PT Bayan Resources Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan yang berkantor pusat di Jakarta. Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini memegang 5 Kontrak Karya Batubara (PKP2B) dan 16 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total luas konsesi 126.293 hektar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.[3][4]
Sepanjang tahun 2021, perusahaan ini berhasil menjual batu bara sebanyak 40 juta ton, atau naik 11,11% dari penjualan tahun 2020, yakni 36 juta ton.[5]
Sejarah
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada bulan November 1997 saat Low Tuck Kwong mengakuisisi PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP), pemegang konsesi sebuah tambang batubara di Muara Tae, Kalimantan Timur. Pada bulan Juni 1998, Gunungbayan Pratamacoal mulai mengoperasikan Blok II, dan pada bulan Oktober 1998, Low Tuck Kwong juga mengakuisisi PT Dermaga Perkasapratama (DPP) yang memiliki dan mengelola Balikpapan Coal Terminal (BCT) yang berkapasitas hingga 24 juta metrik ton per tahun. Pada tanggal 7 Oktober 2004, Low Tuck Kwong mendirikan perusahaan ini untuk menaungi semua bisnis batu baranya yang ada di Indonesia.
Pada bulan Februari 2005, perusahaan ini mulai menambang batu bara di Tabang, Kutai Kartanegara. Pada tahun 2006, status perusahaan ini diubah dari perusahaan non-investasi menjadi perusahaan investasi dalam negeri. Pada tahun 2007, PT Perkasa Inakakerta, PT Teguh Sinarabadi, dan PT Wahana Baratama Mining mulai beroperasi. Pada bulan Mei 2008, Gunungbayan Pratamacoal mulai mengoperasikan Blok I. Pada tanggal 12 Agustus 2008, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada bulan yang sama, melalui PT Muji Lines, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan Kalimantan Floating Transfer Barge (KFT-1) untuk memfasilitasi pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal di perairan Kalimantan Selatan.
Pada bulan Juli 2010, KEPCO mengakuisisi 20% saham perusahaan ini. Pada tahun 2011, perusahaan ini mengakuisisi 56% saham Kangaroo Resources Pty Ltd yang saat itu memiliki 13 konsesi pertambangan. Pada bulan Juni 2012, perusahaan ini mulai mengoperasikan Lubuk Tutung Coal Terminal (LTCT), dan pada bulan November 2012, perusahaan ini mulai mengoperasikan KFT-2 untuk memfasilitasi pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal di perairan Kalimantan Timur. Pada bulan Maret 2015, perusahaan ini berhasil menyelesaikan fase awal pengembangan jalan dan dermaga di Tambang Tabang. Pada bulan Oktober 2017, PT Senyiur Sukses Pratama mengakuisisi 10% saham perusahaan ini. Pada bulan Juli 2018, PT Tiwa Abadi mulai melakukan eksplorasi di konsesi yang mereka pegang. Pada akhir tahun 2018, perusahaan ini meningkatkan kepemilikan sahamnya di Kangaroo Resources menjadi 100%. Pada bulan November 2019, PT Tanur Jaya mulai melakukan eksplorasi di konsesi yang mereka pegang, dan pada bulan Desember 2019, perusahaan ini mulai membangun jalan pengangkutan batu bara sepanjang 101 kilometer ke Sungai Mahakam. Pada bulan Maret 2020, PT Tanur Jaya mendapat izin untuk memproduksi batu bara.[3][4]
Anak usaha
Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini sudah memiliki 30 anak usaha, yakni[3]:
- PT Perkasa Inakakerta
- PT Wahana Baratama Mining
- PT Firman Ketaun Perkasa
- PT Teguh Sinarabadi
- PT Gunungbayan Pratamacoal
- PT Fajar Sakti Prima
- PT Bara Tabang
- PT Brian Anjat Sentosa
- PT Dermaga Perkasapratama
- PT Muji Lines
- PT Indonesia Pratama
- PT Bayan Energy
- PT Metalindo Prosestama
- Kangaroo Resources Pty Ltd
- Kangaroo Minerals Pty Ltd
- PT Tanur Jaya
- PT Silau Kencana
- PT Orkida Makmur
- PT Tiwa Abadi
- PT Sumber Api
- PT Dermaga Energi
- PT Bara Sejati
- PT Apira Utama
- PT Cahaya Alam
- PT Mamahak Coal Mining
- PT Bara Karsa Lestari
- PT Mahakam Energi Lestari
- PT Mahakam Bara Energi
- PT Karsa Optima Jaya
- PT Sumber Aset Utama
Referensi