Selama Perang Aceh, Batee Iliek menjadi pertahanan gunung bagi para pejuang Aceh, yang tak dapat ditembus hingga tanggal 3 Februari1901. Daerah ini juga menjadi pusat keagamaan dan pusat perekrutan untuk gerilyawan. Pada tahun 2012 di sini berdiri Dayah Jamiah Al-Aziziyah yang mengkaji kitab kuning atas prakarsa Abu Syekh H. Hasanoel Bashry HG (Abu Mudi) di bawah pimpinan Dr. Tgk. Muntasir A. Kadir.
Sejarah
Pada tahun 1880, Samalanga berperang melawan Belanda. Pada tanggal 30 Juni1880, sebuah detasemen yang dipimpin oleh LetDa. HJ. Berghuis van Woortman diserang secara mendadak. Karel van der Heijden harus mengirimkan ekspedisi ke sana yang dipimpin oleh May. WA. Schmilau, yang karena itulah tiba di Samalanga pada tanggal 14 Juli.
Serangan ke benteng Batee Iliek, dekat gampong Aramameh, meminta korban 5 orang tewas dan 54 terluka. Van der Heijden tiba di Samalanga dan mencoba mengusir Pocut Meligoe, pimpinan pejuang, dari Batee Iliek. Usaha itu gagal hingga perlawanan bergeser - yang kembali hasilnya nihil dan menelan 19 pasukan yang tewas dan 56 terluka. Van der Heijden harus menghentikan usaha lebih lanjut untuk merebut pertahanan pejuang Aceh. Melalui tembakan artileri, musuh dihalau dari tempat itu dan dalam pertemuan para tetua Samalanga dan beberapa tetua dari Jangka Buya yang mulai bergolak, jenderal tersebut berharap agar masalah dapat diselesaikan secara damai, sehingga unjuk militer lanjutan tak terjadi lagi. Pada tanggal 10 Agustus, pasukan kembali ke Kutaraja (kini Banda Aceh).
Hingga tahun 1901, Batee Iliek masih menjadi pusat perlawanan sengit. Pada tahun itu pula, Joannes Benedictus van Heutszmelancarkan ekspedisi baru ke Samalanga. Setelah membunuh banyak pejuang Aceh, ia menuju Batee Iliek. Pada tanggal 1 dan 2 Februari, pertahanan pejuang Aceh di Batee Iliek dan Asan Kumbang ditembaki oleh angkatan laut dan artileri dari bivak Nanggroe; setelah dimulainya serangan, 4 pertahanan pejuang Aceh ditaklukkan, yang setelah itu kedudukan musuh yang dipertahankan secara sengit diserbu oleh infanteri, maréchaussée, dan divisi pendaratan. Dalam memperkuat diri selama pertempuran sengit, pejuang Aceh melemparkan 1 tongmesiu, di mana Let. Verschuir dan 9 orang lainnya terkena luka bakar serius. Dengan serbuan ke Batee Iliek itu, beberapa pucuk senjata dirampas. Belanda kehilangan beberapa personel: 5 orang tewas dan 29 terluka.
Galeri perang Aceh melawan Belanda di Batee Iliek
Kamp Belanda Nangroe
Kamp Belanda Nangroe II
Kandang Kavaleri
Kavaleri di bivouac Nangroe
Kereta api melalui bivak kecil Nangroe
Kereta api kecil melalui bivak Nangroe
JB dari Heutsz dengan staf selama serangan terhadap Batee Iliek
JB dari Heutsz dengan staf selama serangan terhadap Batee-iliek
Perkemahan ke Nangroe dengan angkatan laut dan persiapan artileri dari Medan
Transportasi terganggu di Keude Samalanga
Sebuah tugu memperingati Pertempuran Batu Iliek ditempatkan di dekat sebuah gunung
Rujukan
Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
Kepper G. 1902. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. Den Haag: M.M. Cuvee.