Biljana Plavšić
Biljana Plavšić (bahasa Serbia: Биљана Плавшић; lahir 7 Juli 1930) adalah tersangka kejahatan perang Serb Bosnia, mantan dosen dan politisi yang menjabat presiden Republika Srpska. Ia diadili pada tahun 2001 oleh Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) karena kejahatan perang yang dilakukannya selama Perang Bosnia. Dia meminta keringanan hukuman pada ICTY dan dijatuhi hukuman 11 tahun penjara pada tahun 2003 dan ditahan di Swedia.[2] Ia dibebaskan pada 27 Oktober 2009 setelah menjalani dua pertiga masa hukuman dengan alasan berkelakuan baik.[3] Plavšić dan Radovan Karadžić,[4] merupakan pejabat tertinggi Serb Bosnia yang dihukum. Sebelum memasuki dunia politik, ia mengajar biologi di Universitas Sarajevo dan menjadi dekan Fakultas MIPA di sana. Ia adalah alumni Universitas Zagreb. Karier akademikPlavšić lahir dari keluarga akademisi dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Sarajevo, di mana ayahnya merupakan direktur di salah satu museum di sana. Ia mempelajari botani, dan mengambil spesialisasi di bidang virologi tanaman dan mendapat gelar Ph.D dari Universitas Zagreb. Ia lalu berkuliah di Kota New York dan mengambil Program Fulbright pada tahun 1970-an sebelum akhirnya kembali ke Sarajevo dan mengajar di sana.[5] Karier politikPlavšić adalah anggota partai nasionalis SDS. Ia merupakan anggota wanita pertama Kepresidenan Republik Sosialis Bosnia dan Herzegovina, menjabat dari 18 November 1990 hingga April 1992 setelah terpilih dalam pemilu multipartai pertama di Bosnia dan Herzegovina. Dari 28 Februari 1992 hingga 12 Mei 1992, Plavšić menjadi salah satu dari dua presiden sementara Republik Serbia di Bosnia dan Herzegovina. Setelahnya, ia menjadi satu dari dua Wakil Presiden Republika Srpska dan pada 30 November 1992 menjadi Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republika Srpska. Wataknya yang keras selama pemerintahannya membuatnya dijuluki "Wanita Besi dari Serbia".[6] Plavšić menyatakan bahwa "enam juta rakyat Serbia bisa mati sehingga enam juta yang lain dapat hidup dalam kebebasan" dan menganggap upaya pembersihan etnis merupakan "fenomena alamiah".[7] Pada Juli 1993, dalam wawancaranya dengan Borba, Plavšić mengklaim bahwa Serb Bosnia lebih superior dibanding Muslim Bosniak:[8]
Pada 1994 Plavšić mengatakan bahwa ia dan nasionalis Serbia lainnya tidak sanggup bernegosiasi dengan Bosniak karena "masalah genetika":[9]
Pernyataan ini, di mana ia mengkaitkan etnis tertentu dengan kelainan dan penyakit disejajarkan dengan pandangan Nazi terhadap Bangsa Yahudi.[10] Perjanjian Dayton yang ditandatangani tahun 1995, mendepak Presiden Republika Srpska Radovan Karadžić dari jabatannya dan Plavšić terpilih untuk menjadi pengganti sementara selama dua tahun. Vojislav Šešelj, politisi Partai Radikal Serbia (SRS) bersaksi dalam persidangan Slobodan Milosevic bahwa ia mengetahui motif Karadžic yang mencalonkan Plavsic:
Dia memutuskan hubungannya dengan SDS dan membentuk Srpski narodni savez (Aliansi Rakyat Serbia) dan mencalonkan Milorad Dodik, yang saat itu menjadi anggota Majelis Nasional Republika Srpska dari partai SNSD yang hanya memiliki dua anggota parlemen untuk jadi Perdana Menteri. Dia dikalahkan dalam pemilu 1998 oleh koalisi SDS dan Partai Radikal Serbia di Republika Srpska pimpinan Nikola Poplašen. Dia adalah calon dari koalisi "Sloga". Saat dipenjara, ia menulis sebuah buku berjudul "Kesaksian" (Svjedočenja), yang mengungkapkan banyak aspek kehidupan politik di masa perang Republika Srpska. Pada tahun 1998, Plavšić memberi penghargaan kepada Momčilo Đujić, seorang komandan dan kolaborator Chetnik, dengan penghargaan kehormatan.[12][13] Referensi
|