Nama ini menggunakan kebiasaan penamaan Filipina; nama tengah atau nama keluarga pihak ibunya adalah Romualdez dan marga atau nama keluarga pihak ayahnya adalah Marcos.
Ferdinand "Bongbong" Romualdez Marcos Jr. (lahir 13 September 1957), yang lebih dikenal sebagai Bongbong Marcos, adalah seorang politikus Filipina yang saat ini menjabat sebagai Presiden Filipina ke-17. Sebelumnya, ia adalah senator dalam Kongres Filipina ke-16. Ia merupakan anak kedua dan putra satu-satunya dari mantan Presiden Ferdinand E. Marcos dan mantan Ibu Negara Imelda Romualdez-Marcos.
Kehidupan Pribadi
Setelah ayahnya digulingkan selama 36 tahun dari kekuasaan dan kemudian mengasingkan diri ke Amerika. Ketika korupsi keluarga Marcos terbongkar dan keluarganya harus menjalani pengasingan ketika ayahnya digulingkan di tahun 1986, Bongbong muda menjalani pendidikan di sekolah elit di Inggris dan melanjutkan studi di Sekolah Bisnis Wharton di Pennsylvania namun tidak berhasil menyelesaikan pendidikannya di sana.[3]
Ia menikah pada tahun 1993 dengan Louise Cacho Araneta, mereka memiliki 4 putra: Ferdinand Alexander Araneta Marcos, Joseph Simon Araneta Marcos, William Vincent Araneta Marcos, dan Sandro Marcos.[4]
Karir Politik
Marcos menjabat sebagai Gubenur Ilocos Norte (1983–1986, 1998–2007) dan sebagai Perwakilan Distrik Kedua Ilocos Norte (1992–1995, 2007–2010) di bawah naungan Kilusang Bagong Lipunan, partai politik yang didirikan oleh ayahnya. Ia juga merupakan Deputi Pemimpin Minoritas pada masa jabatan keduanya di Dewan Perwakilan.[5] Pada 2010, Marcos terpilih sebagai Senator Filipina di bawah naungan Partai Nacionalista. Senator Marcos mengetuai beberapa komite senat, termasuk Komite Pemerintahan Lokal dan Komite Pekerjaan Publik, dan anggota beberapa komite lainnya.[6]
Pada tahun 2021, Bongbong Marcos mengumumkan bahwa ia akan ikut mencalonkan dirinya dalam pemilu presiden tahun 2022, melalui partai Partido Federal ng Pilipinas (PFP)[8] dan menang telak[9] dengan perolehan suara hampir 59%, menjadi calon presiden pertama yang terpilih dengan suara mayoritas sejak dibentuknya Republik Kelima pada tahun 1986[10]. Dia secara resmi diumumkan sebagai presiden terpilih dalam sidang Kongres pada tanggal 25 Mei 2022[11]. Kemenangannya juga menjadi yang terbesar sejak tahun 1981, saat ayahnya memenangkan 80% suara karena boikot dari oposisi yang protes sebelum pelaksanaan pemilihan[12][13]. Dia juga menjadi calon wakil presiden yang kalah dalam pemilu, tetapi memenangkan pemilu presiden.
Kampanyenya menerima kritik dari pengecek-fakta dan ilmuwan disinformasi, yang mengetahui kampanyenya telah didorong oleh negatifisme sejarah pada pembenahan merek Marcos dan mencoreng saingannya[14]. Kampanyenya juga dituduh mengaburkan pelanggaran HAM dan penjarahan yang terjadi di zaman ayahnnya menjadi presiden[14]. The Washington Post juga mencatat bahwa distorsi sejarah dari Marcos telah berlangsung sejak tahun 2000-an[15], ketika The New York Times menyebut keraguannya tentang penggelapan pajak Marcos, termasuk penolakannya untuk membayar pajak real estate-nya, dan misinterpretasi pendidikannya di Universitas Oxford.[16][17]
Setelah dirinya terpilih menjadi Presiden Filipina ke-17, Bongbong Marcos pilih Indonesia jadi negara pertama kunjungan kenegaraannya. Bongbong menyebut alasannya memilih Indonesia karena kedekatan antara Indonesia dan Filipina, baik dari segi lokasi geografis maupun budaya.
Bongbong meyakini pertemuannya dengan Jokowi dan delegasi diharapkan membawa pengaruh positif dalam kemitraan kuat untuk kedua negara perlahan keluar dari sulitnya perekonomian pascapandemi COVID-19. Bongbong disambut baik oleh Presiden Jokowi di Istana Bogor, Indonesia.
"Saya percaya ini adalah kemitraan yang kuat dan akan menjaga stabilitas dari seluruh rencana ke depan kami dalam beberapa tahun mendatang, Saya ingin berterima kasih kepada pemerintah Anda, Pak Presiden, atas undangan baiknya," katanya[18]
Bongbong berada di Indonesia selama 3 hari mulai dari 4 September hingga 6 September. Ia kemudian akan mengunjungi Singapura selama 2 hari sebelum kembali ke Filipina pada 7 September. Kunjungan Bongbong ke Indonesia dan Singapura juga menggambarkan kebijakan luar negeri yang ingin dijalankannya. Bongbong berniat memiliki hubungan baik dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ia enggan memilih salah satu di antara dua raksasa tersebut. Indonesia selama ini menganut Kebijakan Luar Negeri Bebas Aktif. Indonesia berhasil meningkatkan kerja sama ekonomi dengan Tiongkok meskipun kedua pihak terkadang bersitegang di perairan Natuna. Singapura juga sukses menjalin hubungan dengan AS maupun Tiongkok. Negeri Singa itu acapkali mendorong Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menghindari konflik serta mengutamakan dialog.[19]