Pada zaman dahulu Desa Binangun berupa hutan belantara. Pada zaman Belanda datang seorang dari Yogyakarta bernama Raden Jigja Wijaya, beliau adalah seorang sakti yang sedang dicari-cari oleh Belanda karena dianggap menentang. Setelah itu beliau pergi lagi ke Tanah Suci (Haji) dan sepulang dari tanah suci beliau berganti nama untuk menghilangkan jejak dari Belanda, beliau berganti nama yaitu Haji Ismail. Mulai saat itu Belanda tidak mencari lagi karena dianggap sudah meninggal. Beliau menetap dan membangun desa. Beliau mempunyai seorang putra yang bernama Wira Pati, setelah beliau meninggal dan makamnya diberi nama Semail,Pembangunan desa diteruskan oleh Wira Pati, dikarenakan desa tersebut belum memiliki nama maka oleh Wira Pati diberi nama Desa Binangun. Sejak itu desa Binangun mulai tertata dan berkembang. Wira Pati mempunyai seorang putra bernama Wira Pada dan mempunyai cucu bernama Wira Niti.[1]
Desa Binangun masa Modern
Setelah Desa Binangun mulai maju keturunan orang-orang tersebut pindah ke Desa Somagede dan Desa Binangun mulai dipimpin oleh warga asli Binangun yang dipimpin oleh seorang lurah bernama Mertawakrama selama 12 tahun Antara tahun 1930-1942. Diteruskan oleh seorang lurah bernama Marun selama 5 tahun anatara tahun 1943-1948. Diteruskan oleh seorang lurah bernama Merta Menawi selama 3 tahun Antara tahun 1949-1952. Diteruskan Samtama selama 3 bulan. Pada tahun 1952 terjadi pemilihan pertama untuk memilih seorang lurah. Lurah terpilih adalah Mbah Resa Menawi selama 24 tahun Antara tahun 1952-1976. Karena pada saat itu terjadi kerusuhan (pencurian, perampokan) di datangkan seorang pemimpin yang disebut Kartiker bernama Satiman, menjabat selama 5 tahun Antara tahun 1977-1982. Setelah itu terjadi pemilihan lagi dan Satiman mencalonkan diri serta terpilih kembali. Beliau menjabat selama 2 periode yaitu 14 tahun Antara tahun 1982-1998 karena beliau meninggal dunia. Setahun kemudian terjadi pemilihan kepala desa, yang terpilih adalah Midun. Midun menjabat selama 2 tahun Antara tahun 1999-2001. Tahun 2002 pemilihan kembali dan yang menjadi kepala desa terpilih adalah Slamet Pratowo. Menjabat selama satu periode antara tahun 2003-2008. Tahun 2009 pemilihan kepala desa kembali dan yang terpilih adalah Ngadenan. Ngadenan menjabat selama satu periode yaitu tahun 2009-sekarang.[butuh rujukan]
Fasilitas Umum
Desa Binangun memiliki Jalan Desa yang diperkeras dengan aspal berbahan hotmix, dengan lebar jalan yang cukup untuk dua kendaraan roda empat berpapasan, yang berawal dari pertigaan di daerah karang kemiri kemudian sebagian berjalan paralel dengan batas desa melewati gedung sekolah Al-Barokah, melalui dukuh kalibanci, hingga penawangan, kemudian berakhir di perbatasan di daerah wungu masih didalam dukuh penawangan.[butuh rujukan]
Desa Binangun juga memiliki jaringan pipa air sepanjang 7.150 meter yang melayani sebagian besar wilayah Dukuh Penawangan. Jaringan pipa air yang menggunakan mata air simulek ini dibangun pada tahun 2011 dengan bantuan dana dari PAMSIMAS[pranala nonaktif permanen] serta sumbangan swadaya masyarakat. Dalam pembangunannya, jaringan pipa air ini mengalami kendala sulitnya medan yang harus dilalui pipa dikarenakan kondisi geografis Desa Binangun yang berbukit-bukit sehingga dalam beberapa kondisi pipa aird harus dipasang ditebing guna menjaga air tetap dapat mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.[2]