Prabu Bunisora atau bergelar lengkap Sanghyang Bunisora Suradipati adalah seorang raja dari Kerajaan Sunda Galuh bersatu yang memerintah antara tahun 1357 hingga 1371 dimana pemerintahannya berpusat di Kawali. Ia mewarisi takhta dari kakaknya, prabu maharaja Linggabuana yang gugur di palagan Bubat di tahun 1357, dimana ia diangkat sebagai raja dikarenakan keponakannya Niskala Wastu Kancana sebagai putra mahkota baru berusia 9 tahun.[1]
Nama dan Silsilah
Nama lengkapnya adalah Sanghyang Bunisora Suradipati Prabu Kuda Lalean, putra dari Prabu Ragamulya Luhur Prabawa putra Prabu Ajiguna Linggawisesa.[2] Sementara ibunya bernama Dewi Uma Lestari atau Ratu Santika. Bunisora mempunyai beberapa putra dan putri, yaitu:
- Giridewata/Ki Gedeng Kasmaya Cirebon
- Bratalegawa/Haji Purwa Galuh
- Nyai Ratna Mayangsari
- Ratu Banawati
Masa Pemerintahan
Bunisora merupakan raja yang terkenal ketaatannya terhadap agama, sehingga Bunisora dikenal pula sebagai seorang rajaresi (raja yang mendapatkan wahyu). Penulis Carita Parahyangan memberikan gelar Satmata kepada Bunisora, yaitu gelar keagamaan tingkat kelima dari tujuh tingkat keagamaan yang dianut oleh penguasa Sunda waktu itu.
Menurut naskah Kropak 630, tingkat batin manusia dalam keagamaan (Sunda) adalah:
- acara,
- adigama,
- gurugama,
- tuhagama,
- satmata,
- suraloka, dan
- nirawerah.
Satmata adalah tingkatan ke 5 yang merupakan tahap tertinggi bagi seseorang yang masih ingin mencampuri urusan duniawi.
Akhir kekuasaan dan Suksesi
Prabu Bunisora turun takhta dan menyerahkan kekuasaannya kepada Niskala Wastu Kancana, keponakan sekaligus menantunya yang sudah dewasa di tahun 1371. Tidak lama kemudian Bunisora Suradipati wafat dan bergelar anumerta Nu Surup Ka Geger Omas, karena ia dimakamkan di Geger Omas yang sekarang terletak di Desa Ciomas, Kab. Ciamis.[3]
Rujukan
Daftar Pustaka
- Naskah Wangsakerta
- Sejarah Kerajaan di Tatar Sunda