Banjir Arab Saudi 2009 menerjang Jeddah di pesisir Arab Saudi di Laut Merah (barat) dan wilayah lain di Provinsi Makkah.[1][2] Menurut pejabat pertahanan sipil, banjir ini adalah yang terburuk dalam 27 tahun terakhir.[3] Pada hari Jumat, 27 November 2009, 83 orang dilaporkan tewas,[4] dan lebih dari 350 lainnya hilang.[1] Beberapa jalan masih digenangi air setinggi satu meter (tiga kaki) pada hari Kamis, 26 November, dan banyak korban terjebak di dalam kendaraannya:[1][4] jumlah kematian diperkirakan meningkat ketika air surut, memungkinkan petugas penyelamat mencapai kendaraan yang terjebak.[5]
Curah hujan lebih dari 90 milimeter (3½ inci) jatuh di Jeddah selama empat jam pada hari Rabu, 25 November,[1][6] hampir dua kali rata-rata tahunan[7] dan curah hujan terbesar di Arab Saudi dalam satu dasawarsa terakhir.[8] Banjir datang dua hari sebelum tanggal perayaan Idul Adha[3] dan Haji di Makkah.[9] Kerugian bisnis diperkirakan mencapai satu miliar riyal (US$270 juta),[note 1] dan sedikitnya 3000 kendaraan hanyut atau rusak.[6] Pemukiman miskin di selatan Jeddah terkena dampak besar,[10][11] adalah daerah di sekitar Universitas Raja Abdulaziz: universitas ini diliburkan ketika terjadi banjir, untuk mencegah peningkatan jumlah korban.[12]
Geografi dan hidrologi Jeddah
Kota Jeddah terletak di pesisir Laut Merah, di bawah lereng utara lembah celah Laut Merah yang dikenal sebagai Jabal al-Hijaz, yang mencapai ketinggian 600-1000 meter (1800-3000 kaki) di daerah ini. Jumlah penduduk kota sekitar 3.4 juta jiwa (perkiraan 2009) di wilayah urban seluas 1765 km2 (681 sq. mi.), sehingga kepadatan penduduknya mencapai 1900 jiwa/km2 (5000 jiwa/sq. mi.). Iklim pada umumnya gersang, dengan hujan biasa terjadi antara November dan Januari, kebanyakan berupa badai petir.[13]
Curah hujan rata-rata bulanan (1951–1983) di Jeddah dalam milimeter (inci).
Setidaknya, sebelas wadi muncul di kota ini,[10] dan banjir lokal menjadi hal yang biasa ketika terjadi hujan. Kotamadya mengeluarkan 1 miliar riyal (US$270 juta) untuk pembangunan drainase badai, tapi biaya seluruh sistem drainase diperkirakan mencapai 3 miliar riyal (US$800 juta).[14] Bulan November 2009, hanya 30% kota yang terlindungi dari banjir bandang, dan dengan pipa berdiameter satu inci (25 milimeter).[14]
Ibadah Haji 2009
Rabu, 25 November, adalah hari pertama ibadah Haji selama empat hari di tempat-tempat suci Islam di dan sekitar Makkah, dan Jeddah adalah titik masuk utama bagi para jamaah asing yang tiba melalui udara atau laut. Jumlah jamaah asing lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan karena kekhawatiran kesehatan akan pandemi influenza H1N1, tapi masih dipercayai lebih dari 1.6 juta, dengan 200.000 dari Indonesia.[8] Banyak warga Arab Saudi yang tidak jadi melaksanakan ibadah Haji 2009 karena khawatir terhadap masalah kesehatan.[15]
Menurut Menteri Dalam Negeri Saudi, tak satupun korban banjir mengikuti ibadah Haji.[1][2] Tetapi, jalan ekspres Haramain utama antara Bandar Udara Internasional Raja Abdulaziz dan Makkah ditutup tanggal 25 November, menelantarkan ribuan jamaah: bagian jalan tol sepanjang 80 kilometer (50 mil) dilaporkan ditutup, dan bagian dari jembatan Jamia di timur Jeddah runtuh.[3] Jalan tol ini masih ditutup pada 26 November karena khawatir jembatan Jamia akan runtuh seluruhnya.[4]
^ abAl-Zahrani, Saleh (26 November 2009), "Damage may top SR1 billion", Saudi Gazette, diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-20, diakses tanggal 2009-11-27.
^ abAl-Bargi, Abdullah (26 November 2009), "Jeddah, city in a lake", Saudi Gazette, diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-02, diakses tanggal 2009-11-27.