Banggoi, Bula Barat, Seram Bagian Timur
Banggoi adalah negeri di Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Negeri Banggoi merupakan salah satu negeri Islam (Salam) yang berada di pesisir utara Pulau Seram.[2] Banggoi Pancorang merupakan negeri administratif yang dimekarkan dari negeri induk Banggoi.[3] SejarahPada suatu hari, terjadi peperangan di pesisir utara Pulau Seram antara negeri Hote dan Banggoi dengan Portugis. Pada peperangan tersebut, Portugis mendapat bantuan aliansi dari negeri Tamilouw, Hutumuri, dan Sirisori Amalatu yang pada saat itu masyarakatnya masih menganut paham paganisme, sedangkan masyarakat Hote dan Banggoi sudah beragama Islam. Hingga suatu saat, masyarakat Hote dan Banggoi berhasil dikalahkan oleh aliansi tersebut. Kemudian ketiga negeri aliansi tersebut mengadakan perjanjian yang disebut pela.[4] Dimana aliansi antara negeri Hote dan Banggoi telah ada sebelumnya dengan istilah wal ya yang memiliki arti serupa dengan pela. Dari cerita rakyat ini, diketahui bahwa hubungan aliansi antara negeri Hote dan Banggoi telah berlangsung cukup lama.[5] GeografiBatas wilayah petuanan adat negeri Banggoi (termasuk negeri administratif Banggoi Pancorang) terhitung dari sungai Wae Tofang yang menjadi batas alami dengan negeri Hote di sebelah timur, serta dengan negeri administratif Aki Jaya di sebelah barat. Sedangkan pegunungan di bagian selatan berbatasan dengan negeri Atiahu.[3] DemografiAgamaMasyarakat negeri Banggoi mayoritas beragama Islam, dengan beberapa masyarakat pendatang yang beragama Kristen Protestan dan Hindu. Sedangkan fam-fam asli Banggoi semuanya memeluk Islam.[6] Berikut ini rincian jumlah penduduk negeri Banggoi menurut agama per tanggal 31 Desember 2023.[1] BahasaKarena menjadi salah satu daerah tujuan dalam program transmigrasi, bahasa yang dominan dituturkan oleh masyarakat Banggoi saat ini adalah bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Ambon.[7] Bahasa Banggoi (Benggoi) merupakan bahasa asli yang dituturkan oleh masyarakat Banggoi, namun saat ini sudah jarang digunakan. Bahasa ini memiliki kekerabatan dengan bahasa Hoti yang dituturkan di sebelah timurnya, dengan persentase sebesar 31,5%. Kekerabatan kedua bahasa ini karena dipengaruhi oleh letak geografi yang berdekatan. Waktu pisah kedua bahasa tersebut diperkirakan terjadi pada 1.170 tahun yang lalu.[8] MasyarakatBerikut ini beberapa fam-fam (matarumah) yang secara turun-temurun mendiami negeri Banggoi.[3][9]
Hubungan sosialNegeri Banggoi terikat hubungan wal ya (sejenis hubungan pela) dengan negeri Hote di sebelah timur. Hubungan ini diperkirakan telah terjadi sejak zaman penjajahan Portugis di Kepulauan Maluku.[5] Hubungan antara negeri Banggoi dan Hote ini masih terjalin dengan baik sampai saat ini, jika salah satu dari kedua negeri ini mengadakan acara, maka raja salah satu negeri ini akan diundang untuk menghadiri acara tersebut. Contoh yang terbaru adalah pada saat prosesi pengecoran tiang alif Masjid Al-Huda di negeri Banggoi yang turut mengundang raja Hote untuk hadir dalam acara tersebut.[2] PemerintahanMatarumah parentahMatarumah yang berhak menjadi kepala pemerintahan (raja) di negeri Banggoi adalah fam Baliman.[3] Daftar raja BanggoiBerikut ini daftar raja (setingkat kepala desa) yang pernah memerintah negeri Banggoi.[3]
Referensi
Pranala luar
|