Forcalquier setelah Ramón Berenguer meninggal. Namun ia meninggalkan seluruhnya kepada Béatrice dan melantiknya menjadi Comtesse Provence dengan haknya sendiri. Friedrich II, mengirim angkatan laut kekaisaran ke Provence untuk memastikan Béatrice menikah dengan salah satu keturunannya dan Chaime I dari Aragon, dengan harapan dapat mempersatukan Provence dan Toulouse, merencanakan untuk menikahi Béatrice, tetapi ketika ayahandanya meninggal istana Prancis ikut campur, dengan melibatkan Paus Innosensius IV yang menolak pernikahan tersebut.
Pernikahan
Ketika Ramón Berenguer meninggal pada tanggal 19 Agustus 1245, ia meninggalkan Provence kepada putri bungsunya, dan jandanya dijamin usufruct provinsi Provence selama hidupnya. Béatrice kemudian menjadi salah satu ahli waris yang menarik di abad pertengahan Eropa. Kaisar Romawi Suci, Friedrich II, mengirim sebuah armada dan Chaime I dari Aragon mengirim pasukan untuk menculiknya, sehingga ibundanya menempatkan dirinya dan Béatrice di sebuah benteng yang aman di Aix, mengamankan kepercayaan rakyatnya kemudian dikirim ke Paus untuk perlindungannya. Paus juga menjadi sasaran militer Friedrich di Prancis. Di Cluny pada bulan Desember 1245, sebuah diskusi rahasia dilakukan di antara Paus Innosensius IV, Louis IX dari Prancis, ibundanya Blanca dari Kastilia, dan saudaranya Charles dari Anjou. Diputuskan bahwa sebagai balasan dari dukungan militer Louis IX kepada Paus, Paus akan mengijinkan Charles dari Anjou, adik bungsu Raja Prancis, menikahi Béatrice dari Provence. Baik ibu dan putrinya menyetujui kesepakatan itu. Namun Provence tidak akan pernah diserahkan ke Prancis melalui Charles. Disepakati jika Charles dan Béatrice memiliki keturunan, maka provinsi tersebut akan diserahkan kepada mereka; jika tidak ada keturunan maka provinsi tersebut akan diserahkan kepada Sancie dari Provence. Jika Sancie meninggal tanpa keturunan, maka Provence akan diserahkan kepada Raja Aragon.
Henry memprotes pelantikan tersebut dengan dalih bahwa ia belum menerima mahar penuh maupun saudaranya untuk Sancie. Ia juga masih memiliki beberapa kastil di Provence terhadap pinjaman yang dibuat oleh mantan Comte.
Charles bersama dengan Filippo dari Savoia dan lima ratus orang ksatria yang berkuda dari Lyon ke Provence. Di dalam perjalanan mereka bertemu dengan Raymond VII, Comte Toulouse, yang juga memiliki sejumlah pasukan di dalam perjalanan ke Provence. Namun Raymond dari Toulouse telah ditipu oleh para ksatria demi Charles dan untuk alasan tersebut ia membawa lebih sedikit pasukan, sedangkan Charles dan pasukannya lebih cepat. Ketika Charles sampai ke Aix-en-Provence, Chaime I dari Aragon, yang berada disana selama itu namun tidak diijinkan bertemu dengan Béatrice, memerintahkan prajuritnya mengepung kastil di mana Béatrice dan ibundanya berada. Terjadi persaingan singkat, tetapi Raja Aragon mengundurkan diri dengan hormat. Béatrice muda, Charles, yang digambarkan sebagai "seorang pemuda yang mengagumkan", merupakan resolusi dari masalah-masalahnya. Pernikahan tersebut dilangsungkan pada tanggal 31 Januari 1246, di Aix-en-Provence. Mereka memiliki para prajurit yang berjaga-jaga dan sang mempelai wanita dikawal menuju altar oleh pamandanya, Thomas II.
Segera setelah Charles menjadi Comte Provence, ia membawa tim pengacara dan akuntan Prancis pribadi. Ia mengeluarkan ib mertuanya Beatrice dari Savoia dari bertugas di provinsi dan mulai mengambil kastil-kastil, kekuasaan dan biaya dari para bangsawan yang sebelumnya menikmati kemerdekaan tingkat tertentu di dalam menjalankan kota-kota mereka. Charles membuat dirinya sendiri tidak populer. Beatrice dari Savoia yang protes pindah ke Forcalquier, dan di Marseille, pejabat-pejabat Charles dibuang keluar kota. Di dalam konflik keluarga, Beatrice muda memihak suaminya.
Pada bulan Mei 1247, Charles dan Béatrice dicatat berada di Melun, di mana Charles digelari ksatria oleh saudaranya Louis. Béatrice menemani Charles di Perang Salib Ketujuh pada tahun 1248. Yang dipimpin oleh Louis IX, para tentara perang salib membuat prosesi panjang melalui Prancis. Sebelum mereka pergi, Charles dan Béatrice bertemu dengan ibundanya di Beaucaire yang mencoba untuk memenuhi beberapa ketentuan perjanjian mengenai Provence. Sementara hal-hal yang lebih penting yang tersisa sampai Charles dan Béatrice kambali, diputuskan bahwa Beatrice dari Savoia akan menyerahkan hak-hak "kastil di Aix sebagai pertukaran untuk persentase dari pendapatan negara."
Di Nikosia Béatrice melahirkan anak pertamanya, "putra yang sangat elegan dan terbentuk dengan baik", dan saudara iparnya, Robert dari Artois menulis ke ibundanya Ratu. Béatrice tinggal dengan saudarinya Marguerite di Damietta, ketika mereka kehilangan kontak dengan Raja dan pengawalnya, disini Béatrice melahirkan anak keduanya; saudarinya Marguerite juga melahirkan ketika berada di Damietta. Kemudian pada tahun 1250, mereka bersatu kembali dengan sisa tentara perang salib di Acre, di mana uang tebusan Raja dibayar. Charles dan Béatrice, bersama dengan para bangsawan lainnya, segera pergi dan berangkat ke istana Kaisar Friedrich II, untuk memintanya mengirimkan Raja Prancis lebih banyak orang untuk perang salibnya, tetapi Friedrich yang telah diekskomunikasikan, memerlukan tentaranya memerangi Paus dan menolak. Charles dan Béatrice kemudian dipaksa pergi ke Lyon untuk bertemu dengan Paus.
Pada saat mereka kembali ke Provence pada tahun 1250, sebuah pemberontakan terbuka pecah, yang didorong oleh ibunda Béatrice, yang merasa Charles telah gagal untuk memenuhi tuntutan-tuntutannya di Provence. Pada bulan Juli 1252 Charles berhasil mengalahkan pemberontakan itu dan sedang di dalam proses menjalankan tugasnya sebagai Comte Provence. Namun pada bulan November pada tahun yang sama, Blanca dari Kastilia, pemangku takhta Prancis ketika putranya Louis IX sedang perang salib meninggal. Charles dan Béatrice harus pergi ke Paris, di mana Charles menjadi rekan pemimpin Prancis dengan saudaranya, Alphonse. Paus menawarkan Charles Kerajaan Sisilia pada tahun 1252, tetapi Charles terpaksa menolaknya karena ia disibukkan dengan urusan-urusan lainnya dan ia juga tidak memiliki dana yang cukup.
Tentara perang salib kembali pada tahun 1254. Charles dan Béatrice merayakan hari Natal di Paris pada tahun itu, di mana seluruh saudari Béatrice dan ibunda mereka hadir; tercatat bahwa empat orang wanita lainnya memperlakukan Béatrice dengan dingin, karena wasiat Ramón Berenguer.
Ratu Sisilia
Saudari Béatrice, Marguerite, Ratu Prancis yang baru, terang-terangan menghinanya pada tahun 1259, dengan tidak mengikutsertakannya di meja keluarga; ia beralasan karena Béatrice bukan seorang ratu seperti saudari-saudarinya, sehingga ia tidak dapat duduk dengan mereka. Marguerite berharap dapat memprovokasi adiknya dengan perilaku berbahaya sehingga ia memiliki alasan yang tepat untuk menyerang Provence. Béatrice "dengan kesedihan besar", pergi ke Charles dan ia dilaporkan memberitahukannya: "Bersabarlah, karena tak lama lagi aku akan menjadikanmu ratu yang lebih besar daripada mereka".
Ketika Paus Klemens IV yang baru menjamin Charles Kerajaan Sisilia, ia harus mengalahkan Raja Manfredi, yang telah jatuh pamor di kepausan. Pesaing lain untuk memenangkan takhta Sisilia adalah keponakan Béatrice, Edmund Crouchback, tetapi segera menjadi jelas bahwa Charles adalah calon yang lebih tepat. Untuk mencapai tujuannya, Charles memerlukan pasukan dan Béatrice membantunya. Ia memanggil semua ksatrianya dan para pemuda Prancis, dan menurut sejarahwan kemudian Angelo di Costanzo ia menggadaikan seluruh perhiasannya untuk memastikan mereka bergabung dengan tentara suaminya.
Charles pertama-tama pergi ke Roma, dan Béatrice mengikuti dengan tentara yang tersisa melalui Alpin yang berbahaya selama musim gugur. Diperlukan hampir enam minggu untuk mereka mencapai Roma, tetapi ketika baik Charles dan Béatrice di Roma, mereka dimahkotai Raja dan Ratu Sisilia pada tanggal 6 Januari 1266 oleh lima orang kardinal yang dikirim oleh Paus (yang berlindung di Perugia). Begitu perayaan penobatan berakhir, Béatrice tinggal di Roma dengan pasukan kecil untuk memegang kota, sementara Charles berkuda untuk perang Benevento. Setelah kemenangan suaminya, ia memilih Kastil Melfi sebagai tempat tinggal mereka.
Keturunan
Charles dan Béatrice memiliki keturunan sebagai berikut:
Louis (1248–1248 Nikosia).
Blanche (1250 – Juli 1269), menikah tahun 1265 Robert III dari Flandria (1249–1322), dengan siapa ia memiliki seorang putra, Charles, yang mati muda.
Philippe (1256 – 1 Januari 1277), bergelar Raja Tesalonika dari tahun 1274 dan Pangeran Achaïea, menikah tahun 1271 Isabella dari Villehardouin (1263–1312), Putri Achaïea dan Morea
Béatrice meninggal di Nocera Inferiore pada tahun 1267, setahun lebih setelah menjadi ratu. Sebab kematiannya tidak tercatat. Ia awalnya dimakamkan di Nocera, tetapi Charles kemudian memindahkan jenazahnya ke Aix-en-Provence di mana ia dimakamkan dengan ayahandanya.
Seperti saudari-saudarinya, Béatrice dan neneknya terkenal akan kecantikannya. Layaknya saudarinya, Sancie, ia akhirnya menjadi seorang ratu sebelum kematiannya: Sancie menjadi 'Ratu Romawi' setelah Earl of Cornwall dilantik sebagai Raja; Béatrice menjadi Permaisuri Sisilia, setelah wilayah tersebut diserahkan kepada Charles oleh Paus.