Bandotan pohon[1]
|
|
Klasifikasi ilmiah
|
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Subfilum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Subordo:
|
|
Famili:
|
|
Subfamili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
T. puniceus
|
Nama binomial
|
Trimeresurus puniceus
|
Sinonim
|
- [Craspedocephalus] puniceus Kuhl, 1824
- Trigonocephalus puniceus
– Kuhl, 1824
- [Cophias] punicea
– F. Boie, 1827
- Atropos puniceus
– Wagler, 1830
- Atropos acontia Gray, 1842
- Trigonocephalus puniceus
– Schlegel, 1824
- Trimeresurus puniceus
– Boettger, 1892
- Lachesis puniceus
– Boulenger, 1896
- Trimeresurus wiroti
Trutnau, 1981
- Trimeresurus puniceus puniceus – Cox, 1991
- Trimeresurus puniceus wiroti – Cox, 1991
- T[rimeresurus]. puniceus
– Nutphand, Cox, Trutnau & H.M. Smith, 1991[2]
- Trimeresurus (Craspedocephalus) puniceus – David et al., 2011[3]
|
Bandotan pohon (Trimeresurus puniceus) atau kadang disebut Bandotan kayu adalah jenis Ular Beludak berbisa yang endemik di wilayah Asia Tenggara. Tidak ada upajenis yang saat ini diketahui.[4]
Pengenalan
Ukuran tubuhnya mempunyai panjang total 870 mm. Panjang jarak antara moncong-anus mencapai 690 mm. Bibir atasnya terdiri dari 10-13 sisik, yang pertama dipisahkan oleh adanya sisik nasal, yang kedua letaknya rendah dan tidak berbatasan dengan bagian tepi anterior lubang loreal, dan yang ketiga berukuran lebih besar. Sisik subocular ada 1 atau 2. Sisik supraocular 3-5, dan bentuknya menonjol (kuat) ke atas. Sisik-sisik interocular yang memisahkan sisik supraocular berjumlah 9-14. Sisik preocular ada 3. Sisik postocular ada 2-4. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 21-23 baris, dan berlunas lemah. Sisik-sisik ventral berjumlah 158-173. Sisik anal tunggal. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 41-56 dan terdiri dari 2 baris sisik. Kepala, punggung dan badannya berwarna coklat terang atau coklat kemerah-merahan dengan beberapa corak coklat tua yang samar. Perutnya bercorang-coreng warna coklat dan lebih gelap daripada punggungnya.[5]
Kebiasaan
Ular ini tergolong umum ditemukan, biasanya pada daerah dengan ketinggian antara 500–1500 m dpl. Habitatnya di ladang, perkebunan (teh dan kopi), semak belukar, hutan bambu, hutan basah sampai hutan pegunungan. Biasanya bersembunyi di bawah dedaunan kering pada lantai hutan. Aktivitas hariannya dilakukan pada malam hari, baik secara arboreal maupun terrestrial. Perkembang-biakannya dengan cara beranak, betina akan mengeluarkan sekitar 30 ekor. Makanannya berupa binatang mamal kecil (tikus), burung maupun katak. Ular ini termasuk jenis yang mengandung racun bisa dan gigitannya menyebabkan luka yang serius sekali bagi manusia.[5]
Sebaran Geografis
Tersebar di Indonesia (Jawa, Sumatra, dan Kalimantan), Thailand selatan, dan Malaysia. Lokalitas jenis yang diberikan adalah "Jawa".[2]
Referensi
Pranala luar