Bibir dalam Pispot adalah judul buku kumpulan cerita pendek karya Hamsad Rangkuti yang diterbitkan pada tahun 2003 oleh Penerbit Buku Kompas. Buku ini mengantarkan nama Hamsad Rangkuti sebagai peraih Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2003. Penghargaan kali ke-tiga ini diberikan tanpa kategori, setelah Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001 karya Goenawan Mohamad (2001) dan Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado (2002).[1][2][3][4][5]
Latar belakang
Bibir dalam Pispot karya Hamsad Rangkuti tahun 2003 dan memperoleh Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa. Cerpen Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu? dalam buku ini memberikan senyum pedih akan sebuah kisah cinta. Ini memang cerpen Hamsad paling dikenal setelah Sukri Menggenggam Pisau Belati. Meskipun oleh banyak sastrawan, cerpen ini dianggap bukan karya terbaik Hamsad, karya ini telah menjadi "gunjingan", bukan lantaran aspek intrinsik, tetapi pada kemampuan Hamsad memancing pertanyaan: Ini kejadian nyata atau rekaan? Berkisah tentang keputusasaan seorang perempuan yang nyaris bunuh diri. Dari segi tema, cerpen ini sebetulnya biasa saja, tapi kepiawaian Hamsad menata kata telah membuat kisah sederhana tersebut terasa indah. Cerpen Pispot yang diilhami oleh berita di koran, memberikan kepedihan yang lain lagi. Di sini kekuatan Hamsad mempermainkan perasaan pembaca terasa sekali. Seolah pembaca menjadi saksi sebuah pencurian, dan bersaksi di depan polisi dengan mengatakan bahwa barang curian tersebut ditelan si maling. Namun, setelah "kita" diinterogasi, ternyata keyakinan kita berbalik 180 derajat.
Lihat pula
Referensi