8°27′00″S 115°35′33″E / 8.449874°S 115.592509°E / -8.449874; 115.592509
Desa Bungaya Kangin merupakan salah satu dari dari Desa yang terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia.[4] Luas desa Bungaya Kangin kurang lebih seluas 400 ha terdiri dari tanah sawah, ladang, pemukiman dan sisanya diperuntukan sebagai tegalan. Desa Bungaya Kangin berada pada ketinggian 150–200 m dari permukaan laut dengan kemiringan 3-15 mengarah ke Selatan.
Iklim dan Cuaca
Desa Bungaya Kangin beriklim sub tropis,dengan curah hujan pertahun rata-rata 1.800mm-2.700mm yaitu musim hujan pada bulan Oktober-April sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April-Oktober sedangkan suhu udara mencapai 23 derajat celcius -29 derajat Celcius. Curah hujan di Desa Bungaya Kangin relatip sedang untuk dapat dicermati secara seksama bagi petani untuk bercocok tanam dan menjaga kondisi alam dengan memperhatikan lingkungan.
Sejarah
Desa Bungaya Kangin adalah salah satu desa hasil pemekaran dari Desa Bungaya di mana sekarang Desa Bungaya terbagi menjadi 2 (dua) desa Dinas yaitu Desa Bungaya dan Desa Bungaya Kangin. Desa Bungaya Kangin didukung oleh 4 Banjar dinas dan 5 banjar Adat. Namun demikian, Desa Bungaya dan Desa Bungaya kangin masih menjadi 1 Desa Adat di mana segala kegiatan agama dan adat istiadat masih menjadi tanggung jawab bersama.
Sejarah Desa Bungaya Kangin hampir sama dengan Desa Bungaya. Pada dasarnya Desa Bungaya adalah desa tua menurut Babad Dalem. Dalam babad tersebut, pada abad ke-16, Desa Bungaya diceritakan pernah menjadi tempat pemerintahan Dalem Gelgel (Dalem Waturenggong). Pada masa Pemberontakan Maruti, I Gusti Batan Jeruk yang mendapat tugas di wilayah Bungaya gugur di penataran Bungaya. Dengan gugurnya I Gusti Batan Jeruk, posisinya digantikan oleh I Gusti Ketut Alit Ngurah Bungaya keturunan Pangeran Asak dari semeton Arya Kepakisan sebagai pemacek Desa Bungaya pada abad ke 18 dengan bukti pemberian 40 buah Keris yang dibagikan (Krama Desa Pengarep tegak petang Dasa) dalam rangka melaksanakan tugas upacara keagamaan. De Kebayan Wayan sebagai tabeng wijang Desa Bungaya bertugas membagikan keris tersebut. Selain itu juga diberikan berupa sawah sebanyak 108 saih tanpa pipil yang diberi nama Uma Desa di mana hasilnya dipergunakan untuk menunjang kegiatan upacara keagamaan dan sebagai imbalan tanda jasa kepada Krama Desa dalam melaksanakan tugas. Dalam pemberian sawah dan sarana umum lainnya diatur oleh pihak Puri Karangasem. Pada saat itu, pihak puri karangasem sedang membangun Puri Agung Karangasem dan membangun Parhyangan(Pura Kahyangan) di Pura Bukit Kangin sehingga Desa Bungaya diperintahkan membantu ngaturang ayah nangun Paryangan(gotong royong membangun) Pura Bukit Kangin dan Puri di Karangasem.
Dengan bukti ngajang citakan bata (menaruh cetakan batu bata) dari Bungaya ke Puri Karangasem. Sebagai bukti kesetiaan warga desa, Pihak Puri memberikan sebidang tanah berupa Kuburan untuk di pergunakan masing masing Banjar Adat, atas perintah Raja Puri Karangasem yang bernama Anak Agung Angelurah Agung Ketut Agung Karangasem pada abad ke 19. Tak terlepas pula pemberian tanah pekarangan dan kuburan bagi saudara muslim kecicang Islam dan kedokan karena turut mengangkut bata merah dari Bungaya Ke Puri yang dipanggil pada saat itu dari Kecicang adalah perwakilan Balok 11 (solas) yaitu Sri Anom Guru Ramli (Guru Makniah ) dan Guru Haji Drahim. Pemberian pihak puri Karangasem kepada Desa Bungaya yang utama adalah berupa Purana Tatwa Bungaya (yang isinya tentang tatwa,bisama dan upacara). Jadi sampai saat ini hubungan puri karangasem dengan Desa Adat Bungaya sangat erat dan kental terwujud di mana setiap usaba Dasa atau usaba dangsil peranan pemucuk puri Karangasem dam pemucuk puri Kelungkung naik ke atas dangsil Dalem.
Ditinjau dari etimologi desa Bungaya berasal dari dua kata ; Bunga: Bunga atau Ratna Aya: Besar. Jadi Bungaya berarti sebuah Bunga yang sangat besar yaitu bunga yang agung dan mulia berupa bunga teratai Tunjung atau Bunga Padma. Desa Bungaya Kangin dengan perlambang Bunga Tunjung di mana sebagai rasa hormat dan srada bakti kita dengan sanghyang Padmayoni dan Sanghyang Aji Saraswati yang selalu memberikan pencerahan ilmu pengetahuan dan kesejahtraan.
Padmayoni perlambang kebesaran Dewa Brahma Padmanala:Perlambang kebesaran Dewa Wisnu Padma Nglayang :perlambang kebesaran Dewa Siwa
Adapun pengertian Bungaya sebagai bunga yang besar bukan berasal dari data yang autentik berupa prasasti atau lontar,melainkan diambil dari cerita rakyat atau legenda yang beredar dimasyarakat,ceritanya sebagai berikut ; Pada masa jayanya kerajaan Gelgel Kelungkung di Bali,di mana kerajaan majapahit menjalankan politik Ekspansi sehingga berhasil menundukan Bali,dan pada saat itulah datang seorang duta dari kerajaan Majapahit yang bernama Anglurah Tubekel sakti ia adalah seorang ningrat beragama siwa (Hindu).
Kemudian untuk memudahkan hubungan pemerintahan Majapahit, ia membangun puri alit lengkap dengan taman dan kolam. Diceritakan pada bagian tengah kolam ditanam bunga teratai atau tunjung, pada masanya berbunga ada salah satu bunga yang amat unik tumbuh dan kembang yaitu sebuah bunga tunjung berukuran besar dan berwarna kemerah merahan (Pinge) sedangkan bunga yang lainya tumbuh kecil-kecil, anehnya bunga yang besar itu tidak kunjung layu sampai berbulan bulan dan berbau harum semerbak.
Desa Bungaya dimekarkan menjadi dua Desa dengan Surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No.661 tahun 1991 dan dikuatkan dengan Surat keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Karangasem,tertanggal,17 Nopember 1991 No.500 tahun 1991, lanjut pada tanggal 6 januari 1992 diadakan serah terima wilayah oleh Kepala Desa Bungaya dan Bungaya Kangin .Pada saat itu Desa Bungaya Kangin dipimpin oleh Ida Bgs Wayan Kondra sebagai perbekel Bungaya Kangin yang pertama ia menjabat sampai tahun 2003. Beliau diganti oleh Ida Bagus Sudira,SH melalui Pemilihan Umum.[5]
Penduduk
Penduduk desa Bungaya Kangin sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 2.991 laki-laki dan 3.027 perempuan dengan sex ratio 98.[1]
Referensi
Pranala luar