Bottlesmoker adalah duo musisi elektronik Indonesia yang berasal dari Bandung. Duo yang terdiri dari Anggung Suherman dan Ryan Adzani ini menciptakan lagu-lagu dengan memodifikasi sendiri instrumen musik mereka, konsep penciptaan musik yang sering dikenal dengan istilah circuit-bending.[1][2] Mereka juga suka menggunakan instrumen musik mainan seperti glockenspiel, hand bell, melodika, bahkan alat/mainan apapun yang bisa menghasilkan suara seperti handphone mainan, radio, hingga Nintendo DS.[3] Bottlesmoker juga menciptakan instrumen mereka sendiri seperti Noise Box, Theremin, 8 Step Sequencer, sehingga Bottlesmoker dapat memproduksi musik yang begitu unik yang tidak dimiliki musisi lain.[3] Dengan berbagai macam instrumen tersebut, mereka mengombinasikan suara-suara unik dari berbagai macam instrumen tersebut dan menciptakan musik elektronik yang selalu mereka bagikan secara gratis.
Perjalanan Karier
Sejak tahun 2005, duo musisi ini telah mulai menciptakan musik eksperimental dalam cakupan genre pop elektronik yang disebut indietronic instrumental, yang pada masa itu masih merupakan sesuatu yang langka di Indonesia. Bottlesmoker lahir dengan keinginan untuk menyimpang dari cara biasa dalam membuat musik. Pada tahun-tahun awal ini, musik mereka yang bergaya instrumental dengan tempo rendah masih kurang mendapat respon dari kebanyakan penikmat musik di negaranya sendiri yang lebih dahulu familiar dengan beat musik elektronik semacam techno house bertempo cepat.[4]
Anggung "Angkuy" Suherman dan Ryan "Nobie" Adzani menciptakan musik mereka hanya dari dalam kamar, sebuah cara yang tidak lazim dibandingkan dengan musisi lain yang merekam karya mereka di studio rekaman. Cara berkarya seperti ini yang kemudian lebih dikenal dengan istilah bedroom music (musik kamar tidur atau sebelumnya terkenal sebagai musik lo-fi) karena karya musik yang dapat diciptakan bahkan dari dalam kamar tidur. Pada masa awal berkarya, mereka menggunakan platform Myspace. Saat itu mereka masih sering memakai konsep SASE (Self Address Stamped Envelopes) untuk menyebarkan lagu-lagu mereka kepada siapapun di seluruh dunia secara gratis.[5] Mereka menggunakan metode ini karena sadar dengan konsep musik mereka yang tidak cocok dengan label rekaman konvensial.
Pada tahun 2012, Misspelled Records menggandeng mereka untuk merilis album bertajuk Let's Die Together in 2012, sebuah album yang sangat terasa perbedaannya dibanding album-album mereka sebelumnya. Pada tahun yang sama, Bottlesmoker merilis album kolaborasi berjudul "On The Other Hands" berisi lagu-lagu mereka dari album terdahulu yang telah di-remix oleh 10 musisi lain. Album selanjutnya berjudul Hypnagogic, sebuah album yang dirilis di bawah naungan label Dystopiaq pada tahun 2013 dan berisi 22 lagu. 20 lagu dari album Hypnagogic tersebut kemudian kembali di-remix oleh 20 musisi berbeda pada tahun 2015 dengan judul Bottlesmoker On The Other Hands; Hypnagogic Remix dan dirilis oleh 2 label berbeda yang kemudian bergabung, yaitu Tsefula/Tsefuelha Records dan Yes No Wave Music, netlabel yang berbasis di Yogyakarta. Pada tanggal 14 juli 2016, Bottlsemoker menelurkan EP bertajuk "Polarity" dengan 3 lagu dari 5 lagu di dalamnya dibuat berkolaborasi dengan beberapa musisi lain. Pada tahun 2017, Bottlesmoker bekerja sama dengan etnomusikolog Palmer Keen asal Amerika Serikat yang sedang melakukan ekspedisi field recording kesenian daerah di Indonesia menggunakan platform Aural Archipelago,[9][10][11][12][13] untuk menghasilkan album mereka yang bertajuk Parakosmos dan dirilis bertepatan dengan netlabel day, yaitu pada tanggal 14 Juli.[14][15]
^ abc"Mendunia Tanpa Gembar-Gembor Media Mainstream." Majalah Energia. 11.2 (2015): 62-63. Digital.
^Zaki, Mohammad (20 Juni 2017). "Bottlesmoker Meramu Kesenian". Rolling Stone Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Juni 2017. Diakses tanggal 6 Agustus 2017.